One Night Accident

PERKENALAN



PERKENALAN

0Enjoy Reading.     
0

****     

"Dimana Daniel?" tanya Ai pada pengawal kerajaan saat bangun dan tumben-tumbenan tidak ada yang memaksanya membuka kaki di pagi hari.     

"Maaf Ratu, kami tidak tahu. Yang mulia Raja Daniel pergi pagi-pagi sekali setelah sarapan dengan pakaian biasa dan beliau tidak mau dikawal." Pengawal itu menjelaskan.     

"Apa dia tidak mengatakan kemana tujuannya?" Ai heran karena tidak biasanya daniel bersikap seperti itu.     

"Tidak yang mulia. Beliau bahkan membatalkan semua jadwal. Tapi beliau mengatakan akan kembali saat jam makan malam."     

Ai semakin mengernyit heran, Daniel tidak pernah pergi tanpa pamit. Bahkan biasanya Daniel cenderung posesif padanya. Tidak boleh memberi jarak lebih dari 10 meter. Kenapa sekarang dia yang pergi tanpa memberitahunya? Ini kah rasa resah yang sering dialami Lizz saat Marco suka menghilang tiba-tiba tanpa kepastian? Atau ... Daniel memang sudah terkena virus Marco yang suka meninggalakan istri seenaknya. Pergi tanpa kabar pas pulang bikin pembalasan di ranjang.     

Sebenarnya Ai sudah curiga. Sekitar 2 minggu ini sikap Daniel agak aneh, Dia seperti memikirkan sesuatu. Tapi saat Ai tanya ada apa? Daniel selalu bilang bahwa ini hanya masalah kerajaan dan Ai tidak boleh ikut pusing memikirkannya. Dipikir-pikir di sini Ai memang seperti ratu yang tidak berguna. Karena Ai hanya melakukan tugas sebagai ratu saat ada jamuan makan malam dengan kepala negara lain. Atau ada pertemuan amal dan agenda rutin dengan ibu-ibu pejabat kerajaan.     

Sedang saat ada masalah Ai selalu tidak dilibatkan dan Daniel akan memberitahu setelah masalahnya selesai. Ai jadi merasa tidak berguna. Padahal dia kan juga ingin membantu, walau Ai tidak bisa membantu menyelesaikan masalahnya, setidaknya Ai tahu apa yang sedang dihadapi Daniel dan bisa memberi saran atau paling tidak sekedar menghiburnya. Walau Ai yakin hiburan yang Daniel minta pastilah berhubungan dengan ranjang. Ai tidak pernah keberatan. Karena menurut Ai hanya itu yang bisa diberikannya pada Daniel.     

Yah ... walau Daniel sering minta di waktu dan tempat yang tidak tepat. Tapi tidak masalah asal Daniel bisa menyalurkan rasa stresnya. Ai akan berusaha jadi istri yang siap sedia.     

"Beritahu aku kalau yang mulia sudah datang," kata Ai, lalu pergi ke taman kerajaan di mana anak-anaknya sedang bermain di sana.     

****     

"Semuanya! Keluar dari laboratorium sekarang juga." Dr Key segera menghubung semua partnernya.     

"Kenapa? Ada apa? Kenapa suaramu berbisik? Apa kamu tertangkap?"     

"Tidak, tapi ... aku ada di tempat yang rawan dan saat ini Raja Daniel dan Pangeran Jhonathan sudah menemukan jalan rahasia menuju ke sana."     

"APA! lalu ... bagaimana dengan semua penelitian kami?" terdengar protes dan keluhan dari beberapa Dokter di belakang orang yang sedang di hubungi Dr. Key.     

"Bawa yang bisa dibawa. Selebihnya tinggalkan."     

"Tapi aku sudah menelitinya hampir 3 tahun."     

"Terserah. Kalau kamu bisa bawa, bawa saja. Kalau tidak silakan jika mau tertangkap. Aku tidak jamin akan bisa menyelamatkan kalian jika ada yang tertangkap. Kalaupun bisa butuh waktu lama dan mungkin bisa menyebabkan laboratorium di tutup untuk selamanya."     

"Shit! Kenapa bisa seperti ini? Kamu bilang ini tempat yang paling aman."     

"Awalnya begitu. Namun kalian tahu sendiri kemampuan keluarga Cohza. Kalian sudah aku peringatkan jauh hari sebelum laboratorium lama ditemukan bahwa kalian harus bersiap pergi jika ada keadaan tidak terduga. Contohnya keadaan seperti saat ini."     

