One Night Accident

TERKURUNG



TERKURUNG

0Enjoy Reading.     
0

***     

Brakk ... Brakk ... Brakk.     

"Buka, Woy! Kamu mau mati ya? Cepat buka!" Ai dengan pantang menyerah menggedor pintu kamar yang sudah mengurungnya sejak dia sampai di India. Ai merasa jadi orang terbodoh di dunia. Kenapa tadi dia percaya saja saat dengan enteng Dr. Key mengatakan akan membawanya menemui putrinya. Dan sekarang di sinilah dia berada, terkurung di kamar mewah tapi tidak tahu jalan keluarnya. Parahnya lagi Ai juga tidak tahu keberadaan Javier dan Jovan. Walau Ai yakin Key tidak mungkin menyakiti mereka tapi yang namanya ibu pasti tetap khawatir juga.     

Ai duduk menyender di pintu karena lelah. Sampai sekarang dia masih tidak percaya bahwa orang yang menyebut dirinya Dr. Key bisa sangat pintar dan licik seperti itu karena selama ini Key berhasil mengelabuhi seluruh keluarganya dengan tingkahnya yang sangat bertolak belakang.     

Ai bangun dan berjalan ke arah balkon, bukan untuk kabur, karena saat ini dia ada di lantai 3 di mana jaraknya sekitar 6- 8 meter. Mati saja kalau nekad melompat atau minimal patah tulang dia. Ai hanya ingin menjernihkan pikirannya dan berharap ada orang lewat yang bisa dia mintai tolong. Ai menghampiri sofa yang ternyata sangat besar itu. Awalnya dia hanya ingin duduk menikmati hembusan angin sambil mencari cara menghadapi Dr. Key tapi karena sofa yang lembut dan lebar memungkinkan Ai merebahkan tubuhnya yang kelelahan pasca naik pesawat tadi. Akhirnya Ai malah tertidur di sana.     

Tidak menyadari ketika ada orang menyuntikkan sesuatu ke tubuhnya lalu memindahkannya ke ranjang.     

***     

"Stop. Putar 1 menit sebelumnya." Daniel memperhatikan lagi secara teliti CCTV yang diputar anak buahnya.     

"Itu dia," gumam Daniel memperhatikan Dr. Key yang terlihat memasuki rumah sakit dengan tergesa-gesa. Di belakangnya ada beberapa orang yang pasti adalah anak buahnya.     

"Dapat!" seru Daniel saat mengikuti setiap pergerakan Dr. Key dan berakhir di parkiran belakang dengan sebuah ambulans yang sudah siap menunggu.     

"Lacak ambulans itu."     

"Baik Yang Mulia."     

"Tapi bagaimana jika di tengah jalan mereka mengganti ambulans dengan mobil lain?" tanya pengawal Daniel.     

"Sepertinya itu susah, karena mereka membawa jenazah. Akan sulit memindahkannya. Apalagi lalu lintas di sini lumayan ramai kecuali dia menuju arah pedesaan dan pindah ke bus atau ambulans lain," kata Daniel sambil melacak keberadaan Dr. Key.     

"Astaga!" Daniel memukul jidatnya dengan keras, membuat anak buahnya menjadi heran.     

Kenapa Daniel bodoh sekali! Semua anggota keluarga Cohza memiliki chip di jantungnya. Kenapa Daniel tidak melacaknya dari sana? Daniel segera mengecek jam pemberian Uncle Paul yang memang dimiliki seluruh pria di keluarga Cohza dan kesemuanya kini bisa digunakan melacak satu sama lain agar setiap ada di antara mereka yg hilang, mereka tidak harus menunggu Uncle Paul melacaknya. Metode ini dimulai saat kejadian beberapa bulan lalu di Eternity. Daniel menunggu dengan sabar hingga dalam hitungan detik alat yang berbentuk seperti jam tangan tersebut menunjukkan di mana keberadaan orang yang tengah dicarinya. Tapi ... tunggu dulu, kenapa ada tiga sinyal lain di sana? Daniel seketika panik.     

"Kita berangkat," kata Daniel langsung menuju mobil paling cepat yang bisa dikendarainya.     

"Aku mengemudi sendiri. Kalian ikuti saja di belakang." Daniel langsung menancap gas tanpa mempedulikan anak buahnya yang kelimpungan mengikutinya karena Raja mereka kini sudah jauh dan nyaris tidak terlihat.     

Daniel langsung keluar dari mobil dengan cepat bahkan dia tidak menutup pintu mobilnya dan meninggalkannya begitu saja saat melihat mobil ambulans yang membawa jenazah Jean terlihat terparkir di sebuah rumah.     

Brakkkk.     

Daniel mengeluarkan pistolnya sebelum menendang pintu rumah dengan kencang hingga engselnya terlepas dan pintunya melayang.     

