One Night Accident

KAKAK



KAKAK

0Enjoy Reading.     
0

***     

Jessica yang awalnya hanya menempelkan bibirnya langsung melotot terkejut saat Javier menarik tubuhnya dan malah menciumnya dengan cara aneh. Cara yang dalam mimpi pun belum pernah Jessica lihat. Namun, karena dia percaya pada Javier maka Jessica hanya diam saja dan mengikuti keinginan saudaranya itu. Membuak mulutnya dan membiarkan Javier memasukkan lidahnya lalu menghisap dan mencecap bibirnya hingga air liur keduanya menyatu.     

Jovan mupeng dan hampir ngiler saat melihatnya. Dia sudah tahu rasa manis dan enaknya ciuman seperti itu ketika bersama dengan Ella. Jasi sekarang melihat Javier mencium Jean sedemikian rupa. Jovan iri dan dia juga ingin merasakan ciuman seperti itu lagi.     

Uh ... Jovan mau cari cewek segera.     

Prangkkkk.     

Ai menjatuhkan ponsel di tangannya saat melihat apa yang telah dilakukan anak-anaknya yang masih belia. Bukan hanya Jovan tapi sekarang Javier. Kenapa mereka sudah pintar berciuman di usia 8 tahun? Oh … Ai serasa ingin pingsan sekarang.     

Ehemmmmm     

Daniel memecah keterkejutan semua orang. Javier dan Jessica langsung melepas ciumannya dengan wajah sama-sama memerah.     

"Apa yang kalian lakukan di sini? Bukankah aku menyuruh ke meja makan?" titah Daniel dan ketiga anaknya langsung menurutinya.     

Ai masih terpaku karena terkejut dan tidak menyadari ketiga anaknya sudah meninggalkan tempat. Hingga Daniel menarik pinggangnya dan mengecup bibirnya singkat baru Ai berkedip dan seolah tersadar dari lamunan.     

"Kamu tidak menegur Javier?" tanya Ai heran.     

"Untuk apa?" kata Daniel santai.     

"Untuk apa? mereka berciuman Daniel." Apakah suaminya ini tidak bisa melihat. Kedua anaknya berciuman dengan sangat ahli.     

"So what?" Daniel heran melihat kepanikan di wajah Ai.     

"Apa kamu lupa? Mereka kakak adik mana boleh seperti itu? Dan lagi mereka masih terlalu kecil untuk melakukan ciuman seperti itu," protes Ai pada Daniel yang masih memasang wajah santainya.     

"Tweety mereka bukan kakak adik. Ingat secara biologis DNA Jessica dengan kita berbeda. Jadi mereka tidak ada hubungan darah. Yang mereka lakukan hanya berciuman. Kalau mereka telanjang baru kita boleh khawatir. Oke?"     

Ai melongo mendengarnya. Ayah macam apa itu? Dengan kesal Ai melewati Daniel begitu saja. "Terserah sajalah. Tapi kalau sampai anakku menghamili gadis saat belum genap berumur 10 tahun, aku tidak mau ikut campur," dumel Ai sambil terus berjalan, tapi sedetik kemudian dia berhenti dan berbalik membuat Daniel heran.     

"Astagah ... aku bahkan belum mengenalkan diriku sebagai Mommynya Jessica. Sini ayo cepat perkenalkan aku." Ai menggandeng lengan Daniel dan menempel dengan erat. Sudah lupa dengan kekesalannya. Daniel hanya tersenyum menghadapi kelakuan ajaib wanita yang dicintainya itu.     

Baru sebentar marah dan sebentar kemudian sudah lupa. Hem ... wanita dengan seribu tingkah anehnya.     

Sebagai Raja Daniel bisa mengetahui semua rahasia.     

Sebagai Pria Cohza Daniel bisa menakhlukkan segalanya.     

Sebagai Jenius di Cavendish Daniel paling berkuasa.     

Namun ... sebagai suami Daniel tetap kalah dengan istrinya.     

Perasaan macam apa ini?     

***     

DUA HARI KEMUDIAN.     

"Selamat datang di kerajaan Cavendish, Sayang," ucap Ai sambil memeluk Jessica bahagia. Oh … beginikah rasanya punya anak perempuan? Ai sudah tidak sabar mendandaninya, mengajaknya jalan-jalan, belanja, meni pedi bersama, tukeran baju. Ai sudah bisa membayangkan apa saja yang akan dia lakukan bareng Jessica. Dan begitu Jessica dinyatakan sehat Ai akan segera melaksanakannya.     