"Baiklah. Masalahnya kami harus keluar lewat mana? Jalan keluar kan lewat lorong rahasia? Sedang jalan satunya langsung berada di dalam Istana Cavendish. Aku yakin jika keluar dari sana kami akan seperti orang bunuh diri."     

"Tentu saja keluar lewat istana. Tapi jangan bersamaan dan aku akan mengatur orang agar kalian bisa keluar dengan aman. Yang jelas lakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan. Kalian hanya punya waktu 3 jam untuk bersiap sampai Raja dan pangeran sampai di sana."     

"Baiklah ... kami akan segera pergi."     

"Aku akan berusaha menghambat mereka selama mungkin."     

"Siap!"     

Klik.     

Dr. Key menutup panggilan telponnya dan memejamkan matanya lagi. Sebentar lagi Daniel akan mengetahui soal Jean. Mungkin ini saatnya dia untuk menyiapkan perkenalan secara resmi.     

***     

"Kalau dipikir-pikir kenapa uncle Paul tidak menemukan apa pun. Padahal dia sudah meneliti laboratorium itu selama dua bulan," ucap Daniel pada dirinya sendiri.     

"Karena uncle Paul tidak memiliki pengetahuan soal kedokteran, jadi mau diperiksa sedetail apapun dia tidak akan tahu kalau lumut dan karat itu hasil semprotan obat bukan tumbuh secara alami." Marco segera menjawab kecurigaan Daniel tetang pamannya yang tidak berhasil menemukan apa-apa.     

"Benar juga. Lagipula walau Uncle Paul menggunakan mesin pendeteksi tentu saja jalan rahasia ini tidak akan ditemukan karena lorong ini kosong bahkan tanpa lampu atau sesuatu yang bisa membuat mesin pendeteksi berfungsi," kata Daniel mengerti kenapa jalan rahasia ini tidak bisa di temukan oleh pamannya. Karena pamannya selalu mengandalkan tehnologi buatannya yang dia anggap paling mutakhir di dunia dan pastinya Paul tidak akan mau repot-repot sekedar mengetuk tembok atau mencium bau lumut untuk memastikan sesuatu.     

"Yeahhh ... benar juga ya." Marco mengangguk-angguk.     

"Menurutmu lorong ini akan sampai kota mana?" tanya Daniel setelah tidak mendengar suara apa pun Dari Marco. Dan karena di sana kondisi gelap gulita tanpa penerangan Daniel hanya bisa memastikan keberadaan Marco dengan mendengar langkah kaki mereka berdua yang beriringan.     

"Entah!"     

"Kita sudah berjalan hampir satu jam dalam kegelapan. Apa imajinasimu juga ikut menggelap?" tanya Daniel pada Marco. Heran saja karena pada saat memasuki lorong rahasia ini Marco terus mengoceh sepanjang jalan. Bahkan terlihat bersemangat. Tapi sudah sekitar 15 menit ini Marco diam. Bahkan hanya menanggapi perkataan Daniel ala kadarnya. "Mungkin dia sudah capek,‟ batin Daniel.     

"Marco?" Daniel berbalik saat merasa dia hanya berjalan sendiri tanpa langkah kaki Marco menyertai.     

"Jhonathan!" panggil Daniel ketika tidak mendapat jawaban.     

"Aku di sini," jawab Marco terdengar lirih.     

Daniel mencari arah suara Marco dan berjalan ke arahnya yang ternyata sudah ketinggalan jauh darinya. "Ada apa?" Daniel mulai khawatir karena Marco diam saja.     

"Tidak apa-apa. Ayo jalan lagi." Daniel mengernyit heran saat mendengar suara Marco yang terdengar aneh.     

"Jo ... kau tidak apa-apa?" tanya Daniel khawatir semakin yakin ada yang tidak beres.     

Tidak ada jawaban tapi Daniel bisa mendengar napas Marco yang seperti terengah.     

"Marco ...." Daniel meraba-raba lalu teringat sesuatu. Dengan cepat Daniel mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter yang ada di sana. Seketika ruangan yang gelap gulita itu terasa menyilaukan karena cahaya.     

"Jhonathan!" Daniel berseru saat melihat wajah Marco yang terlihat pucat. Dia bahkan sudah menopang tubuhnya ke tembok seolah berdiri saja sebuah perjuangan baginya.     

"Aku ... tidak apa-apa." Walau mengatakan begitu Daniel bisa melihat dahi Marco dipenuhi dengan keringat dingin.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.