One Night Accident

PINTU BAJA



PINTU BAJA

0Enjoy Reading.     
0

***     

Setelah berjalan sekitar satu jam akhirnya Daniel sampai di jalan buntu. Berarti jika ditotal dia berjalan sema dua jam di lorong. Dan dengan waktu tersebut Daniel bisa menebak jaraknya. Jika orang biasa berjalan santai selama 2 jam paling hanya 10-13 km yang ditempuh. Namun karena Daniel dan anak buahnya sudah terlatih tentu jarak yang mereka tempuh lebih banyak. Daniel bisa memastikan dalam dua jam ini mereka sudah menempuh kurang lebih 20 km.     

"Buka pintunya," ucap Daniel pada anak buahnya. Anak buahnya tentu saja bingung karena di sana tidak ada pintu sama sekali. Hanya ada tembok di semua tempat. Mana yang harus mereka buka? Apakah sang Raja ingin mereka menghancurkan tembok di hadapan mereka.     

Daniel mendesah kesal. Malas melihat respon anak buahnya yang lambat. Dia akhirnya mengetuk tembok di depannya dengan keras. "Sialan! Ini bukan pintunya," gumam Daniel pada dirinya sendiri membuat anak buahnya semakin bingung.     

Daniel berbalik dan memandang anak buahnya kesal. "Telusuri semua tembok ini dan cari pintu rahasianya!" bentak Daniel membuat seluruh anak buahnya baru mengerti dan langsung berbalik memeriksa tembok di depan mereka masing-masing.     

Setelah 30 menit berlalu.     

"Yang mulia aku rasa ada yang aneh dengan tembok di sebelah sini," kata seorang anak buahnya.     

Daniel langsung menghampiri tembok tersebut dan mengetuknya beberapa kali untuk memastikannya. "Bagus," kata Daniel setelah yakin itulah jalan rahasia yang dia cari.     

"Senjata!" pinta Daniel menengadahkan tangannya. Lalu seseorang memberikan pistol padanya.     

"Aku ingin menghancurkan tembok ini. Bukan hanya melubanginya."     

"Kalau begitu biar kami saja yang melakukannya, Yang mulia."     

"Bagus, ternyata kalian sekarang sadar kegunaan kalian di sini. Namun lakukan dengan cepat. Maksimal 10 menit. Kalau sampai gagal sebaiknya kalian mengundurkan diri jadi anak buahku," kata Daniel bersandar di tembok dan bersedekap memperhatikan anak buahnya yang langsung panik berusaha membobol tembok.     

"5 menit lagi," gumam Daniel membuat anak buahnya semakin berkeringat deras karena terburu-buru.     

"1 menit terakhir," ucap Daniel senang. Merasa terhibur dengan tingkah para pengawalnya yang berusaha mendobrak tembok yang setiap sisinya sudah hancur itu.     

Duakhhh. B     

Bughhhh.     

Tebok itu akhirnya hancur dan seharusnya anak buah Daniel senang karena menjalankan tugas dengan waktu yang tepat. Namun, bukan senang malah wajah semua pengawal Daniel langsung pucat saat mendapati di balik tembok yang sudah hancur itu masih ada pintu baja. Itu benar-benar tidak terduga.     

"Maaf, Yang mulia ... Kami pantas dihukum," ujar seorang pengawal saat tahu bahwa waktu yang diberikan Daniel sudah habis, sementara pintu baja itu masih berdiri kokoh di depan mereka.     

Daniel mengibaskan tangannya dan memperhatikan pintu itu dengan seksama. Dia mengeluarkan pisau lipat yang diciptakan Uncle Paul. Lalu mencoba mengiris pintu baja itu. Walau pintu baja itu teriris tapi irisannya hanya sedikit tidak sampai 1 cm. Daniel berpikir keras. Dibom tidak mungkin karena bisa meruntuhkan seluruh lorong. Ditembak secara beruntun, kelamaan, itu pun belum tentu berhasil. Karena baja adalah baja. Lebih kuat dari benda lain yang bisa dengan mudah di tembus oleh peluru.     

Pasti ada kode atau sesuatu yang bisa membuka pintu ini. Batin Daniel.     

"Panggil uncle Paul ke sini. Segera!" Perintahnya.     

"Baik, Yang mulia." Dengan cepat pengawal Daniel mengirim pesan pada Paul yang kebetulan masih berada di Eternity.     

"Beritahu Uncle Paul untuk menggunakan kendaraan roda dua saat memasuki lorong. Biar lebih cepat," kata Daniel tidak sabar. Karena lorong itu luas dan aman jika Paul menggunakan motor maka Daniel yakin getaran dari kendaraan itu tidak akan berpengaruh dan akan tetap aman.     

"Baik, Yang mulia." Anak buah Daniel segera mengabari Paul dan intuksi tambahan darinya.     

***     

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN.     

Brummmm ... Brummmm.     

Sinar lampu sepeda motor memenuhi lorong membuat Daniel menutup matanya karena silau. Paul turun dengan santai dan menghampiri keponakannya itu.     

"Wow ... aku sudah menyelidiki laboratorium itu berbulan-bulan tapi tidak menemukan apa-apa. Sedang kamu dan Jojo menyelidikinya sehari dan langsung bisa menemukan lorong rahasia ini," kata Paul berdecak kagum.     

