One Night Accident

MENJEMPUT JESSICA



MENJEMPUT JESSICA

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Dr. Key?" Dr. Kenan terkejut karena tiba-tiba Key muncul di ruangannya.     

"Di mana Jean dan Jessica?" tanya Dr. Key tidak sabar.     

"Masih di tempat yang sama." Kenan tidak berani memindahkan mereka karena tidak mau mengambil resiko. Selain karena dia tidak akan bisa menangani jika ada masalah ketika kesehatan Jessica menurun, juga dia tidak mau menyinggung dokter jenius seperti Key.     

Key mengangguk mengerti. "Aku akan membawa mereka hari ini."     

"Tapi bukankah seharusnya Anda membawanya 2 hari lagi? Jessica kan masih dalam tahap pemulihan."     

"Tenang saja. Aku bisa mengatasinya. Sekarang siapkan semua keperluan Jean dan Jessica secepatnya, aku sangat terburu-buru."     

"Tentu," jawab Dr. Kenan masih bingung karena belum pernah melihat Dr. Key terlihat resah atau pun panik bahkan saat melakukan operasi pada Jessica. Dr. Key dengan cepat berjalan menuju kamar mayat di mana jasad Jean berada. Dr. Key baru akan masuk saat salah satu anak buahnya menghubunginya.     

"Ada apa?"     

"Tuan Daniel sudah dalam perjalanan ke rumah sakit."     

"Shit! Berapa lama lagi dia sampai?"     

"Sekitar 15 menit."     

"Brengsek. Kalian cepat jemput aku di jalur belakang dengan mobil ambulans dan lakukan apa yang aku perintahkan tadi secepat yang kalian bisa."     

"Siap Sir!" Dr. Key segera masuk ke kamar mayat dan mencari tempat Jean berada. Begitu ketemu tanpa menunda lagi dia mengambil jasad Jean dan memasukkannya ke kantung jenasah lalu menaikkannya ke atas brankar dan mendorongnya keluar.     

"Dr. Key." Key menoleh menatap Dr. Kenan yang memanggilnya.     

"Apa Jessica sudah siap?"     

"Maaf tapi kami butuh paling tidak 25 menit lagi. Bagaimanapun jika memang Jessica akan dibawa pergi paling tidak tersedia alat kedokteran yang lengkap untuk mengantisipasinya." Dr. Key berhenti sejenak untuk melihat jam di pergelangan tangannya, tinggal 7 menit sebelum Daniel sampai di sana. Baiklah sepertinya dia harus meninggalkan Jessica di sini. Toh 2 hari lagi dia tetap akan mempertemukan mereka dan ada Tom di sana yang sudah pasti bisa menjaganya. Yang penting sekarang dia harus mengamankan jenazah milik Jean. Jangan sampai ada yang melihatnya. Cukup mereka nanti tau makamnya saja tanpa harus melihat wajahnya. Dia tidak mau Ai terkenang wajah Jean yang meninggal dunia.     

Cukup tahu Jean sudah hidup lewat Jessica.     

****     

"Jadi dia ada di sini?" tanya Daniel pada Tom yang berkeringat dingin karena takut.     

"Iya Dr. Key mengoperasinya di rumah sakit ini."     

"Kamu sudah tahu siapa dia? Kenapa masih memanggilnya Dr. Key?"     

"Entahlah ... mungkin karena aku sudah terbiasa memanggilnya seperti itu," kata Tom dan Daniel mengangguk mengerti.     

"Lalu kenapa di sini? Kenapa dia tidak melakukan operasi di Cavendish saja atau rumah sakit besar dengan peralatan lengkap dan dokter yang pasti lebih kompeten?" tanya Daniel masih betah di dalam mobil sambil memandang rumah sakit di depannya.     

"Itu karena kondisi Jessica yang tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh. Saat itu bisa dikatakan Jessica sudah berada di ambang kematian. Sedang Jean masih bisa dipindah kemanapun Dr. Key mau."     

"Jadi kamu juga terlibat dalam operasi itu?"     

Tom mengangguk. "Dr. Key bahkan koma selama 3 hari setelah operasi itu selesai."     

"Apa kamu sedang membelanya?"     

"Bukan begitu, aku hanya ingin Anda tahu, bahwa Dr. Key sudah terlalu banyak berkorban waktu dan tenaga untuk kesembuhan Jean, bahkan setelah tahu tidak ada harapan dia masih berusaha hingga titik darah penghabisan."     

"Itu tidak mengubah apa pun, dia tetap melakukan kejahatan karena sudah menggunakan anakku sebagai bahan percobaan."     

Tom tersentak kaget. Jadi Jean anak dari Raja Cavendish? Sekarang Tom tahu benang merah dari semua kejadian ini. Pantas saja Dr. Key menyembunyikan identitas Jean dengan sangat rapat. Ternyata itu alasannya.     

