One Night Accident

AKU MAU JAVIER



AKU MAU JAVIER

0Enjoy reading.     
0

***     

"Siapa sih berisik banget?" ucap gadis di ranjang saat merasa tidurnya terganggu.     

Tom dan Dr. Key yang tadi masih saling berdebat langsung melihat ke arahnya.     

Melihat Jessica yang terbangun seketika Dr. Key tersenyum lembut. "Halo Jessica. Aku Dr. Key. Aku yang menangani operasimu beberapa hari yang lalu," kata Key tersenyum lebar.     

"Lalu ...?"     

"Lalu ...?" Key tidak mengerti.     

"Lalu kenapa kalau kamu adalah Dokter yang mengoperasiku? Emang kamu penting banget ya? Sampai aku musti tahu," ucap Jessica malas. Sudah berbagai dokter masuk ke ruang rawatnya dan semuanya mengaku mereka adalah dokter yang sudah membantu oprasinya. Jadi ... mana yang benar?     

Dr. Key mengerjapkan matanya bingung. Sedang Tom langsung berbisik di telinganya. "Dia memang nyebelin, makanya dokter dan perawat sampai menyerah menghadapinya."     

Dr. Key langsung mengangguk mengerti. Keturunan Raja dan Ratu Cavendish sudah pasti menyebalkan. Walau Jessica hanya mewarisi organ dalamnya saja, namun ... pasti sikap menyebalkan di otaknya tetaplah warisan dari pemilik otak sebelumnya alias Jean.     

"Tom kamu boleh keluar," usir Key karena tidak mau Tom mendengar percakapannya dengan Jessica.     

Tom memandang Key curiga. "Kamu beneran bukan pedofil kan? Kamu tidak berniat melakukan sesuatu padanya kan?? Inget dia habis operasi. Jahitannya bahkan belum kering dan ..." Tom menghentikan ucapannya saat melihat wajah dingin Dr. Key seolah siap memutilasi dirinya.     

"Permisi," ujar Tom langsung keluar sebelum mendapat amukan dari Dr Key.     

Dr. Key memandang Jessica yang melihatnya bingung. "Jadi Nona Jessica, aku dengar kamu menginginkan sesuatu," kata Dr. Key sambil membuka masker di wajahnya.     

"Aku mau bertemu Javier tapi semua orang berkata Javier sibuk dan sibuk. Aku tahu mereka bohong. Javier selalu memiliki waktu untukku." Jessica kesal karena permintaannya belum dituruti hingga sekarang.     

Dr. Key mengangguk. "Apa Javier saja atau Jovan juga?" Dr. Key ingin memastikan apa saja memori Jean yang masuk ke dalam pemikiran Jessica.     

"Jovan? Siapa Jovan?" Dr. Key mengernyitkan dahinya, jadi Jessica tahu Javier tapi tidak tahu Jovan. Sepertinya Dr. Key harus mencari info lebih dalam mengenai apa saja ingatan Jean yang masuk ke otak Jessica.     

"Siapa namamu?" tanya dr. Key.     

"Kau sudah tahu namaku, kenapa musti bertanya?" Jessica semakin tidak suka ketika semua Dokter terus menanyakan namanya.     

"Hanya memastikan saja karena kemarin ada pasien yang tidak menyebutkan nama lengkapnya dan berakhir kehilangan kaki. Seharusnya dia operasi amandel tapi malah diamputasi. Aku hanya menghindari salah informasi," ucap Dr. Key santai padahal berniat menakuti Jessica agar mau menjawab semua pertanyaannya.     

Jika mendengar dari dokter dan perawat yang menjaga Jessica, sepertinya otak Jean sedikit banyak sudah mempengaruhi dan merubah sifatnya menjadi arogan seperti Daniel dan pemaksa seperti Ai. Untuk menghadapi bocah yang merasa bisa menguasai dunia, maka harus ditunjukkan siapa bosnya di sini.     

Wajah Jessica terlihat kaget ketika mendengar itu. "Aku Jessica Cavendish."     

Namanya bercampur jadi satu. Harusnya Jeanice Cavendish atau Jessica Sharma namuns ekarang malah jadi Jessica Cavendish. Key menganggu-angguk seolah mengerti.     

"Usia?"     

"6 tahun." Itu umur Jean karena usia Jessica sharma adalah 10 tahun.     

"Orang tua?"     

"Orang tua?" tanya Jessica bingung.     

"Iya ... siapa nama ayah ibumu?"     

"Orang tuaku? Aku tidak tau." Tidak ada ingatan Ai dan Daniel atau pun orang tua Jessica di memorinya.     

"Saudara?"     

"Javier."     

"Nama lengkap Javier?"     

"Javier ... hanya Javier."     

"Kenal dengan Jovan? Junior? Alxi? Angel?"     

Jessica berpikir sejenak lalu menggeleng kesal. "Kamu itu sebenarnya siapa? Kenapa bertanya aneh- aneh."     

"Aku doktermu. Harus tahu perkembangan kesehatanmu."     

"Perkembangan kesehatan? Tapi kenapa yang kamu tanyakan malah keluargaku? Dasar aneh!"     

Dr. Key mendengus tidak tersinggung sama sekali karena dibilang aneh. "Karena memori juga bagian dari kesehatan. Apa kamu mau aku mengirimmu ke keluarga yang salah ketika sudah sembuh karena kamu tidak memberikan keterangan yang benar dan akurat."     

