One Night Accident

LEMAS



LEMAS

0Enjoy Reading.     
0

*****     

Daniel menghampiri Marco dan langsung merangkulnya saat dia melihat Marco mengeluarkan keringat dingin. Daniel bahkan bisa merasakan gemetar di tubuh Marco seolah dia tidak memiliki tenaga untuk sekedar menopang tubuhnya.     

"Duduk dulu," ujar Daniel berusaha setenang mungkin. Marco duduk di lantai dengan lemas dan memiliki keinginan kuat untuk menutup matanya.     

"Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu terluka atau ada bagian tubuhmu yang merasa tidak normal?" tanya Daniel sambil mengusap dahi Marco yang basah oleh keringat dingin. Daniel yakin tidak adan jebakan di sepanjang lorong karena sedari tadi mereka berjalan bersama dan tidak terdengar suara apa pun yang mencurigakan. Namun, kenapa adiknya bisa terlihat sangat sakit?     

"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit lemas dan mengantuk. Aku merasa sangat ingin tidur," ucap Marco lirih ingin berada di kasurnya yang empuk dan hangat dan tertidur lelap. Tentu saja dengan Lizz berada di pelukannya. Ah ... itu pasti bayangan surga.     

Mendengar perkataan Marco mata Daniel melotot ketika menyadari sesuatu. Apakah apa yang dialami Marco seperti peringatan ibunya yang pernah diberitahukan padanya dahulu.     

Plakkkkk.     

Daniel mempar pipi Marco dengan keras.     

"Kenapa kamu menamparku?" Marco terlihat kesal saat dia yang hampir tertidur kaget karena sebuah tamparan di pipi. Tentu saja pipinya langsung memerah dan berdenyut karena tamparan itu tidak main-main.     

"Aku tidak akan membiarkanmu tidur." Daniel memperingatkan.     

"Sebentar saja. Aku benar-benar lemas Bos, setelah tidur aku akan mengikutimu berjalan lagi bahkan jika puluhan kilo meter sekalipun," jawab Marco menawar dan mendapati dirinya mulai mengantuk kembali.     

Daniel kembali menepuk pipi Marco kali ini lebih pelan. "Sudah aku bilang. Jangan berani untuk tidur." Suara Daniel tegas tidak menerima bantahan.     

"Pleaseee, sebentar saja. Satu jam, em ... tidak-tidak 30 menit. Beri aku waktu setengah jam memulihkan diri setelah itu bos boleh menyuruhku melakukan apa pun." Marco merajuk benar-benar ingin merebahkan tubuhnya dan tertidur lelap.     

"Tidak ... Marco ... bangunnnn." Kali ini Daniel memaksa Marco untuk berdiri agar tidak merosot dan malah berbaring di lantai. Hal yang baru saja hendak Marco lakukan.     

"Baiklah ... 10 menit oke. Hanya sepuluh menit. Tolonglah ... beri kelonggaran sedikit, aku hanya meminta waktu 10 menit bukan 10 jam." Tubuh Marcon bersandar ke tembok dan mulai memejamkan matanya.     

Daniel semakin khawatir karena Marco mengabaikan ucapannya. Dia jadi teringat perkataan ibunya yang tidak memperbolehkan Marco sampai kehilangan kesadaraan ketika sakit karena bisa berakibat fatal. Apa efek sebenarnya kalau Marco tertidur, yang jelas Daniel tidak mau mencoba hal yang membahayakan Marco dan tidak dia ketahui. Ibunya mengatakan bahaya dan dia akan menjauhkan bahaya itu dengan sekuat tenaga.     

"Jangan berani tidur atau aku akan menjadikan Lizz istri keduaku."     

Bugkhhhh.     

Seketika Marco membuka mata lebar dan memukul Daniel dengan sangat keras hingga tubuhnya jatuh terjengkang.     

"Berani kamu menyentuh Lizzz ... hah ... hah ... aku akan ... aku ...." Marco merasa udara semakin sulit dijangkau.     

Brugkhh.     

"Shit!" Daniel langsung menangkap tubuh Marco yang hampir ambruk.     

"Aku hanya bercanda Jo, tapi jika kamu berani tidur sekarang, aku tidak segan-segan melakukan ancamanku."     

"Aku serius. Aku ... pasti ... hah ... akan membunuhmu jika ... hah ... berani mengambil Lizz dariku."     

"Kamu bisa membunuhku jika badanmu sudah sehat lagi." Daniel memegang wajah Marco dan menatapnya tajam, berusaha mensugesti adiknya agar tidak memejamkan matanya.     