Tom berdeham salah tingkah. "Aku tahu tapi harap dipertimbangkan lagi sebelum menghukumnya. Dia melakukan operasi 4 hari tanpa digantikan siapa pun, bahkan dia rela menyuntikkan berbagai obat agar dia tetap bisa terjaga dan menyelesaikan operasi tersebut, itu sama seperti dia mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan putri Anda."     

Daniel memandang Tom yang ternyata setia kawan itu. "Dari pada kamu sibuk meminta aku mengampuni Key, kenapa kamu tidak pikirkan nasibmu sendiri saja. Ingat kamu masih tawananku dan sebelum tugasmu selesai dengan benar jangan berharap bisa menghirup udara kebebasan," ucap Daniel membuat Tom menelan ludah susah payah karena teringat nasibnya yang juga belum jelas.     

"Masuk," kata Daniel menyuruh Tom memasuki rumah sakit itu.     

"Ingat jangan coba-coba kabur. Bawa Jean dan Jessica lalu aku akan melepaskanmu, tapi jika kamu tidak kembali, bukan hanya karir tapi aku pastikan seluruh keluargamu akan menerima akibatnya," ucap Daniel dengan aura intimidasi yang menguar dari tubuhnya.     

Tom hanya sanggup mengangguk dan langsung keluar dari mobil dengan tangan gemetar, setelah ini dia berjanji tidak akan menyentuh alat kedokteran lagi jika akibat yang dia alami seperti ini. Tom akan jadi anak baik bagi sang manager dengan mengikiti semua tur dan konser di mana pun manajernya ingin dia pergi.     

Daniel mengawasi Tom yang mulai menjauh dari layar monitor yang sudah dia pasang di bajunya.     

Kenapa Daniel tidak masuk sendiri? Tentu saja tidak. Daniel adalah Raja Cavendish, keberadaannya di sana tentu akan menimbulkan kehebohan. Apalagi tidak ada laporan dari pihak Cavendish bahwa Raja mereka berkunjung ke India karena Daniel saat ini memakai identitas orang lain.     

Daniel mengamati seluruh gerakan Tom tanpa terkecuali, bahkan saat Tom terlihat berdebat dengan seorang dokter dan berkali-kali mengusap wajahnya frustasi. Tidak berapa lama kemudian Tom terlihat memasuki sebuah ruangan yang seperti ruang rawat, lalu di sana Daniel terpaku melihat seorang gadis kecil yang terduduk di sebuah ranjang dan sedang memakan kue di tangannya.     

Apakah itu Jessica? Dia cantik dan terlihat bersemangat, tidak ada kesan lemah atau pucat di wajahnya, padahal dia masih dalam tahap pemulihan sehabis operasi kan? Daniel tersenyum melihat gadis kecil itu terlihat kesal lalu dengan bersungut-sungut akhirnya dia turun dari ranjang dan naik ke kursi roda yang sudah dibawa oleh Tom.     

Daniel tidak pernah gugup selain saat mengucapkan ijab kabul pada waktu menikahi Ai dulu, dan sekarang dia gugup lagi. Parahnya dia gugup karena bocah 10 tahun. Daniel tidak akan marah jika Jessica tidak terlalu menyukainya tapi yang dia khawatirkan adalah Ai. Apa Ai akan bisa menerima Jessica? Atau apa Jessica akan menerima Ai sebagai ibunya? Ah ... Daniel berharap semua akan baik-baik saja.     

"Yang Mulia," sapa pengawalnya sambil mengetuk kaca limousine yang dia naiki. Daniel tersadar dari lamunannya. Lalu menyuruh supir membuka pintu limousine agar Jessica bisa masuk.     

Jessica melihat Daniel dengan pandangan bertanya, tapi entahlah ... dia merasa wajah Daniel sangat familiar dan entah kenapa Jessica yakin dia bukan orang jahat padahal wajahnya saat ini tidak menunjukkan ekspresi apa pun.     

"Hai, Jessica," Sapa Daniel sedikit gugup. Dia belum tahu bagaimana cara menghadapi anak perempuan.     

Jessica tersenyum canggung melihat wajah Daniel yang terlihat gugup tapi senang entahlah ... Jessica bingung mencari kata yang pas untuk menggambarkan wajah Daniel saat ini. Yang pasti Jean merasa Daniel adalah paman tampan, berwibawa dan pasti berkuasa.     

"Aku ... em ... aku ... adalah ... aku ... sebenarnya adalah ... em ... aku ini ... sebenarnya ... adalah ... Daddymu," ucap Daniel akhirnya berhasil memberitahu Jessica akan statusnya.     

Jessica mengedip sekali, dua kali lalu tersenyum lebar.     

Brukghhh.     

