One Night Accident

I LOVE U



I LOVE U

0Enjoy Reading.     
0

****     

Daniel merasa sangat lega saat mendengar banyak suara langkah kaki mendekatinya disertai cahaya senter yang menyilaukan.     

"Yang Mulia ...." Pengawal yang datang langsung merasa kaget ketika melihat keadaan pangeran Jhonathan yang pucat dan lemas.     

Daniel berdiri dan menopang Marco di sampingnya. "Bawa Pangeran Jhonathan ke rumah sakit terdekat. Ingat! Jangan sampai dia pingsan. Dia harus tetap sadar. Mengerti?"     

"Baik yang mulia." Salah satu pengawal segera membantu Marco agar naik ke atas tandu yang sudah mereka sediakan. Setelah mendapatkan panggilan darurat tentu saja mereka dengan sigap sudah menyediakan segala sesuatu jika Raja mendapat luka atau terjebak di suatu tempat. Mereka datang dengan persiapan lengkap bahkan dengan beberap Dokter untuk melakukan pertolongan pertama jika memang keadaannya sangat darurat dan mengkhawatirkan.     

"Brotha ... kamu berlebihan. Aku hanya butuh air, tidak perlu sampai ke rumah sakit," protes Marco. Walau lemas dan merasa tidak punya tenaga namun dia benci diperlakukan seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa.     

"Abaikan dia. Ikuti semuanya sesuai dengan perintahku."     

"Baik yang mulia."     

"Ingat! Jangan sampai terjadi sesuatu padanya. Jika dia sampai memejamkan mata maka aku akan membuat kalian semua ikut memejamkan mata untuk selamaya."     

Daniel menyelesaikan perkataannya dengan tatapan dinginnya mampu membuat pengawalnya menelan ludah susah payah. Peringatannya sangat jelas, Marco pingsan mereka jadi mayat.     

"Selebihnya ikut denganku," ucap Daniel lngsung berjalan melanjutkan penyelidikannya di lorong yang belum terlihat di mana ujungnya. DIa yakin sudah berjalan lebih dari 10 kilo meter namun lorong itu seperti jalan bekas tambang yang bahkan memiliki belokan dan naik turun. Bedanya itu jalan utama dan tidak ada cabang jalan yang lain. Memudahkan Daniel menyelidiki karena tidak perlu memusingkan jika sampai ada persimpangan.     

"Yang Mulia ... biar kami saja yang melakukan penyelidikan. Kami akan segera melapor kepada Anda jika menemukan sesuatu." Pengawal itu khawatir akan banyak bahaya yang mengancam keselamatan Raja.     

Daniel berhenti berjalan lalu berbalik memandang dingin pengawalnya. "Apa kamu baru saja memerintahku?"     

"Maaf, Yang Mulia... Kami tidak bermaksud begitu. Kami hanya mengkhawatirkan keselamatan Anda." Pengawal itu bahkan sudah tidak berani mengangkat wajahnya karena tatapan Daniel membuat suhu diruangan itu terasa beku. Apakah sekarang sudah musim dingin? batin pengawal yang lainnya.     

Daniel mendengus. Dia bahkan sudah mengelilingi dunia saat mengejar para buronan internasional dan baik-baik saja. Kenapa hanya untuk mencari sebuah laboratorium dia harus khawatir? Kalau bukan karena mereka terlanjur di sini, Daniel pasti akan mengusir mereka. Daniel malas bekerja sambil dibuntuti. Selain mengganggu itu juga mengambat gerakannya.     

"Diam dan ikuti saja. Kalau berisik kembali saja ke istana," ucap Daniel terus berjalan menyusuri lorong rahasia. Membuat seluruh pengawal hanya bisa mengikuti sambil berjaga-jaga jika ada yang membuat Raja mereka terancam bahaya.     

***     

"Javier!" Javier menoleh dan melotot saat melihat Jean berdiri tidak jauh dari tempatnya berada. Entah sudah berapa lama Javier tidak melihat Jean. jadi begitu Jean sekarang ada di dekatnya dia tidak bisa menghentikan diri untuk tersenyum lega sekaligus senang.     

"Jean?" panggil Javier seolah masih tidak percaya Jean benar-benar muncul lagi. Bagaimanapun juga setelah Jean tidak muncul dalam waktu yang lumayan lama, otak kecilnya sudah berpikir yang tidak-tidak. Khawatir Dr. Key menyakitinya.     

"Halo Javier!" sapa Jean dengan senyum manisnya.     

"Jean ... aku merindukanmu!" ungkap Javier langsung memeluk Jean dengan erat.     

