One Night Accident

IDENTITAS KEY



IDENTITAS KEY

0Enjoy Reading     
0

****     

Tom berjalan hilir mudik seperti setrikaan, hal itu dia lakukan bukan karena dia kurang kerjaan. Melainkan rasa panik yang seperti ingin membludak dari dalam dirinya. Dia seharusnya tidak melakukan ini tapi ... rasa penasaran akan wajah Dr. Key sangatlah besar. Maka tanpa ada yang mengetahui, dengan sengaja dia membuka masker wajah yang selama ini menutupi identitas Dr. Key saat dia pingsan. Dan sekarang dia seperti orang yang akan menunggu bom meledak.     

Sepertinya peribahasa 'hati-hati dengan keingintahuanmu' berlaku padanya. Yah ... dari dulu dia sangat ingin tahu dan penasaran akut dengan identitas Dr. Key. Well ... bukan hanya dia sebenarnya tapi seluruh anggota Locker Gold pasti ingin tahu siapa dia. Tapi setelah dia tahu siapa Dr. Key, Tom berharap tidak pernah mengetahuinya dan berharap memiliki mesin waktu untuk melupakan hal ini. Sayangnya nasi sudah menjadi bubur dan bubur terlalu enak untuk dibuang. Akhirnya mau tidak mau Tom tetap menghabiskannya sekalian.     

Tom melihat ke arah ranjang. Sudah 2 hari Dr. Key pingsan dan entah sampai kapan akan seperti itu. Tom hanya berharap Dr. Key selamat dan segera sadar. Bukan karena apa, jika sampai terjadi sesuatu dengan orang itu, Tom yakin bukan hanya kerajaan Cavendish yang berduka tapi seluruh anggota keluarga Cohza akan memburunya.     

Entah Tom benar atau salah, tapi Tom lah yang terakhir bersamanya dan secara otomatis dia yang akan diinterogasi terlebih dahulu jika terjadi apa-apa pada orang itu. Membayangkan saja sudah membuatnya ingin kencing di celana. Tom masih ingin hidup bahagia dengan menghadiri pesta-pesta, bahkan Tom berjanji jika dia lolos kali ini dia akan pulang dan memilih salah satu wanita yang cantik dan menikah sesuai keinginan orang tuanya selama ini.     

Tok Tok Tok.     

"Masuk!"     

"Permisi Dok, saya diperintah Dr. Kenan agar memberi tahu Anda bahwa pasien atas nama Jessica sudah sadar."     

"Jessica?" tanya Tom memastikan.     

"Benar, Dok."     

"Astaga! Ayo antar aku ke sana," ucap Tom menarik perawat tersebut agar keluar dari ruang rawat Dr. Key dengan segera. Tom sebenarnya sudah tahu tempat Jessica dirawat. Dia hanya tidak mau mengambil resiko jika ada orang lain yang mengetahui identitas asli Dr. Key.     

Karena hal itu terlalu berbahaya.     

Setelah memastikan tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke ruang rawat dr. Key, barulah Tom menuju tempat Jessica berada. Tom langsung disambut senyum ramah Dr. Kenan dan pandangan aneh seorang gadis belia di atas ranjang.     

"Halo Jessica atau Jean?" tanya Tom melihat gadis cantik itu terlihat sudah tidak pucat padahal baru 2 hari selesai di operasi. Pengobatan Cavendish memang luar biasa.     

"Siapa kamu?" tanya Jessica jutek.     

"Aku Dr. Tom. Salah satu Dokter yang membantu operasimu."     

"Aku tidak tanya namamu. Yang aku ingin tahu kamu itu siapaku?"     

"Aku sudah bilang bahwa aku dokter yang membantu operasimu." Tom menjelaskan. Mengira Jessica mungkin masih bingung dan linglung dengan keadaan sekitarnya.     

"Astaga! Kenapa hanya orang-orang aneh yang memasuki ruangan ini? Aku sudah bilang aku mau Javier, kenapa yang datang gorilla Amazon?"     

Tom melongo mendengarnya. Apa dia baru saja dihina oleh gadis yang bahkan belum mendapat haid pertamanya? Dr. kenan terkekeh dan mengedikkan bahu seolah mengatakan jangan terkejut dengan kelakuannya.     

"Baiklah Jean ...."     

"Namaku Jessica Cavendish bukan Jean," protes Jessica sambil melotot tidak suka.     