"Daddy?" teriak Javier dan Jovan yang berada di ruang tamu secara bersamaan. Kaget melihat pintu yang terbuka dengan cara yang tidak wajar.     

"Kenapa pintunya dirusak? Itu kan tidak dikunci, daddy," ucap Jovan.     

"Kalau pun dikunci, daddy hanya perlu mengetuk atau memencet belnya tidak perlu merusaknya," tambah Javier sambil menggeleng pelan.     

Daniel terpaku sejenak dan langsung memasukkan pistolnya kembali ke balik bajunya begitu sadar anak-anaknya benar-benar ada di sini sesuai sinyal yang tadi ditunjukkan. Bagaimana bisa duo J ikut ke sini? Apa Dr. Key yang membawanya? Untuk apa? Apa mereka tahu bahwa mereka sedang diculik? Lalu di mana Ai? Apa Ai diculik juga? Karena menurut sinyal harusnya Ai juga ada di sana. Terlalu banyak pertanyaan. Dan semuanya sangat membingungkan.     

Daniel lalu mengecek alat pelacaknya lagi. Dan seperti dugaannya, bukan hanya satu tapi ada 4 anggota keluarganya yang berada di sini. Javier, Jovan, Ai dan tentu saja Dr. Key.     

"Mommy kalian juga ikut?" tanya Daniel memastikan sambil memperhatikan ke semua ruangan di mana rumah itu terdapat 3 lantai.     

"Mommy di lantai atas Dad. Mungkin tidur karena kelelahan." Javier yang menjawab.     

"Kenapa kalian di sini?"     

"Kata Mom kita mau liburan dan menyusul Dad ke India. Daddy sih, pergi nggak bilang-bilang. Mom jadi nyariin kan?" ucap Jovan menyalahkan.     

"Apa Dr. Key yang membawa kalian?"     

Seketika Javier melotot terkejut, dari mana daddynya tahu soal Dr. Key?     

"Daddy tahu siapa Dr. Key?" tanya Javier takut-takut. Jovan memandang Javier dan ayahnya bergantian.     

"Siapa Dr. Key?" Jovan yang tak tahu apa-apa jadi heran.     

"Daddy tahu semua. Jadi Dr. Key yang membawa kalian ke sini?"     

Javier mengangguk, sedang Jovan memasang tampang protes karena pertanyaannya dikabaikan oleh kakak dan Dadynya.     

"Di mana dia? Apa dia menyakiti kalian?"     

"Kami baik-baik saja. Dia di halaman belakang dari setengah jam yang lalu, bersama beberapa anak buahnya. Entah melakukan apa? Tapi sepertinya anak buahnya sudah pergi. Kami dilarang mendekat, makanya kita main catur di sini saja. Padahal tadi aku seperti melihat kotak besar yang digotong 2 orang. Mungkin isinya harta karun, makanya kita tidak boleh melihatnya," kata Javier polos.     

"Javier ..." Jovan memberengut kesal karena benar-benar diabaikan.     

"Javier jelaskan pada adikmu apa yang terjadi, dan kalian masuklah ke kamar yang menurut kalian paling aman. Kunci dari dalam. Ingat jangan membukanya untuk siapapun kecuali Mommy dan Daddy. Terutam jangan membukanya untuk Dr. Key Mengerti?"     

"Bagaimana kalau kami lapar dan haus?" Jovan belum makan yang berat sejak datang.     

"Ya sudah bawa makanan dan minuman sekalian, cari di dapur. Dad hanya memberi waktu 5 menit untuk kalian mengambilnya. Sementara Dad akan menangani Dr. Key." Tanpa menunggu jawaban anak-anaknya Daniel langsung menuju halaman belakang yang di sebutkan oleh Javier.     

Javier dan Jovan ingin memprotes tapi melihat tatapan serius Daniel mereka akhirnya hanya mengangguk patuh dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Dady mereka.     

Daniel melihat alat pelacaknya lagi. Anak-anak aman dan Dr. Key masih ada di halaman belakang. Dengan cepat Daniel mencari pintu yang akan segera mempertemukan mereka.     

"Kamu sudah datang?" tanya Dr. key menatap Daniel dari jarak sekitar 15 meter dan dia terlihat tenang. Sama sekali tidak terlihat gugup, terkejut atau menganggap aneh keberadaan Daniel di sana.     

"Aku baru selesai menguburkan jenazah Jean," kata Dr. Key menunjuk sebuah makam di depannya.     

Daniel diam tidak bergeming dan fokus menatap pergerakan Dr. Key yang menurut Daniel terlalu santai. Sejak kapan orang itu memiliki ketenangan saat keadaan terjepit seperti itu.     

Klik.     

Daniel mengacungkan pistolnya ke arah Dr. Key dengan wajah sama tenangnya. Sekarang dia ingin tahu, apakah orang itu masih sanggup mengelak lagi.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.