One Night Accident

EKSTRA PART III



EKSTRA PART III

0Enjoy Reading.     
0

***     

Lizz tersenyum lebar memandangi pintu kamar mandi yang langsung tertutup begitu Marco mengucapkan kata cinta dan langsung bersembunyi di dalamnya.     

Tok ... Tok ... Tok.     

"Babe ... aku juga cinta sama kamu," ucap Liz dari luar kamar mandi masih dengan senyum di wajahnya.     

Marco menyalakan shower dan langsung membasahi semua badannya, jantungnya masih belum normal dan rasanya Marco ingin meledak lagi begitu mendengar istrinya mengatakan cinta. Uh ... Marco paling lemah dengan kata itu.     

Cklekk.     

"Babe!" Lizz berdiri di pintu kamar mandi heran ketika memandangi Marco yang sudah basah kuyup dengan baju lengkapnya.     

Marco berbalik melihat wajah istrinya yang seperti menahan tawa. "Kamu menertawakanku?" tanya Marco cemberut kesal.     

"Tidak," jawab Lizz dengan kedutan di samping bibirnya. Tetapi sejenak kemudian Lizz benar-benar tertawa sekarang melihat suaminya yang cemberut dan malu akut.     

Sraattt.     

"Aww! Marcon... apa yang kamu lakukan?" Lizz berteriak spontan saat dengan cepat dia ditarik ke bawah shower dan merasakan air membasahi tubuhnya. Belum sempat berdiri dengan lurus tiba-tiba kedua tangannya sudah naik ke atas dengan tali bulu warna kuning yang mengikatnya erat dengan gagang shower. Marco memang selalu sedia tali di setiap sudut rumah. Berjaga-jaga jika ingin bercinta dengan Lizz di ruangan yang berbeda-beda.     

"Karena kamu sudah berani menertawakan suamimu, sekarng kamu harus terima hukumannya." Marco menempelkan tubuh mereka dengan erat dan menarik pakaian Lizz hingga terbuka.     

"Apa ... hey ... ah ... Babe!" Lizz tersentak kaget saat Marco menghisap payudaranya yang telanjang. Oh ... Lizz bahkan tidak sadar tubuhnya sudah polos dari atas hingga bawah.     

"Babe ... Auh ..." Lizz menggeliat, walau air yang membasahi tubuhnya adalah air dingin namun dia merasa kepanasan karena saat ini bukan hanya payudaranya yang mendapat serangan namun kedua kakinya secara tiba-tiba sudah ada di bahu Marco dan Marco berjongkok dengan lidah sedang sibuk menjilati miliknya.     

Lizz mendongak dan hanya bisa mengerang pasrah dengan setiap hisapan dan belaian lidah di tempatnya yang paling sensitif itu.     

"Beb ... ahh ...." Lizz terengah-engah sedang Marco belum ada tanda-tanda berhenti memakan miliknya padahal Lizz sudah sangat terangsang dan ingin segera dimasuki, tapi dia tidak bisa melakukan apa pun selain hanya mengeliat dan mendesah karena saat ini kedua tangannya yang masih terikat dengan erat.     

Lizz hanya bisa merengek dan memohon pada Marco agar segera menyelesaikan dan menyatukan kedua tubuh mereka. Tetapi karena sepertinya Marco memang sedang ingin menghukumnya jadi semakin Lizz merengek dan memohon maka Marco semakin suka menggodanya.     

Lizz hanya bisa berteriak frustasi saat Marco menggantung organsmenya padahal dia tahu Lizz akan segera sampai. "Marco ....." Lizz merengek ingin segera mendapat pelepasan.     

"Bentar beb ...." Marco kembali memainkan kewanitaan Lizz dengan lidah dan kali ini jari tangannya ikut berpartisipasi, membuat desahan Lizz semakin keras dengan tubuh bergetar menahan nikmat. Namun sekali lagi Marco menghentikan cumbuannya saat Lizz handak mencapai klimaks.     

"Marcoooooooooo." Lizz menggelengkan kepalanya serasa ingin menangis.     

"Hukumanmu karena berani menertawakan suamimu," ucap Marco sambil mendongak dan melihat wajah frustasi istrinya. Dengan cepat Marco melepas semua penutup tubuhnya dan berdiri untuk mencium Lizz hingga terengah-engah.     

Kedua tubuh mereka yang telanjang dan basah sudah saling menempel erat hingga tidak ada bagian yang terlewatkan. Marco mencium Leher Lizz dan turun hingga kedua payudaranya lalu menjilat dan menghisapnya lembut, bersamaan dengan itu sebelah tanggannya memisahkan paha Lizz agar terbuka dan memberikan dia jalan untuk mengelus kewanitaan Lizz lalu memasukkan satu jarinya ke dalam.     

Lizz kembali merengek dan semakin mengeliat tidak karuan, walau hanya satu jari namun Marco menyentuh ditempat yang sangat tepat sehingga tubuh Lizz kembali menegang dan gemetar karena merasakan akan segera organsme. Sialnya sekali lagi Marco malah menggantung klimaksanya dengan kejam.     

"Marco ... ayolah ...." Lizz merasa lemas tapi juga tegang karena hasrat yang masih terpendam dan belum tersalurkan.     

