One Night Accident

AKU DATANG



AKU DATANG

0Enjoy Reading.     
0

***     

Melihat adiknya melakukan Video Call Daniel langsung mengangkatnya.     

"Ada apa?" tanya Marco di sebrang sana saat video callnya diangkat Daniel.     

"Memang ada apa?" tanya Daniel bingung bukankah seharusnya Daniel yang menanyakan ada apa? Karena jelas-jelas Marco yang lebih dulu menghubungi dirinya.     

Daniel masih heran sambil memandang wajah Marco yang langsung cemberut. "Nggak usah mengelak. Sudah seminggu aku merasa gelisah. Keluargku baik-baik saja, berarti ini berasal darimu! Cepat katakan ada apa? Kamu pikir enak apa merasa deg-degan dan resah tanpa tahu penyebabnya?"     

Daniel menunduk sambil berpikir.Tuh kan bener, baru saja diomongin saudaranya langsung berasa. Tapi Daniel ragu akan memberitahu Marco atau tidak. Well adiknya itu terlalu peka dan suka heboh sendiri kalau ada anggota keluarga yang tersakiti.     

"Brotha?!" teriak Marco meminta perhatian dari Daniel.     

"Ini soal Javier," kata Daniel akhirnya memberitahu.     

Marco mengernyit. "Kenapa dengan Javier? Dia sering kumat? Bukannya dia sudah bisa mengendalikan kemampuannya itu ya? Makanya aku berani ninggalin dia di sana."     

"Bukan itu ... tapi sepertinya ada yang mengganggunya. Entahlah aku juga belum tahu apa dia sedang main-main atau apa. Karena sampai saat ini aku tidak menemukan sesuatu yang akan menyakitinya tapi Javier seperti agak tertekan makanya aku curiga pasti ada yang mengancam atau mempermainkannya." Daniel bingung harus menjelaskan bagaimana karena sampai saat ini apa yang dilakukan Javier masih terlihat aman dan tidak berbahaya. Namun ... kenapa harus sembunyi-sembunyi dan melakukannya di tengah malam. Seperti menyimpan rahasia yang sangat besar.     

"What?! Siapa yang berani mengancam ponakan gantengku?!" teriak Marco di seberang sana dengan tampang kesal.     

"Aku tidak tahu. Entahlah apa aku yang berlebihan atau bagaimana. Tapi instingku selalu benar dan aku yakin ada sesuatu yang salah di sini. Kamu tahu kan Javier pernah menyebutkan soal sebuah laboratorium Gold ... emmm Ah ... Locker Gold dan Dr. Key entah siapa dan Jean yang kata Javier masih hidup."     

"Jean? Siapa?" tanya Marco bingung.     

Daniel menepuk jidatnya sendiri. Dia lupa belum memberitahu Marco karena Marco memang bukan bagian dari misi. Lalu dalam waktu singkat Daniel menjelaskan soal penemuan laboratorium terbengkalai di Eternity dan pernyataan-pernyataan yang Javier lontarkan padanya.     

"Setelah apa yang dikatakan dan bukti di depan mata kau tidak percaya pada anakmu sendiri?!" teriak Marco kesal.     

"Aku percaya Marco, tapi uncle Paul sudah menyelidiki laboratorium itu dan hasilnya nihil, itu hanya laboratorium yang terbengkalai." Dan sudah berulang kali Paul bolak balik ke Laboratorium itu nemun hasilnya tetap nihil. Tidak ada petunjuk sama sekali.     

Marco memandang Daniel tajam. "Locker gold, sebentar. Javier kayaknya pernah bicara soal itu padaku. Namun aku mengabaikannya karena waktu itu dia habis kumat. Aku pikir dia hanya asal tebak saja. Kalau itu tempat yang sama dengan yang kakek tunjukkan padaku saat aku masih kecil. Berarti ...."     

"Lalu ... kenapa kamu diam saja? kenapa tidak memberitahu hal sepenting itu padaku. Sekarang Locker Gold benar-benar ditemukan hanya saja sudah kosong. dan ... apa maksudmu kakek pernah menunjukkan Laboratorium itu padamu?" Daniel yang sekarang menatap Marco meminta penjelasan.     

"Siapa yang menolakku membantu dalam misi. Lagi pula mana aku tahu kalau misi itu tentang Laboratorium yang pernah diucapkan Javier padaku. Lagi pula saat itu aku masih kecil dan ke sana hanya sekali dan ... kakek tidak memberitahu nama laboratorium itu secara pasti. Kalu bukan karena daya ingatku yang tinggi dan mendengar salah satu rekan kakek mengatakan Locker Gold aku bahkan akan mengira itu bagian dari laboratorium Cavendish, buakan tempat yang teropisah dan berdiri sendiri." Marco semakin cemberut. Sudah tidak diajak masih disalahkan pula.     