"Aku juga kangen kok," ucap Jean membalas pelukan Javier.     

Tunggu dulu ... Javier tidak pernah bisa memeluknya sebelum ini, kenapa sekarang bisa? "Kenapa aku bisa menyentuhmu?" tanya Javier bingung.     

Jean tersenyum. "Ini hanya mimpi Jav ... tapi aku senang kok kamu bisa menemuiku. Karena waktuku tidak banyak lagi."     

"Mimpi? Kenapa kamu tidak pernah menemuiku lagi? Dan apa maksudmu, waktumu tidak banyak lagi? Apakah terjadi sesuatu pada tubuhmu?" Jean tersenyum lagi dan mengangguk membuat kekhawatiran Javier meningkat.     

"Apa Dr. Key menyakitimu?" Jean mengangguk lalu menggeleng membuat Javier bingung.     

"Yang benar yang mana? Dr. Key menyakitimu atau tidak?" tanya Javier penasaran.     

"Dia menyakitiku. Sangat sakit rasaya tak tertahankan, aku bahkan ingin menyerah dan menghilang. Namun ... aku teringat dirimu dan walau Dr. Key melakukan hal buruk padaku tapi ... aku tahu sebenarnya itu dia lakukan itu untuk kebaikanku dan kalian semua. Jadi ... saat nanti kamu tahu apa yang terjadi. Maafkanlah dia ... Karena apa pun yang dia lakukan, dia melakukannya itu untuk kita semua." Jean kecewa dengan kekuatannya sendiri karena tidak bisa bertahan dan membuat Dr. Key kesulitan hingga merelakan bagian dari tubuhnya menjadi milik orang lain. Itu tidak apa-apa, karena Jean juga akan mengambil alih tubuh itu. Jadi ... tidak masalah dia ada ditubuh siapa yang penting dia bisa hidup dan bersama orang-orang yang ingin memperjuangkan dirinya.     

"Aku semakin tidak mengerti." Javier tidak punya gambaran sama sekali tentang apa yang terjadi pada Jeannya.     

"Sudahlah ... jangan terlalu dipikirkan. Karena sebenarnya aku kesini hanya untuk berpamitan." Setelah pamitan aku akan muncul dengan tubuh baru. Batin Jean dengan senyum senang.     

"Berpamitan? Apa maksudmu? Apa kamu tidak akan menemuiku lagi?" Jean tersenyum semakin lebar.     

"Jean!" Javier meminta penjelasan dari adiknya. Namun Jean tidak menjelaskan tapi malah menyentuh wajah Javier lalu mengecup bibirnya dengan kilat.     

Javier langsung mematung di tempat.     

Apa-apaan ini?     

Bibirnya bahkan sekarang terasa kelu dan tidak bisa bekata apa-apa. Javier benar-benar terkejut dan tidak menyangka bahwa ciuman pertamanya, Jeanlah yang mengambilnya.     

"I love you," ucap Jean malu-malu.     

Bibir Javier semakin kelu mendengar itu. Dia masih berusaha mencerna apa yang baru saja tejadi padanya. Adiknya menciumnya dan mengatakan i love you padanya?     

"Jean?" Javier tidak tahu harus berkata apa selain mengucapkan namanya dengan nada bingung sekligus frustasi.     

"Jangan katakan apa pun. Aku hanya ingin kakak tahu kalau aku mencintaimu. Dan tentu saja aku juga mencintai kalian semua," ucap Jean mendekatkan wajahnya lagi.     

Javier yang takut Jean akan menciumnya lagi langsung secara reflek memundurkan tubuhnya membuat Jean tertawa kencang melihat tingkah kakaknya.     

"Aku ingin memelukmu kakak, tidak lebih. Karena sebentar lagi aku harus pergi."     

"Pergi? Kamu mau pergi kemana?" tanya Javier tidak rela.     

Jean memeluk Javier lalu berbisik di telinganya. "Pergi ke tempat yang sangat jauh. Tapi aku yakin. Sejauh apa pun aku pergi, aku akan selalu di sini," ucap Jean menyentuh dada Javier yang bahkan tidak Javier sadari bahwa jantungnya saat ini sedang berdetak sangat kencang.     

Jean melepaskan pelukannya lalu menjauh.     

"Kita akan segera bertemu," kata Jean sambil melambaikan tangannya sebelum tubuhnya perlahan menghilang.     

Javier yang masih bingung dengan yang baru saja terjadi langsung gelagapan saat melihat Jean mulai menghilang. Dengan sekuat tenaga dia berusaha menggapai Jean tapi ternyata usahanya tidak berhasil. Pelan tapi pasti tubuh Jean memudar secara perlahan.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.