One Night Accident

EKSTRA PART V



EKSTRA PART V

0Enjoy Reading     
0

***     

Jean mencari keberadaan Javier yang tadi diajak Jovan entah ke mana begitu mereka berada di rumah pamannya Marco. Jean selama ini selalu merasa Jovan cemburu padanya setiap kali dia berduaan dengan Javier. Padahal Jean tidak pernah keberatan kalau mereka bermain bersama. Tapi, entah kenapa Jovan selalu lebih suka kalau hanya main berdua dengan Javier tanpa melibatkan dirinya. Padahal Jean kan saudara Jovan juga kenapa Jovan tidak bisa seakrab Javier padanya.     

Jean membuka pintu kamar di sebelahnya. Kosong. Tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Jean memutuskan mencari Javier ke tempat lain. Jean bosan sendirian, apalagi ini sudah malam. Biasanya Javier akan menemani dia tidur kenapa sampai jam sepuluh belum muncul juga.     

Jean mendengar suara. Pasti Javier ada di sana. Dengan langkah riang Jean menuruni tangga dan mendekat ke asal suara.     

"Jadi fix ya, duo J akan tinggal bersamaku lagi?" tanya Marco memastikan.     

"Iya, duo J akan tinggal di Indonesia. Bagaimanapun Javier dan Jean terlalu dekat. Aku khawatir akan muncul rasa lebih dari sekedar saudara." Daniel menjelaskan.     

"Tapi mereka masih memiliki DNA yang berbeda. Jadi aku rasa tidak masalah kalau Javier dan Jean saling suka lebih dari saudara." Marco merasa tidak ada yang perlu di khawatirkan. Bahkan, bukankah lebih bagus jika Javier suka Jessica. Itu akan semakin mempererat ikatan dalam keluarga mereka.     

Daniel mendesah. "Mungkin tidak apa. Tapi, pikirkanlah ... Jesica itu memiliki kondisi tubuh yang tidak stabil. Aku hanya khawatir jika mereka sudah dewasa dan benar-benar jatuh cinta, lalu menikah. Bagaimana kalau mereka tidak memiliki keturunan? Kamu tahu pasti kemungkinan Jesica hamil itu sangat kecil. Dan ... kamu tahu sendiri dengan kesehatan Jessica saat ini memang bagus. Tetapi, Mom sendiri bilang tidak ada yang tahu batas ketahanan tubuhnya bisa sampai umur berapa." Daniel sudah mendapatkan info bahwa Jessica mungkin hanya bisa bertahan 20 tahun dan harus segera mendapatkan pendonor lagi. Daniel tidak mau anaknya hanya menunggu wanita yang lemah dana akan merana jika pada akhirnya pergi. Daniel lebih suka mereka saling menyayangi sebagai saudara saja.     

"Hey ... tidak semua rumah tangga memiliki anak dan mereka baik-baik saja. Lagipula, aku dokter hebat. Bisa mengusahakan apa saja." Marco percaya diri. Selama Jessica ada dalam perawatan dirinya. Marco sangat percaya dia akan membuat Jessica selalu aman sejahtera dan akah hidup layaknya orang normal lainnya.     

"Baik-baik saja di luar. Di dalam hati aku yakin mereka akan terus merasa tidak lengkap. Selain itu Jessica sudah resmi menjadi saudara Javier dan Jovan. Jadi akan sangat riskan kalau sampai ada hubungan lebih diantara mereka."     

"Kamu jadi seperti Mom, terlalu mengikuti aturan." Marco melirik saudaranya.     

Daniel mendesah. "Mau bagaimana lagi, aku sekarang adalah Raja. Apa yang terjadi dalam kerajaan adalah tanggung jawabku. Jika setelah dewasa Javier dan Jesica tetap saling suka. Aku tidak akan mencegahnya karena aku tahu, sekali pria Cohza jatuh cinta dia tidak akan bisa berpaling. Hanya saja sekarang ini aku menghindari mereka membuat anak saat mereka sendiri masih anak-anak."     