"Kenapa Dad lama sekali? Maaf aku lupa sama daddy. Karena kata dokter akibat operasi yang aku jalani aku jadi lupa semuanya. Aku bahkan sempat berpikir tak punya keluarga karena tidak ada yang mengunjungiku sama sekali," kata Jessica memeluk Daniel erat. Tidak ada jejak kemarahan sama sekali karena Jean ingat apa yang di katakan oleh Javier bahwa orang tuanya adalah orang yang sangat menyayangi mereka. Namun tidak bisa sering-sering menemani karena mereka orang berkuasa dan mengatur banyak hal.     

Oke ini respon yang mengejutkan bagi Daniel. Bukan Daniel tidak suka, Daniel sangat senang terkejut sekaligus deg degan. Padahal tadi Daniel sudah berpikir Jessica akan menolaknya atau bahkan akan ngamuk-ngamuk karena tidak bisa menerimanya sebagai ayah barunya. Atau bisa saja Jessica marah karena saat sakit tidak ada keluarga yang menemaninya.     

Jessica melepas pelukannya dari Daniel. "Kenapa daddy menangis?" tanya Jessica heran.     

Daniel menyentuh wajahnya, dia bahkan tidak sadar sudah mengeluarkan air mata. Apakah dia terharu? "Daddy senang kamu sudah sehat," ucap Daniel akhirnya.     

Jessica beringsut dan tiba-tiba duduk di pangkuan Daniel dengan manja sambil menghapus air mata Daniel, mengingatkan Daniel pada Ai yang juga melakukan hal yang sama jika sedang ingin disayang-sayang. "Dad tenang saja, aku sudah sehat dan akan semakin baik setiap harinya. Apa daddy ke sini karena ingin menjemputku?" tanya Jessica dengan senyum penuh harap.     

Daniel masih tidak tahu apa yang musti dia lakukan. Tapi setelah mendengar perkataan Jessica, Daniel tanpa berpikir ulang langsung mengangguk membenarkan.     

"Yeahhh apakah itu berarti aku bisa ketemu Javier?"     

Daniel yang awalnya mengelus rambut Jessica langsung berhenti. "Kamu ingat Javier?"     

"Iya ... Dokter juga heran karena aku melupakan semuanya tapi aku ingat semua kenanganku dengan Javier. Ini aneh kan, Daddy? Tapi tidak apa-apa setidaknya aku mengingat salah satu anggota keluargaku," kata Jessica ceria.     

Daniel tersenyum membenarkan tapi otaknya berpikir akan menyelidiki informasi ini lebih jauh.     

Tok ... Tok.     

Daniel memandang kaca mobilnya saat pengawal mengetuknya lagi.     

"Ada Apa?" tanya Daniel melihat pengawal dan Tom berdiri gelisah. Setelah pintu mobil dibuka.     

Tom mendekatkan wajahnya ke telinga Daniel. "Baru beberapa menit yang lalu Dr. Key membawa Jean pergi."     

Dahi Daniel mengernyit tidak suka. Dengan sigap Daniel memanggil pengawalnya agar mendekat. "Periksa semua CCTV. Aku mau kalian mendapatkan Dr. Key hari ini juga," kata Daniel penuh penekanan.     

"Baik, Yang Mulia," ucap sang pengawal dan langsung pergi dengan beberapa anak buahnya mencari informasi keberadaan Dr. Key.     

"Kamu masuk," ucap Daniel pada Tom.     

"Apa semua yang dibutuhkan Jessica sudah lengkap?"     

"Sudah. Sepertinya Dr. Key berniat membawa serta Jessica namun anda keburu datang." Tom memberi tahu.     

Daniel mengangguk lalu keluar dari mobil dengan masker di wajahnya. Dengan berbisik, Daniel memberitahu anak buahnya yang lain. "Cari tempat menginap malam ini untuk Jessica dan Tom. Besok kita kembali ke Cavendish. Awas jangan sampai Tom kabur."     

"Baik Yang Mulia," kata anak buah Daniel langsung masuk ke mobil. Sedang yang lain mengikuti Daniel melacak Jean yang sudah dibawa Dr. Key.     

"Sayang, daddy harus menjemput mommy dulu. Kita akan bertemu di hotel, oke?" kata Daniel berpamitan agar Jessica tidak salah paham karena dia tinggalkan lagi. Jessica awalnya ragu tapi setelah Daniel mencium kedua pipinya dia tersenyum lebar dan mengangguk tanpa bantahan.     

Jessica melambaikan tangannya dengan semangat sebelum mobil itu berjalan meninggalkan rumah sakit.     

Ayolah Key, kamu ingin main kucing-kucingan? Baiklah ... Daniel akan meladeninya, tapi Daniel pastikan tidak ada 24 jam Key pasti akan tertangkap.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.