One Night Accident

KAKAK ATAU ADIK



KAKAK ATAU ADIK

0Enjoy reading.     
0

****     

Daniel bangun dengan agak malas saat ada yang mengetuk pintu kamarnya, sedang baru beberapa menit yang lalu Ai tertidur karena kelelahan atau pingsan. Entahlah ... Daniel juga tidak tahu, yang Daniel tahu dia merasa puas, sangat puas. Sudah lama dia tidak bercinta dengan Ai sampai segila ini. Mungkin dia harus mengurangi sedikit hukuman Dr. Key karena sudah membuatnya senang.     

Tanpa sadar Daniel sudah menerima sogokan dari Dr. Key yang tahu bahwa Daniel akan suka dan tidak bisa menolak hal itu.     

Daniel memakai celananya asal dan membuka pintu kasar. "Apa?"     

Pengawal langsung kaku dan bicara tergagagp.     

"Yang Mulia, maaf kalau kami membuat Anda kecewa. Tapi Anda mengemudikan mobil terlalu cepat, sehingga kami kehilangan jejak Anda dan baru bisa sampai ke tempat ini sekarang."     

Daniel memandang pengawalnya datar. Lalu melihat jam di tangannya, jam 3 pagi. Payah sekali mereka. Tapi ya sudahlah ... Daniel sedang senang, makanya kali ini dia maafkan.     

"Ya sudah, kalian jaga pangeran saja dan sekalian bawa Jessica ke sini," kata Daniel langsung menutup pintu tanpa menunggu pengawalnya menjawab.     

Sang pengawal hanya berkedip heran. Dia sudah lalai dalam tugas dan Rajanya tidak marah, justru dia bisa melihat raut puas di matanya? Apa dia melewatkan sesuatu? Atau penjahatnya sudah ketemu?     

Sudahlah ... harusnya dia bersyukur karena tidak mendapat hukuman bukannya mencari sesuatu yg tidak-tidak.     

***     

KEESOKAN HARINYA.     

"Jean?" Javier langsung terpaku memandang gadis di depannya, wajahnya tidak sama persis seperti yang selama ini menemuinya tapi entah kenapa dia yakin dialah yang menemuinya selama ini, bukan Jean yang ada di tabung.     

Jessica cemberut memandang Javier. "Namaku Jessica, bukan Jean. Gimana sih … masa baru sebulan nggak ketemu kamu sudah lupa?" protes Jessica pada Javier.     

Daniel jujur merasa aneh dengan interaksi keduanya. Mereka baru bertemu sekali ini tapi kenapa seolah dia sudah mengenalnya lama? Apa benar selama ini Javier sudah berinteraksi dengannya?     

"Javier … apa selama ini teman yang kamu bilang sering menemuimu hingga membuatmu melupakan sekitarmu adalah Jessica?" tanya Daniel memastikan, karena selama ini Javier selalu mengatakan bahwa Jeanlah yang menemuinya tapi kenapa saat melihat Jessica dia langsung mengenalinya?     

"Jessica? Kenapa namanya dirubah menjadi Jessica padahal nama Jean aku yang berikan dan selama ini aku memanggilmu Jean, kamu tidak keberatan. Kenapa sekarang bisa berubah jadi Jessica?" tanya Javier kesal karena nama pemberiannya sudah diubah.     

"Ih … aku ini memang bernama Jessica. Dari dulu juga Jessica. Kenapa kamu malah rubah nama aku jadi Jean? Siapa Jean?" tanya Jessica ikut kesal karena Javier menyebutkan tentang Jean. Apakah Jean teman bermainnya yang lain? Jessica tidak suka Javier punya teman bermain wanita selain dirinya.     

Sedangkan Jovan hanya duduk sambil bersedekap. Malas menanggapi orang-orang yang mengabaikannya. Anggap saja dia sedang nonton drama atau FTV.     

Baru Javier akan membalas perkataan Jessica, Daniel menariknya pergi ke sebuah kamar. Jovan memandang Jessica dari atas ke bawah.     

"Kenapa kamu lihatin aku kayak gitu?" tanya Jessica ikut duduk di sebelah Jovan.     

"Apa benar kamu adikku?" tanya Jovan. Dia sudah mendapatkan sedikit cerita dari Javier soal Jean yang entah kenapa sekarang jadi Jessica. Apalagi usia yang tidak sesuai penjelasan, membuat Jovan bingung harus memanggil Jessica sebagai kakak atau adik.     

"Entah, aku bangun di sebuah rumah sakit dan melupakan semua. Yang aku ingat aku mempunyai kakak bernama Javier," jawab Jessica acuh tak acuh.     

"Kenapa hanya Javier yang kamu ingat? Aku ini kan saudara kembarnya. Apa kamu tidak mengingatku sama sekali?" Jovan paling benci diabaikan dan tidak dikenali.     

"Apa sebelumnya kita akrab?" tanya jessica merasa tidak enak karena mengingat Javier tapi lupa pada Jovan.     

"Tidak, ini pertemuan pertama kita."     

"Benarkah? Berarti kamu saudara yang buruk. Karena Javier setiap hari menemuiku." Pantas saja Jessica tidak mengenal Jovan. Ini adalah pertemuan pertama mereka. Jessica jadi menatap Jovan dengan kesal. Saudara macam apa dia sampai tidak pernah menemuinya sama sekali. Benar-benar kakak yang buruk. Wajar kalau Jessica tidak mengingatnya, Jovan memanga tidak layak untuk diingat.     