"Sini aku antar ke kamarmu," ucap Javier lalu menggenggam tangan Jessica dan membawanya masuk, meninggalkan Jovan yang cemberut.     

"Sejak ada Jessica, aku seperti makhluk tak kasat mata," gerutu Jovan sambil memandang Javier dan Jessica yang meninggalkannya begitu saja.     

"Kan masih ada Ashoka," ucap Ai menghibur Jovan. Karena memang sejak ada Jessica Javier lebih memperhatikannya dari pada sama Jovan.     

"Yeah ... lebih baik mulai sekarang aku dengan Ashoka saja daripada kena PHP Javier. Ngajakin main eh … mainnya sama Jessica," desah Jovan langsung masuk ke dalam istana.     

Ai mengedikkan bahu lalu memandang ruang kerja Daniel yang tertutup rapat. Sejak sampai ke Cavendish Daniel sibuk menelepon sana sini dan terlihat sangat serius, bahkan saat memasuki istana dia meninggalkan mereka begitu saja tanpa ikut melakukan penyambutan untuk Jessica.     

Ai membuka ruang kerja Daniel dengan pelan. Di sana Daniel masih menelepon seseorang dan membelakanginya. Dengan sabar Ai menanti sampai selesai. Saat Daniel mematikan panggilannya, dia langsung berbalik dan memandang Ai dengan wajah lelah.     

Tanpa perlu diperintah Ai langsung mengulurkan tangannya dan menyambut pelukan Daniel dengan erat, mencoba meringankan apa pun yang sekarang dialami Daniel.     

"Terkuak sudah. Laboratorium, Dr. Key, penelitian dan segala tetek bengeknya semua sudah terbongkar."     

"Bukankah itu bagus."     

"Yeah ... tapi … aku tidak pernah merasakan ini. Aku merasa dadaku sakit karena menahan sesuatu," ucap Daniel sambil duduk dan membawa Ai ke pangkuannya.     

Ai mengusap wajah Daniel yang terlihat sedih. "Apa ini soal Dr. Key?" tanya Ai.     

Daniel mengangguk. "Aku tidak tahu harus melakukan apa padanya. Di satu sisi dia keluargaku. Di sisi lain aku masih tidak terima karena dia membodohiku berkali-kali. Merahasiakan hal sebesar ini selama puluhan tahun. Aku jadi merasa apakah selama ini aku bahkan dianggap keluarga olehnya?" Daniel semakin kecewa.     

Ai hanya mengelus bahu Daniel berusaha membuatnya rileks dan tidak terlalu tertekan. "Lalu ... bagaimana dengan laboratoriumnya?"     

"Sudah aku tutup. Dokter yang terlibat juga sudah dikembalikan ke negara masing-masing. Dia tidak akan aku biarkan membukanya lagi. Kecuali kalau dia mau membuka secara resmi atas nama Cavendish."     

"Lalu sekarang bagaimana? Apa yang akan kamu lakukan padanya?" tanya Ai melihat keraguan di wajah Daniel.     

"Entahlah … aku bingung. Apa sebenarnya yang kurang dariku? Dari kecil aku selalu melakukan apa pun untuknya. Kenapa dia tidak pernah jujur padaku? Aku sekarang bahkan tidak bisa membedakan kapan dia memakai wajah asli dan kapan dia memakai topengnya." Sebagai orang yang dibohongi berkali-kali oleh orang yang sama itu sesuatu sekali.     

Ai mencium kedua pipi Daniel dan tersenyum tipis. "Hukum dia sesuai kesalahannya. Jangan merasa bersalah atau pun kasihan. Dia memang harus dihukum agar dia sadar bahwa kita semua adalah keluarganya. Keluarga yang ingin membantunya saat dia kesulitan. Tapi kita juga keluarga yang akan tetap menghukumnya jika dia melakukan kesalahan."     

"Bagaimana kalau dia semakin menjauh jika kita menghukumnya?"     

"Mau taruhan? Hukum dia dengan hal yang tidak pernah dia bayangkan. Bukan hukuman fisik, tapi aku yakin hukuman ini akan membuatnya berpikir berkali-kali jika ingin membohongi keluarganya lagi."     