"Maafkan aku Jessica. Aku akan mengingatnya. Jadi kalau boleh kami tahu, apa yang sekarang ini kamu rasakan?"     

"Dr. Kenan sudah menanyakan semua. Jangan bilang kamu mau mengulanginya lagi." Jessica memberengut ke arah Tom.     

Tom mengangkat sebelah alisnya bingung. "Menanyakan apa?"     

Jessica mendesah malas. "Menanyakan pertanyan nggak penting, seperti apa yg kamu rasakan? Apa pusing? Mual? Atau apakah ada bagian yang sakit dan sejenisnya."     

"Jadi kamu merasa sehat?"     

"Yah ... sangat bugar dan aku ingin keluar dari rumah sakit ini."     

Tom semakin cengo. Apa gadis kecil ini tidak tahu bahwa tubuhnya habis di bedah dan tidak boleh banyak bergerak dulu. Kenapa yang di depannya malah terlihat seperti bocah yang sakit demam dan sembuh lalu minta pulang.     

"Maaf nona tapi itu tidak bisa. Anda baru selesai di operasi, jadi setidaknya butuh waktu seminggu penuh untuk pemulihan dan kontrol seminggu sekali selama tiga bulan pertama." Dr. Kenan menjelaskan.     

"Kalau begitu bawa Javier ke sini," perintah Jessica dengan nada bosssy.     

"Javier?" Siapa Javier? Tom bahkan tidak tahu siapa yang dibicarakan oleh pasiennya ini.     

"Iya Javier. Aku sudah memintanya dari tadi, tapi si Kenan itu malah memanggilmu. Apa dia tidak mengerti bahasaku? Aku mau Javier. JAVIER," ucap Jessica penuh penekanan.     

Tom menyerah pasrah, sepertinya siapa pun orang tua gadis ini dia sangatlah pemaksa dan otoriter terbukti dengan tingkah Jessica yang juga suka memerintah seenaknya seolah-olah dia adalah Ratu sejagad.     

"Kami akan mencari Javier untukmu dan akan segera kembali," kata Tom dan langsung menyeret Dr. Kenan keluar dari ruangan Jessica.     

"Apa itu barusan?" tanya Tom masih bingung.     

"Aku sebenarnya juga bingung, dia ngotot bernama Jessica tapi dia juga ngotot bahwa dia adalah putri dari kerajaan Cavendish dan sejak bangun dari koma dia selalu meminta kita mendatangkan Pangeran Javier. Bisa kamu bayangkan? Dia minta didatangkan pangeran dari Cavendish. Kenapa tidak sekalian saja, minta didatangkan Justin Bieber atau member Exo."     

Tom menggaruk kepalanya bingung. Walau Tom belum tahu apa hubungan antara Jean, Jessica dan kerajaan Cavendish. Tapi Tom tidak terlalu terkejut mengingat siapa dr. Key yang sebenarnya. Mungkin prasangka Tom selama ini memang benar. Jean masih memiliki hubungan dengan salah satu anggota keluarga Cavendish.     

"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Tom malah membuat Dr. Kenan pusing.     

Dr. Kenan tadi memanggil Tom karena berharap mendapat solusi kenapa malah dia yang ditanyain solusinya? "Entahlah ... aku tidak tau. Yang jelas tidak mungkin kita mendatangkan putra mahkota kerajaan Cavendish. Siapa kita? Presiden bukan, menteri juga bukan."     

Tom meringis menatap Dr. Kenan yang terlihat sedikit frustasi karena menghadapi gadis yang bahakan belum genap berusia 10 tahun.     

Tom juga merasa miris karena dia tahu mungkin mereka tidak bisa mendatangkan Pangeran Cavendish tapi Tom yakin Dr. Key pasti bisa membawanya ke hadapan Jessica.     

"Kita tunggu saja Dr. Key sadar. Karena hanya dia yang tahu tentang seluk beluk Jean, Jessica atau khayalan tentang kerajaannya. Kita hanya dokter yang membantu operasinya, bukan keluarga pasien yang harus menuruti keinginan bocah 10 tahun itu." Tom memutuskan agar Dr. Kenan tidak terlalu terbebani.     

"Jadi kita biarkan saja?" tanya Dr. Kenana.     