Jessica tidak tahu bahwa selama ini dia menemui Javier berupa roh sehingga hanya Javier yang indigo yang bisa melihat dan berinteraksi dengannya. Sedang Jovan jangankan berinteraksi jika dia bisa melihat Jessica waktu masih menjadi roh mungkin dia sudah lari dan ngumpet duluan.     

"Aku kan tidak tahu kalau kamu ada." Jovan memelas, dia kan benar-benar tidak tahu.     

"Aneh banget ya, Javier selalu temenin aku tapi kamu nggak nyapa aku sama sekali. Kamu saudaranya bukan sih?" tanya Jessica membuat Jovan kesal.     

Gimana mau nyapa kalau si Jessica nongol dalam wujud roh. Dia kan bukan indigo kayak Javier. Tapi kok aneh ya? Kenapa pas sudah dalam wujud manusia si Jessica tetep inget sama Javier. batin Jovan.     

"Umurmu berapa?" tanya Jovan mengabaikan rasa kesalnya.     

"Seingatku 6 tahun. Tapi kata Dr. Kenan aku sudah 10 tahun. Ah … aku kesal sekali karena lupa apa saja yang sudah aku lakukan selama 4 tahun ini." Jessica mengacak-acak rambutnya karena jengkel.     

"10 tahun? Tuaan kamu dong? Jadi sekarang aku harus memanggilmu adik atau kakak? Kata Javier kamu adikku, tapi katamu umurmu sudah 10 tahun, sedang aku baru 8 tahun. Menurutmu aku harus memanggilmu apa?"     

"Tentu saja kau harus memanggilku kakak, hormatlah dengan yang lebih tua," kata Jessica sambil mengacak rambut Jovan.     

"Hey … jangan sentuh rambutku, kamu merusaknya," protes Jovan seketika.     

"Haha … ternyata benar kata Javier, kamu terlalu memperhatikan penampilan."     

"Aku kan seorang pangeran. Tentu saja aku harus memperhatikan penampilanku. Hey … kamu bilang tidak tau apapun tentangku?"     

"Memang tidak, tapi sekarang aku ingat Javier sesekali pernah cerita soal dirimu. Mungkin nanti ada kalanya aku bisa mengingat semuanya." Jessica berharap menemukan ingatannya yang hilang selama empat tahun ini.     

"Ah … itu curang. Kenapa dia menceritakan sesuatu tentangku sedang dia tidak pernah bercerita tentangmu padaku?" gumam Jovan cemberut.     

Sedang Jessica tertawa renyah, tawa yang langsung menular ke Jovan hingga keduanya tertawa bersama layaknya saudara.     

Javier keluar dari kamar setelah dinasehati Daniel bahwa Jessica masih dalam tahap pemulihan dan Javier dilarang menyebut apa pun yang tidak dia sukai karena takut emosi Jessica belum terlalu stabil, apalagi untuk saat ini hanya Javier yang dia kenali.     

Tetapi saat melihat Jessica sudah ngobrol asik dengan Jovan, Javier entah kenapa menjadi lebih kesal lagi. Tadi Javier salah menyebut nama saja dia marah, kenapa sekarang bisa seakrab itu dengan Jovan?     

"Kamu ajak Jovan dan Jessica ke ruang makan ya. Sudah waktunya makan siang. Daddy bangunkan Mom kalian dulu," kata Daniel langsung menuju lantai atas.     

"Kalian sedang apa? Cepat ke ruang makan, sudah saatnya makan siang," kata Javier langsung berbalik tanpa menunggu jawaban Jessica atau pun Jovan.     

"Dia kenapa?" tanya Jessica saat melihat wajah Javier yang tegang dan kelihatan marah. Jovan mengedikkan bahu tidak mengerti.     

"Mungkin Daddy mengatakan sesuatu yang membuatnya kesal."     

Jessica mengernyit curiga. Dia tahu sikap Javier selama ini selalu ramah dan ceria dan Javier tidak pernah memperlakukan dirinya secuek ini. Dengan cepat Jean menyusul Javier tanpa memperdulikan Jovan yang menatapnya aneh.     

"Javier ...," panggil Jean dan langsung menghadangnya.     

"Kamu kenapa?"     

"Tidak kenapa-kenapa," jawab Javier gugup karena Jessica berdiri terlalu dekat.     

"Benarkah?"     

"Iya."     

Jessica tersenyum lebar. "Ah … aku tahu. Kamu ngambek karena belum aku peluk ya?" dan tanpa menunggu lagi Jessica langsung memeluk Javier erat.     

"Ah ... aku kangen banget sama kamu," ucap Jessica riang sedang Javier terdiam kaku.     

"Kenapa wajahmu memerah? Kamu sakit?" tanya Jessica heran. Javier menggelang semakin tegang. Wajah Jessica terlalu dekat dan itu membuat jantungnya serasa melompat-lompat.     

"Kata Paman Marco kalau dia sakit, dia akan sembuh jika dicium Bibi Lizz," celetuk Jovan di belakangnya.     

"Benarkah?" tanya Jessica pada Javier, Javier mengangguk karena memang itulah yang dikatakan Marco.     

"Baiklah sini aku cium." Dan tanpa peringatan Jessica langsung mengalungkan tangannya di leher Javier dan mencium tepat di bibirnya. Javier melotot terkejut tapi bukannya menjauh tapi dia malah mencium balik Jessica. Mempraktekkan ciuman daddy dan mommynya yang juga dilakukan Jovan pada putri Ella beberapa waktu yang lalu.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.