"Well, Uncle bisa memuji kami lain kali tapi tidak sekarang Uncle bisa membuka pintu ini?" tanya Daniel tanpa basa-basi.     

"Selalu tidak sabaran, persis seperti Peter. Tapi ... untuk hal seperti ini memang seharusnya adalah bagianku," kata Paul langsung memeriksa tiap bagian pintu baja itu.     

"Bagaimana? Apa ada kunci password atau semacamnya yang bisa aku buka?" Paul tidak menjawab tapi dia langsung berbalik dan berjalan ke arah motor memeriksa barang bawaannya.     

"Apa yang uncle lakukan?" Daniel bingung saat Paul mengeluarkan benda kecil seperti kelereng tapi dengan ujung lancip seperti pensil dalam jumlah lumayan banyak.     

"Ini bom. Jadi hati-hati. Jangan menyentuhnya sembarangan," kata Paul memberitahu.     

"Uncle akan mengebom pintu itu? Tapi kata Jhonatahan kondisi tanah di sekitar sini gembur dan rawan longsor! Bagaimana jika getaran atau ledakan dari bom itu menyebabkan tempat ini ambruk? Kita akan terkubur di sini sama-sama," protes Daniel memberitahu Paul.     

"Apa aku terlihat sebodoh itu?" tanya Paul.     

"Asal kamu tahu saja ya, benda ini adalah bom baru ciptaanku. Bentuknya kecil dan sengaja dirancang untuk menghancurkan tembok, besi bahkan baja. Tentu saja dia lain dari bom pada umumnya. Jika bom lain setiap meledak akan menghancurkan apa pun di sekitarnya dalam radius minimal 5 meter maka ... bom ini istimewa dan tidak akan menghancurkan sekitarnya. Dia si puting beliung yang mungil dan menggemaskan. Nama yang sesuai untuknya," lanjut Paul menjelaskan.     

Daniel hanya mendesah mendengar nama tidak masuk akal itu. Tidak bisakah memeberi nama yang lebih keren sedikit. Mungkin tombak pengancur, iblis kecil pemusnah atau apa gitu yang oke. Bukan puting beliung mungil menggemaskan.     

"Pasti kamu bertanya-tanya kenapa namanya seperti itu. Ini semua karena bom ini memang bergerak seperti puting beliung. Bom kecil ini memiliki daya ledak tinggi tapi dia hanya     

akan menghancurkan maksimal 20 centi meter dari tempat ledakan utama dan tidak akan membuat getaran sehingga tidak akan berpengaruh dengan barang di sekitarnya."     

"Bagaimana bisa? Karena sesuai namanya aku menciptakan bom ini seperti angin puting beliung yang hanya akan menusuk dan menghancurkan secara berputar dengan terpusat di satu titik, tidak akan melebar kemana pun," ungkap Paul memberi keterangan sambil menunjuk ujung lancip di bom yang dia pegang.     

"Jadi cara kerjanya seperti roket?"     

"Bukan. Sudaha ku bilang ini seperti puting beliung bukan Roket. Apa kamu tidak tahu bedanya roket dan puting beliung? Roket mengejar dan meledak dengan efek yang lebih besar dari bom biasa. Si puting beliung kecil menggemaskan ini hanya berputar dan meggerus sekitarnya dengan kekuatan lebih dasyat dari bom," ungkap Paul menunjuk bom miliknya.     

"Maksud Uncle, bom ini berfungsi seperti bor?"     

"Aha ... akhirnya kamu mengerti juga. Jika bor hanya menghasilkan lebar 1-2 cm maka si puting beliung kecil menggemaskan ini bisa membuat lubang yang hasilnya lebih besar 10 bahkan 20 kali lipat lebih besar dari bor pada umumnya. Tergantung kekuatan benda yang ingin di hancurkan. Lagi pula ... ini lebih aman karena kita tidak perlu memegangnya," jelas Paul senang.     

Paul megeluarkan benda seperti pistol air mainan yang ternyata adalah alat untuk memasang bom kecil itu di pintu baja tersebut.     

Syuttt ... Deskk.     

Syuttt ... Deskk.     

Beberapa kali tembakan dan bom-bom kecil itu sudah menempel di setiap sudut pintu. Daniel bahkan bersiul memuji keakuratan tembakan pamannya yang biasanya selalu meleset itu. Pamannya memang ahli tekhnologi dan persenjataan, namun dia payah soal menembak.     

"Kau ingin mencobanya?" tanya Paul menyerahkan sebuah remote kepada Daniel.     

"Tolong mundur semua. Beri jarak 1 meter dari pintu. Kita tidak tahu apa yang ada di balik pintu jadi ... jangan ada yang mendekat tanpa aba-aba," teriak Paul pada seluruh pengawal.     

Setelah mendapat aba-aba dari pamannya, Daniel memencet remote dan ....     

Chitttttttt.     

Suara melengking seperti roket yang baru ditembakkan keluar dari bom kecil itu. Lalu ....     

Boom.     

Pyarrrrrr.     

Bom itu sukses menembus dinding baja tersebut. Membuat pintu itu hancur terlempar dan memecahkan kaca serta beberapa benda yang begitu terbuka Daniel langsung tahu tempat itu adalah laboratorium dengan versi lebih kecil.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.