"Bukan, tentu saja kita tetap merawatnya, kita dokternya. Hanya saja jika dia masih bertanya tentang Javier katakan saja Javiernya sedang ujian nasional dan akan mengunjunginya setelah ujian selesai atau buat alasan Javier sedang panuan dan sedang tahap pemulihan, makanya tidak bisa datang ke sini. Atau berikan alasan apa pun yang masuk akal sampai Dr. Key bangun dan bisa menangani gadis kecil itu. Oke?"     

"Oke," kata Dr. Kenan seadanya.     

"Baiklah aku harus melihat Key, siapa tahu dia sudah sadar," kata Tom segera. Dia tidak berani meninggalkan ruangan Key terlalu lama dan beresiko identitasnya diketahui publik.     

Dr. Key membuka matanya dan merasa tenggorokannya sangat kering.     

"Akhirnya kamu sadar juga," kata Tom menarik perhatian Dr. Key.     

Dr. Key mengangkat tubuhnya yang masih terasa lemas. Tom membantu menegakkan tubuhnya agar duduk menyender di kepala ranjang.     

"Minum," ujar Tom memberi segelas air hangat pada Key. Tahu pasti Key merasa tenggorokannya kering kerontang.     

Tanpa basa basi Key langsung meminum air di gelas sampai ludes.     

"Mau makan?"     

"Boleh," ujar Key lalu menyentuh wajahnya, baru sadar bahwa dia tidak memakai masker.     

"Apa? Memang kenapa kalau aku tahu siapa kamu? Toh kamu juga tahu identitasku. Jadi kita impas kan? Lagi pula aku bukan orang yang akan berhianat sesama anggota Locker Gold," ucap Tom meyakinkan.     

Dr. Key mengangguk percaya dan tidak khawatir sama sekali bahwa Tom akan menyebarkan identitas aslinya. "Boleh aku minta masakan indonesia saja?" kata Dr. Key pada Tom seolah-olah dia sedang ada di restoran, bukan di Rumah Sakit.     

Tom hanya mendesah pasrah. "Tentu, tapi bukankah masakan Indonesia terlalu banyak rempah dan pedas? kamu kan baru sadar setelah 3 hari koma."     

"Tidak semua, ada yang manis dan ... What?! Aku pingsan 3 hari?" Key sangat kaget mendengarnya. Apakah dia benar-benar selemah itu?     

"Lebih tepatnya koma."     

"Koma? Berlebihan sekali. Lalu bagaimana keadaan Jean?"     

"Dia sudah sadar dari kemarin dan membuat para perawat pusing. Lagipula dia tidak mau dipanggil Jean." Tom menjelaskan.     

"Oh ... baiklah aku akan menemuinya," kata Dr. Key berusaha bangun dari ranjang.     

Tom langsung menghampiri Key dan mencegahnya bergerak. "Makan dan stabilkan kondisimu dulu baru menemui Jessica."     

Dr. Key menurut dan akhirnya mengisi tubuhnya dengan makanan dan beberapa obat yang harus dia minum. Semakin cepat dia pulih semakin cepat dia pulang. Dia sudah sangat rindu dengan istri dan anaknya.     

"Jadi apa yang membuat kalian pusing padahal hanya menghadapi bocah 10 tahun saja," tanya Dr. Key pada Tom setelah badannya sudah bisa digerakkan walau masih agak kaku pasca pingsan 3 hari.     

"Aku malas mengatakannya. Kamu lihat saja sendiri," ucap Tom sambil membuka pintu ruang rawat Jessica.     

Dr. Key mengamati wajah Jessica yang masih tidur. Sangat cantik dan sangat cocok menjadi seorang putri.     

"Dia cantik ya?" kata Dr. Key memuji.     

Namun kata-katanya langsung membuat Tom melotot. "Kemarin Jean, sekarang Jessica, kamu benar-benar pedofil ya? Jangan-jangan kamu hidupin dia biar jadi simpananmu? Anak kecil kan belum bisa melawan." Tom benar-benar semakin khawatir jika Key adalah Pedofil yang suka mengumpulkan gadis belia.     

"Kamu mau pulang utuh atau tinggal mayat?" Key langsung menatap Tom dengan tajam.     

Glek.     

"Peace! Kamu boleh jadi pedofil kapan pun kamu mau," ucap Tom sambil meringis ngeri.     

Tom tidak menyaka bahwa Dr. Key juga bisa memasang tampang menyeramkan hingga membuat bulu kudu berdiri.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.