"Baiklah ... maafkan aku."     

Marco mendesah. "Tetap di tempat dan jangan kemana-mana aku akan datang," ujar Marco dan langsung mematikan Ponselnyanya.     

Daniel ingin membantah Marco karena masih ingin bertanya apakah dia ingat apa saja yang dia lihat saat di Locer Gold ketika masih kecil dulu. Tetapi percuma karena panggilan sudah dimatikan olehnya dan saat Daniel berusaha menghubunginya Marco tidak mau mengangkatnya. Dasar keras kepala. Kalau sudah punya keinginan tidak bisa diganggu gugat. Mau kesini? Nanti malam kali baru sampai. Batin Daniel. Daniel baru akan berdiri saat pintu ruang kerjanya diketuk. Siapa yang punya kepentingan dengannya di jam segini? Batin Daniel.     

"Brotha!" Daniel langsung terjengkang ke belakang saat membuka pintu dan Marco menerjangnya.     

"Shit! Apa yang kamu lakukan di sini?" teriak Daniel melepaskan diri dari pelukan Marco. Marco membiarkan Daniel duduk tapi memeluknya kembali.     

"Aku tadi kan bilang jangan kemana-mana aku pasti ke sini," jelas Marco sambil nyengir.     

Daniel mendengus hafal dengan kebiasaan Marco yang suka tiba-tiba nongol itu. "Kapan datang?"     

"Sejam yang lalu."     

"Kenapa tidak mengabari?"     

"Habisnya jantungku dag dig dug terus, makan nggak enak, tidur tak nyenyak. Udah kayak orang patah hati. Aku tahu pasti kamu lagi ada masalah makanya aku langsung kesini tanpa pemberitahuan."     

"Lizz ikut?"     

"Nggaklah ... Ngapain? Juniorkan harus sekolah. Emang aku ini seperti abang yang suka ngintilin bini kemana-mana?"     

Plakkk     

"Aw ... Ish. Kangmas suka BDSM deh sekarang," ucap Marco mengelus kepalanya yang digeplak Daniel.     

"Awas aku mau tidur," ucap Daniel menyingkirkan Marco yang masih menindih dan memeluknya.     

"Dedek masih kangen, Bang."     

"Tapi kalau posisi kayak gini kita jadi kayak pasangan homo tahu nggak?"     

"Abang sange aku giniin?" kata Marco menggerakkan pinggulnya.     

Duahkhhh.     

"Fuck! Shit!" Marco tergeletak di lantai sambil memegangi hidungya yang baru saja di bogem oleh Daniel.     

"Abang Jahara!" teriak Marco meringis merasakan nyut-nyutan di bagian wajahnya.     

"Bercandamu nggak lucu." Tak tahukan Marco, Daniel sudah merinding saat Marco tiba-tiba menggerakkan pinggulnya. Walau hanya mengenai paha tetap saja bikin jijik 7 turunan.     

"Tapi nggak usah ditonjok juga kali, Bang. Kegantenganku kan jadi berkurang. Ya Allah ... muka kerenku jadi lebam kan?" ucap Marco sambil berdiri.     

Daniel mendengus melihat wajah Marco yang meringis lebay.     

"Daniel ..." Daniel berbalik dan melihat Marco yang memandngnya dengan wajah serius.     

"Kita akan cari tahu sama-sama, enggak ada bantahan. Aku nggak peduli kamu mau melibatkan aku atau tidak dalam misi ini. Yang jelas aku tetap akan ikut menyelidikinya dan aku pastikan akan menemukan siapa pun yang sudah berani mengganggu keponakan kesayanganku," kata Marco dengan kebulatan tekad.     

Daniel mengangguk dan menepuk pundak Marco. "Kita bahas nanti saja, istirahatlah dulu pasti kamu capek baru datang."     

Marco tersenyum sumringah. "Ih ... Bos ternyata masih perhatian sama aku. Adik terharu jadinya."     

Daniel menelan ludahnya susah payah melihat Marco bergaya bak banci kaleng.     

Belum ada satu menit bisa ngomong serius dan sangat macho sekarang udah kumat lagi. Sudahlah dari pada merinding sendiri Daniel memilih berjalan keluar. Tapi baru beberapa langkah Marco memanggilnya lagi.     

"Daniel ... Kamu nggak mau ngobatin dedek dulu? Sakit nih!" ucap Marco menunjuk wajahnya dengan tampang dimanis-manisin.     

Brakkk.     

Daniel menutup pintu di belakangnya dengan kencang. Muak banget melihat muka ganteng adiknya tapi kelakuan bak banci kaleng.     

"Ih ... Kakanda ... Kejamnya dikau!"     

Daniel berjalan terus tanpa memperdulikan teriakan dan protes Marco di belakangnya. Salah apa dia smapi punya adik kembar gesrek keyak gitu?     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.