"Ayo apa, Babe?"     

"Masukin ... Ah ... please ... uh ...." Lizz berusaha mengeliat dan menggesekkan miliknya pada jari Marco yang masih ada di sana namun diam tak bergerak.     

"Yakin?" Lizz mengangguk cepat karena merasa seluruh tubuhnya sangat sensitif akibat rangsangan yang diberikan Marco.     

"Baiklah ... tapi jangan merengek minta ampun, karena ini akan berjalan sangat lama."     

"Masukin Marcoooo." Lizz sudah tidak tahan lagi.     

Marco terkekeh lalu kembali mengelus dan mengocok milik istrinya dengan gesekan yang pas, membuat Lizz benar-benar tidak membutuhkan waktu lama dan segera akan mencapai puncak. Satu detik ketika Lizz akan meneriakkan kenikmatan, Marco dengan cepat menarik Jarinya dan melebarkan kaki Lizz lalu menghujam mantap hingga seluruh miliknya memenuhi kewanitaan istrinya.     

"Marcooooooo." Lizz menjerit dengan tubuh melejang-lejang merasakan Organsme yang sedari tadi dia harapkan kini dia dapatkan dengan rasa yang lebih dasyat dari sebelum-sebelumnya.     

Marco menggeram merasakan miliknya di jepit kuat lalu rasa hangat yang menyebar membasahi miliknya yang Marco tahu itu adalah cairan organsme milik istrinya.     

Lizz terengah-engah dengan tubuh lemas tapi kepuasan terlihat mewarnai wajahnya.     

"Aku baru mulai bebeb." Marco mengingatkan.     

"Beri ... ahhhh ... Marcoooo." Lizz baru akan meminta waktu sejenak pasca organsme vaginal yang dia alami, sayangnya Marco memang tidak mau memberi waktu dan segera mengeluarkan miliknya sebelum menghujamnya lagi dan lagi.     

Bunyi air mengalir dan kecipak dari penyatuan tubuh mereka terdengar keras. Namun desahan dan rintihan Lizz masih lebih keras dan berdengung memenuhi seluruh kamar mandi.     

"Marco ... ahh ... ah ... aku ...." Hanya lima menit dari organsme pertamanya dan lizz kembali merasakan akan segera mencapai puncak kembali.     

"Tidak apa-apa beb ... lepaskan saja ... kita punya banyak waktu." Marco meremas dada Lizz dan mempercepat gerakaannya.     

"Marcoooo, Ahhhhhhhhh." Tubuh Lizz kembali tersentak menyemburkan gelombang kedua yang sama dasyatnya. Lalu tubuhnya melemas dalam pelukan Marco.     

Marco melepas iskatan di tangan Lizz lalu menggendongnya tanpa melepas penyatuan mereka. Begitu sampai di atas rajang Marco langsung menindih Lizz dan menciumnya ganas, sedangkan bagian tubuh bawahnya tanpa aba-aba bergerak dengan cepat dan liar.     

Lizz melotot dan kembali terengah-engah. Ini terlalu cepat, tetapi dia tidak bisa menolaknya karena gerakan Marco yang brutal justru membuat Lizz langsung kembali terangsang dan segera ingin mendapatkan pelepasan sekali lagi.     

"Ayo beb ... jangan malu-malu ...." Marco meremas dada istrinya dengan kencang dan terus bergerak tanpa jeda. Hingga beberapa saat kemudian Marco juga merasakan miliknya semakin membengkak dan berkedut-kedut hampir mencapai puncaknya.     

"Marcccoooooo."     

"Uhhhh ... Bebbb." Marco menindih tubuh Lizz dengan kuat ketika melihat Istrinya Organsme lagi dan dia mengikuti tepat dibelakangnya dengan semburan yang kuat hingga membuatnya terasa melayang penuh kenikmatan.     

"Uh ... bebeb ... kamu memang yang terbaik," bisik Marco senang.     

"Berat ...." Rengek Lizz karena Marco tak kunjung mengankat tubuhnya.     

Marco segera mengankat tubuhnya dan melepas penyatuan mereka, Lizz berbalik dan hendak tidur karena lemas namun belum sempat matanya terpejam Marco malah membuatnya telungkup dan kembali membelainya dari belakang.     

"Marco ... sudah hampir waktunya kamu kerja," protes Lizz berharap Marco tidak melanjutkan aksinya.     

"Aku memutuskan untuk libur hari ini." Marco mengangkat pinggang Lizz dan dalam waktu singkat sudah menyatukan kembali tubuh mereka.     

Lizz mengerang protes namun berakhir percuma karena Marco malah asik menggerakkan pinggulnya dan terus menerus membelai dan mencium sekujur tubuhnya.     

Saat itulah Lizz bersumpah tidak akan menertawakan suaminya lagi. Karena jika Marco sudah berkata seperti itu, Lizz tidak akan bisa melawan. Bahkan saat tubuhnya sudah berpindah posisi lagi Lizz Hanya bisa mendesah dan menjerit nikmat. Dia tidak akan tahu matahari sudah terbit atau sudah tenggelam lagi. Yang Lizz tahu dia tidak akan bisa berjalan normal untuk 2 hari yang akan datang.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.