One Night Accident

SEPERTI MENGENALNYA



SEPERTI MENGENALNYA

0Enjoy Reading.     
0

***     

Setelah pitu baja terbuka dan isi laboratorium terlihat mereka tidak langsung masuk. Namun menunggu sebentar agar efek dari ledakan sudah mulai menipis. Jika biasanya ledakan akan menimbulkan asap yang lumayan pekat, bom kali ini hanya menyisakan sedikit efek asap, bahkan hanya seperti debu yang berterangan. Begitu semua terlihat jernih Daniel dan Paul masuk ke dalamnya.     

"Well ... sepertinya untuk kali ini mereka berhasil kabur lagi. Sayangnya mereka tidak punya waktu untuk mengamankan bahan percobaannya," ucap Daniel saat menemukan beberapa alat untuk operasi, tabung berisi zat-zat kimia bahkan Daniel melihat beberapa organ dalam yang terlihat sudah tidak berfungsi itu. Daniel memeriksa satu persatu ruangan di dalam laboratorium dengan cermat. Memastikan tidak ada racun atau zat yang membahayakan mereka.     

"Sepertinya mereka kabur dengan terburu-buru," gumam Daniel mengingat tempat itu masih terasa hangat, seperti belum lama ini masih ada orang yang memenuhi ruangan itu.     

"Aku tidak mengerti ilmu kedokteran jadi aku rasa aku tidak bisa membantu di sini. Tapi ... bukan berarti aku akan segera pergi, bagaimanapun semua ini terlihat cukup menarik" kata Paul melihat berbagai penemuan yang menurutnya aneh.     

"Yang mulia ... kami menemukan ini," ucap pengawal Daniel menyerahkan beberapa berkas yang menumpuk di tangannya. Daniel membacanya pelan. Dia tidak terlalu mengerti karena ini menggunakan bahasa kedokteran yang jujur Daniel belum mencapai level setinggi itu. Namun Daniel tetap akan mengamankannya, siapa tahu mungkin Mommy-nya bisa menerangkannya nanti.     

"Simpan dengan baik jangan sampai hilang," kata Daniel mulai melihat sekelilingnya lagi, tidak mau melewatkan petunjuk apa pun.     

"Yang mulia, ruangan ini terkunci rapat menggunakan kode." Daniel mendekati ruangan yang ditunjuk anak buahnya. benar saja hanya ruangan itu yang memiliki kunci password. Daniel berbalik mencari keberadaan pamannya.     

"Aku sudah mengerti tidak usah diucapkan," kata Paul saat Daniel memandangnya hendak meminta tolong.     

"Heran deh padahal aku yakin kamu bisa memcahkan kode ini juga, tapi kenapa sekarang kamu manja? Apa-apa minta tolong aku, mentang-mentang sudah jadi Raja," gerutu Paul pada Daniel.     

"Kalau tidak mau ya sudah, tidak usah protes," jawab Daniel enteng.     

"Begitu saja marah. Dasar Raja baperan." Paul kembali mengotak-atik kode pintu di depannya. Hingga tidak berapa lama kemudian.     

Klik.     

"Silakan, Yang mulia." Paul membukakan pintu Daniel dengan nada mengejek.     

Daniel tersenyum biasa saja lalu melangkah masuk. Tidak ada yang istimewa dengan ruangan ini hanya satu ranjang seperti di rumah sakit, beberapa alat kedokteran dan terlihat beberapa berkas yang berserakan. Daniel melihat ada laptop di meja paling pojok.     

"Paman!" Daniel memanggil Paul dan menujukkan laptop yang dilihatnya.     

"Aku lagi yang memeriksanya?" tanya Paul dan Daniel hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.     

"Sebenarnya kegunaan anak buahmu sebanyak ini buat apa sih?" tanya Paul melihat pengawal yang berjejer di belakang mereka.     

"Yang punya alat pendeteksi kan paman. Lagian di sini paman yang paling ahli dalam hal tekhnologi. Jika aku menyuruh orang lain yang levelnya lebih rendah darimu aku khawatir paman akan tersinggung. Lagi pula jika butuh sesuatu memang boleh alat milik paman dipinjam dan dipegang anak buahku?" tanya Daniel memastikan.     

Paul berdecak lalu mendekati laptop itu. "Tahu gini mending Jojo yang jadi Raja. Setidaknya dia masih bisa aku suruh-suruh bukan malah aku yang diperintah seperti ini," dumel Paul kesal.     

"Kalau bisa silahkan saja suruh Jojo untuk jadi Raja aku kan tidak pernah keberatan. Lagian kalu paman tidak mau mengerjakan ini ya sudah. Sana pulang saja. Aku yakin masih bisa menangani hal kecil ini tanpa kehadiran paman."     

"Tuh kan baper lagi. Dasar Raja emosian," gerutu Paul menscan laptop tersebut dengan alat pendeteksinya. Karena bisa jadi laptop itu bukan hanya laptop biasa tapi bom waktu.     

"Aman," kata Paul beberapa saat kemudian.     

"Terimakasih, Paman." Daniel tersenyum lebar.     

"Hm ..." gumam Paul.     

Klik.     

Bzzztttzzz.     

Baru Daniel membuka laptopnya, tapi .. laptop itu malah menyala sendiri dan langsung terpampang gambar seorang pria yang menggunakan masker, sarung tangan dan penutup kepala lengkap dengan pakaian dokternya, hingga hanya matanya yang terlihat.     

"Selamat Datang di Locker Gold, laboratorium ilegal Cavendish. Jika rekaman ini sudah ditemukan berarti Yang Mulia Daniel Cohza Cavendish, Raja dari kerajaan Cavendish sudah menemukan laboratorium ini."     