"Jangan tidur! Ingat jangan memejamkan matamu. Mengerti?" Daniel menghipnotis Marco.     

Akhirnya Marco mengangguk dengan lemas."Aku tidak akan tidur."     

"Bagus! Sekarang aku tanya. Kapan terakhir kamu makan?"     

"Aku ... makan ... em ... entahlah ... aku sepertinya lupa."     

"Shit! Dasar bodoh." Daniel menggertakkan giginya karena kesal. Pasti adiknya ini sudah berhari-hari tidak makan. Mengingat Marco bilang dia merasa resah selama beberapa hari dan tidak nafsu makan lalu melakukan perjalanan ke Cavendish yang membutuhkan waktu lumayan lama dan pasti tanpa disertai makan karena Marco tidak sabar bertemu dengannya.     

Begitu sampai bukannya istirahat dia malah langsung melakukan penyelidikan dan mengabaikan kesehatannya sendiri.     

Daniel masih ingat perkataan mommynya. Bahwa akibat dari injeksi yang diberikan oleh mommynya ke tubuh Marco, Marco memiliki kekebalan tubuh yang sangat tinggi bahkan dia bisa menetralisir racun. Efek sampingnya adalah ... Marco tidak pernah merasa lapar dan haus padahal tubuhnya walau kebal racun tetap membutuhkan asupan tenaga. Dan jika Marco mengabaikannya itu sama saja dengan bunuh diri secara perlahan. Daniel berani bertaruh bahwa minimal sudah 3 hari Marco tidak memakan apa pun bahkan mungkin lebih.     

Daniel tidak akan mengizinkan Marco sampai tertidur sebab kata mommynya jika daya tahan tubuh Marco mengikis karena tidak mendapat asupan makanan maka jangan sampai membiarkan Marco pingsan atau tertidur karena bisa berakibat fatal.     

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Marco lirih sambil mengamati Daniel yang mengotak atik ponselnya.     

"Bukan apa-apa." Daniel sebenarnya sedang melakukan panggilan darurat agar ada pihak kerajaan yang segera menyusulnya ke tempat itu. Tapi tentu saja Marco tidak boleh tahu karena Daniel yakin dia akan ngotot bilang baik-baik saja dan menyuruh Daniel meneruskan penyelidikannya lalu meninggalkan dia di sini sendirian. Bah ... mati pun Daniel tidak akan pernah meninggalkan adiknya sendirian.     

"Kamu teruskan penyelidikan. Aku di sini saja. Maaf tidak bisa membantu," gumam Marco lirih. Tuh ... kan baru Daniel menebak Marco akan menyuruhnya pergi dan meninggalkan dirinya sendiri. Hal ini langsung kejadian.     

"Kamu kan bisa melihat aura. Apa ada aura hantu di sini" tanya Daniel mengabaikan perkataan Marco dan berusaha mengajak bicara topik lain agar adiknya tidak tertidur sampai bantuan datang.     

"Hm ... banyak."     

"Kamu benar-benar tidak takut hantu?" Marco menggeleng.     

"Apa di dekatku ada hantunya?" Marco tersenyum meringis.     

"Bahkan ada yang sedang menempel di punggungmu," kata Marco usil. Bukannya takut. Daniel malah bernapas lega. Jika Marco bisa bercanda berarti Daniel lumayan berhasil mengalihkan perhatiannya.     

"Apa wajahnya menyeramkan?"     

"Aku hanya bisa melihat auranya, bukan indigo seperti Javier."     

"Padahal aku penasaran wajahnya seperti apa." Marco terkekeh geli sedang Daniel pura-pura kecewa.     

Misi Daniel mengalihkan perhatian Marco dengan mengajaknya terus mengobrol ternyata berhasil. Walau untuk itu Daniel harus menjadi seperti Marco yang cerewet dan alay.     

Daniel melihat jam di ponselnya. Sudah hampir satu jam dia mencoba mempertahankan kesadaran Marco. Dia tahu Marco sudah berusaha keras menjawab setiap pertanyaannya, bahkan Marco menjawabnya dengan suara lirih dan napas yang tersenggal akibat jumlah oksigen di lorong yang memang terbatas dan terasa sangat tipis membuat orang sehat bisa merasa agak sesak bagaimana dengan Marco yang jelas-jelas sedang sakit pasti dia merasa lebih tersiksa. Namun, setidaknya Marco masih bertahan. Dan Daniel berharap Marco tetap bertahan sampai bantuan datang.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.