Jessica menggeleng.     

"Jadi kapan aku bisa bertemu Javier?" tanya Jessica setelah Dr. Key puas dengan semua jawaban yang diberikan.     

"Nanti kalau sudah saatnya."     

"Nanti? Si kenan mengatakan kalau Javier akan segera ke sini tapi mana? Bullshit!" Semua Dokter mengatakan akan segera membawa Javier namun hingga sekarang Javier bahkan tidak muncul. Jessica sangat kecewa.     

"Javier tidak suka bertemu dengan wanita yang suka mengumpat, jadi jaga bicaramu atau Javier tidak akan mau menemuimu."     

"What? Mana mungkin dia tidak mau menemuiku? Dia yang mengajarkan berbagai kata umpatan padaku," kata Jessica santai.     

Dr. Key terdiam sesaat, berpikir apakah roh yang mengobrol dengan Javier selama ini adalah benar-benar Roh milik Jessica. Kalau benar sepertinya dia harus menasehati Javier suatu hari nanti agar tidak mengumpat dihadapan gadis kecil.     

"Baiklah Nona Jessica, saya harus pergi."     

"Pergi? Hey ... kamu belum menjawab pertanyaanku."     

Dr. Key bingung. Pertanyaan yang mana?     

"Kapan Javier datang?"     

Astaga ... Javier lagi. Sebenarnya selain nama Javier apa tidak ada yang nyangkut di otaknya lagi? Dr. Key membuka ponselnya dan mencari foto Javier.     

"Ini Javier."     

Jessica mengernyit. "Itu bukan Javier, memang mirip tapi dia bukan Javier."     

Dr. Key memandangi ponselnya, lalu mencari foto satunya dan menunjukkan pada Jean.     

"Ini baru Javier. Yang tadi bukan."     

Dr. Key memamdang Jessica takjub, dia yang bertemu dengan Javier dan Jovan secara langsung saja kadang tidak bisa membedakan mana Javier mana Jovan, sedang Jessica bisa membedakan mereka walau hanya lewat foto. Amazing! Yang lebih menakjubkan lagi Jessica bisa berbahasa Inggris dan Indonesia dengan lancar. Siapa yang sudah mengajarinya?     

Dari awal Dr. Key sudah siap-siap menghadapi bayi yang terjebak dalam tubuh gadis 10 tahun. Karena bagaimanapun juga yang di kepala Jessica adalah otak Jean yang masih polos tanpa terisi memori apa pun. Jika sekarang Jessica memiliki ingatan seperti itu, apa bisa memory sebuah mimpi menjadi kenyatan? Yang jelas dalam dunia kedokteran itu mustahil.     

Walau mustahil tetapi mau tidak mau Dr. key harus percayankarena pada kenyataannya itulah yang ada di hadapannya sekatrang.     

Namun ... Dr. Key juga bersukur karena walau di dalam mimpi, Jessica tidak membayangkan dia istri Fransisco Lacowsky atau kekasih salah satu member EXO. Kalau kejadian kan bisa runyam urusan.     

"Ehem ... Dokter ... hello!" Jessica melambaikan tangannya ke depan wajah Dr. Key karena dia melamun.     

"Ya?"     

"Kapan aku bisa bertemu Javier?"     

Dr. Key melongo. Astaga ... Javier lagi?! "Javier masih ujian nasional."     

Jessica mendengus. "Javier baru kelas 3 SD nggak mungkin ujian nasional."     

Dr. Key memandang Jessica mulai tertarik. "Dari mana kamu tahu Javier baru kelas 3?"     

"Please deh aku tahu semua tentang Javier, makanan kesukaannya, pelajaran favoritnya, cita-citanya, semua aku tahu."     

Dr. Key menarik sebuah kursi dan duduk di dekat ranjang semakin tertarik dengan apa saja yang ada di ingatan Jessica. "Ceritakan padaku tentang Javier."     

"Untuk apa?"     

"Untuk membuktikan kamu benar-benar adik dari Javier."     

"Dan jika aku memang adik Javier apa aku bisa bertemu Javier?"     

"Tentu, bahkan aku sendiri yang akan mengantarkanmu ke sana."     

"Baiklah ... deal!" Dr. Key menjabat tangan mungil Jessica dengan senyum lebar. Lalu tanpa diberi aba-aba Jeasica mulai menceritakan kebersamaannya dengan Javier. Di istana Cavendish, di pantai, di hutan, bahkan di rumah Marco paman dari Javier.     

Karena terlalu bersemangat bercerita Jessica bahkan tidak sadar bahwa sudah mengoceh kurang lebih selama 2 jam. Yang Dr. Key sadari akhirnya Jessica tertidur karena kelelahan.     

Dr. Key tersenyum memandangi wajah Jessica. Dengan pelan dia mengembalikan kursi yang tadi dia duduki lalu kembali mendekati Jessica. "Penuh semangat dan pemaksa. Persis seperti Ai," batin Dr. Key sambil membelai pipi Jesaica.     

"Selamat tidur Jessica," ucap Dr.key lalu mengecup dahi Jesaica pelan dan menyelimutinya dengan benar. Lalu Dr. Key memakai kembali maskernya sebelum keluar dari ruang rawat Jessica.     

Di luar ruangan Tom yang mengintip sedikit merasa shock ketika melihat Key mencium Jessica.     

Astaga ... Pedofil. Key benar-benar pedofil.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.