"Perkenalkan saya Dr. Key Pair. Pemegang kendali penuh laboratorium ini."     

"Sebelumnya saya minta maaf apabila keberadaan laboratorium ini membuat yang mulia tidak nyaman. Tapi ... saya hanya berharap Anda mengerti bahwa saya membuka laboratorium ini atas perintah kakek Anda."     

"Saya juga berharap yang mulia membiarkan kami tetap menjalankan laboratorium ini seperti biasanya. Tenang saja kami bersumpah tidak akan membuat nama kerajaan Cavendish tercemar. Kami bahkan akan membantu kerajaan apabila kerajaan memerlukan bantuan. Hanya saja kami mau keberadaan laboratorium ini tetap dirahasiakan dari dunia luar, karena bagaimanapun juga penemuan yang kami lakukan kadang tidak sesuai dengan pemahaman dunia di luar sana."     

Daniel awalnya biasa saja saat melihat rekaman itu karena sudah jelas suara dari orang itu sudah disamarkan. Tetaapi saat Dr. Key melakukan gerakan yang Daniel rasa sangat familiar, kini Daniel memperhatikan dengan serius. Bentuk tubuhnya, pancaran matanya saat berbicara, nada suara yang walau disamarkan tapi tidak menutupi bahwa logat bicaranya seperti orang yang Daniel kenal.     

"Di sini saya juga akan memberitahu Anda bahwa Pangeran Javier sudah bergabung dengan laboratorium ini dan beliau sudah setuju akan meneruskan cita-cita kakek buyutnya dengan menjadi pemegang kendali penuh atas laboratorium ini saat dia berusia 20 tahun nanti." Daniel tentu saja terkejut, ini kah sebabnya Javier sekarang lebih tertutup dan selalu terlihat kelelahan?     

Dr. Key melihat jam di pergelangan tangannya. "Kami rasa cukup sekian perkenalan dari kami. Jika Yang Mulia menyetujui permintaan kami, maka sampaikan saja pada Pangeran Javier. Kami akan dengan senang hati bertemu dengan Anda tentu tanpa senjata atau segala sesuatu yang menimbulkan bentrokan," kata Dr. Key yang Daniel yakin sedang tersenyum sebelum rekaman itu mati secara otomatis.     

Daniel mengulang rekaman itu lagi dan lagi. Kecurigaan Daniel semakin besar saat dia baru sadar bahwa jam tangan yang dipakai Dr. Key adalah jam tangan ciptaan Uncle Paul yang bisa melacak keberadaan seseorang. Daniel memandang Uncle paul dan menelitinya dari atas hingga bawah dengan aneh.     

"Ada apa?" tanya Paul heran.     

"Aku rasa aku mengenali orang itu," kata Daniel menunjuk Dr. Key.     

"So?" tanya Paul mengangkat sebelah alisnya. Daniel berdiri diam, otaknya masih mencerna semuanya. Dalam hati dia masih ragu bahwa Dr. Key adalah orang itu. Tapi dilihat dari manapun semua ciri-cirinya cocok dengan orang yang dipikirkan Daniel. Lalu kenapa orang itu harus menyamar menjadi Dr. Key? Kenapa tidak jujur saja bahwa dia menjalankan laboratorium ini? Apa yang dia khawatirkan? Takut Daniel menentangnya? Tentu saja Daniel akan mengizinkan laboratorium ini tetap berdiri jika memang orang itu pemimpinnya dan laboratorium ini benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang dia katakan tadi, dalam artian laboratorium ini tidak mencemarkan nama baik kerajaan Cavendish.     

Daniel sangat yakin jika benar orang itu adalah Dr. Key pasti dia menyembunyikan sesuatu yang akan membuat Daniel marah jika mengetahuinya. Tapi apa? Daniel harus memastikan dulu siapa Dr. Key sebelum bertindak gegabah. Tentu saja Daniel akan pura-pura tidak tahu agar orang itu tidak menyadari bahwa Daniel sudah mengetahui identitasnya.     

"Paman apakah paman pernah menjual jam tangan pelacaCohza?"     

"Jam tangan pelacak. Hem ... kalau itu tentu saja aku pernah menjualnya ke orang lain tapi tidak lebih dari sepuluh orang itu pun aku sudah menyelidiki semua latar belakangnya."     

"Baiklah ... bisa berikan apadku data orang-orang itu."     

"Tentu." Paul langsung setuju.     

Daniel berbalik ke arah anak buahya. "Periksa dengan teliti tempat ini. Cari sidik jari atau apa pun bukti sampai sudut terkecil. Pasti ada petunjuk siapa saja anggota laboratorium di sini. Jangan kembali sebelum memberiku satu nama," ucap Daniel keluar dari ruangan itu.     

"Paman?"     

"Hm ..."     

"Aku mencurigai seseorang?" kata Daniel memandang Paul intens.     

Paul mengangkat sebelah bersedekap dan memandang Daniel bertanya. "Apa aku boleh tahu siapa dia?"     

Daniel menghela napas pasrah. "Sudah lupakanlah. Antar aku ke istana saja." Paul mengedikkan bahunya cuek.     

"Tangkap," ucap Paul melempar kunci motornya.     

"Pulang sana. Aku masih tertarik di sini," ujar Paul kembali masuk ke ruangan tadi. Daniel memandang punggung pamannya yang semakin jauh. Lalu dia berjalan menuju motor besar yang tadi digunakan pamannya. Berbagai pertanyaan berseliweran di otaknya. Hingga membuatnya terasa mau meledak.     

Dia harus segera memastikan siapa Dr. Key yang sebenarnya.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.