Daniel memandang Ai bertanya lalu dengan gaya menggoda Ai membisikkan sesuatu kepada Daniel.     

Daniel memandang Ai terkejut. "Kamu yakin?"     

Ai tersenyum dan mengangguk. "Percayalah dia akan tersiksa jika kamu melakukan itu. tunjukkan kamu benar-benar marah dan kecewa padanya dan kita akan melihat dia menggeliat tersiksa karena merasa bersalah," ucap Ai yakin.     

"Sepertinya itu juga boleh. Baiklah Aku terima idemu. Terima kasih tweety." Daniel memelik Ai lebih erat lagi.     

"Sama-sama. Tapi ... kapan itu dilakukan?" tanya Ai penasaran.     

"Aku ingin memberikan dia kesempatan minta maaf dulu, jika dalam 1 minggu dia tidak datang minta maaf maka hukuman itu akan langsung dilaksanakan."     

"Kamu benar-benar menyayanginya ya? Lebih sayang mana denganku?" tanya Ai sambil mengelus leher lalu turun ke dada Daniel. Membuat mata Daniel berkabut seketika.     

"Aku menyayanginya, tapi dari pada dia aku lebih mencintaimu, karena kamu adalah istri dan Ratu paling luar biasa yang pernah aku temui."     

"Oh … Daniel … kamu semakin pintar merayu," kata Ai sambil tertawa. Tapi tawa itu hanya bertahan sebentar karena Daniel langsung menciumnya dan membungkam semua suara dari mulutnya, hingga yang tersisa hanya suara berkas berjatuhan dari atas meja. Daniel meletakkan Ai di atas meja lalu menerangnya habis-habisan.     

***     

Dr. Key melihat Jessica yang tertidur pulas. Untung Jessica tidur sendiri jadi Dr. Key hanya perlu mengawasi kapan dia bisa masuk dan kapan dia harus keluar dari kamarnya tanpa khawatir ada yang melihat atau memergoki dirinya.     

Dengan pelan dan tanpa membangunkannya, Dr. Key mulai melakukan pemeriksaan kesehatan pada tubuh Jessica. Sudah 10 hari sejak Jessica dibawa dari India dan dia belum memeriksanya.     

Dr. key memang seharusnya segera datang menyusul ke Cavendish, tapi dia tahu Daniel masih sangat marah padanya. Dia sengaja mengulur sedikit waktu agar Daniel menenangkan amarahnya dan bisa memahami maksud perbuatannya. Dan di sinilah dia sekarang berharap Daniel dan Ai akan memaafkannya setelah memastikan Jessica sudah sehat seperti yang dia harapkan.     

Dr. Key tersenyum puas saat melihat kondisi Jessica sangat stabil dan sehat.     

"Semoga kamu mendatangkan kebahagiaan untuk keluarga Cavendish. Tetaplah sehat dan semangat," ucap Dr. Key mengelus pipi Jessica dan mencium dahinya pelan. Dengan langkah pelan dia membuka pintu kamar Jessica dan menutupnya lagi.     

Sedetik kemudian Dr. Key terdiam. Di depannya ada sebuah kaki yang menghadangnya dan setelah melihat wajahnya dengan tatapan dingin.     

Dr. Key tahu bahwa ini sudah saatnya dia menerima hukuman.     

"Urusan kita belum selesai," ucap Daniel dengan wajah dingin dan mata tajam.     

Dr. Key terpaku sejenak lalu menunduk dan melepas masker di wajahnya dengan pelan. Berusaha menunjukkan keberaniannya.     

Dr. Key memandang Daniel penuh permohonan.     

"Kamu benar-benar tidak akan melepaskanku ya?" Dr. Key tersenyum miris.     

"Setelah semua ini kamu ingin aku lepaskan?" Daniel semakin geram.     

"Bagaimanapun aku masih keluargamu, benarkan ... Kakak!" Dr. Key memiringkan wajahnya dengan senyum licik.     

Daniel tidak menjawab namun tangannya sudah lebih dulu maju dan melayang ke arah wajah menyebalkan di depannya.     

"MARCOOOOOO!!!!!!!!!!!"     

BUGKHHHH.     

***     

T A M A T     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.