Marco tergelak. "Dan ajaran siapakah itu? Sendirinya mesum, anaknya enggak boleh mesum. Makanya lain kali kalau bikin adegan dewasa lihat dulu ada balita tidak di sekitarmu. Bukan asal coblos saja."     

"Kamu mau mengatur Raja?" tanya Daniel sambil bersedekap.     

"Dih, sombong banget sekarang."     

"Kamu bisa sombong dan jadi Raja kalau mau." Daniel menawarkan.     

"Ogah. Aku udah kerasan di Indonesia. Enggak mau pindah tempat lagi."     

"Kalau begitu ikuti perintah Raja. Rawat duo J dengan benar."     

"Aelah, emang dari orok duo J aku kali yang rawat. Ish ... baru ikut kamu dua tahun saja udah sok. Udahlah jadi fix ini Jessica dan duo J di pisahkan? Aku enggak mau ya nanti duo J tiba-tiba diambil lagi." Marco memastikan.     

"Iya, duo J harus dijauhkan dari Jessica. Karena Jesica itu berbahaya dan pengaruhnya tidak main-main. Apalagi pada Javier yang berhati lemah. Kalau tidak dipisahkan dari sekarang pasti efek sampingnya akan sangat luar biasa."     

"Melendung sebelum waktunya. Hahahhaha."     

Jessica menjauh dari tempat Daddy dan pamannya mengobrol. Dia sedih kenapa Javier dan Jovan akan dipisahkan darinya? Apalagi katanya Jessica membawa pengaruh yang dahsyat. Padahal selama ini Jessica tidak merasa pernah membuat kesalahan hingga bisa membuat Javier atau Jovan perlu dijauhkan darinya. Atau sebenarnya Raja dan Ratu tidak terlalu menyukainya makanya mereka tidak mau Jessica terlalu dekat dengan duo J. Jessica kan Cuma anak pungut yang di tolong mereka.     

"Jean, kenapa masih di sini?" Jessica menoleh dan mendapati Javier dan Jovan yang melihatnya heran. Dari semua orang memang Javier paling ngotot memanggilnya Jean.     

"Aku ...." Jessica tidak menyelesaikan perkataannya. Dia masih berpikir benarkah dia membuat duo J susah.     

"Pasti tidak bisa tidur ya? Ya sudah, ayo aku temani dulu." Javier menarik tangan Jessica agar kembali ke kamarnya.     

"Tapi Javier, kamu bilang malam ini mau menemaniku main game," protes Jovan di belakang mereka.     

"Besok saja ya Jov. Kasihan Jessica kalau tidak bisa tidur, nanti dia sakit." Javier meminta pengertian Jovan.     

"Ish, selalu begitu. Jessica terus yang diutamakan. Untung Alxi sedang menginap dirumah Alca. Aku mau main sama Alxi saja," gerutu Jovan sambil berbalik dan menuju rumah Alca.     

Jessica menatap Jovan tidak enak. Sepertinya dia memang membuat Javier dan Jovan jadi tidak akur. "Javier, aku ke kamar sendiri saja. Kamu temani Jovan main."     

"Tidak apa-apa. Toh besok aku masih bisa menemani dia main. Sedang menemani dirimu tidur sebentar lagi aku akan sulit melakukannya. Ah ... aku pasti akan sangat merindukan dirimu." Javier kembali menarik Jessica menuju kamarnya.     

"Apa maksudnya kamu akan sulit melakukannya? Aku kan tidak kemana-mana?" tanya Jessica begitu mereka memasuki kamarnya.     

"Mulai hari ini aku dan Javier harus tinggal di sini. Di Indonesia." Javier menarik duduk Jessica di pinggir ranjang.     

"Lalu apa masalahnya. Aku kan di sini juga." Jessica mulai curiga. Benarkah dia akan di jauhkan dari Javier.     

"Eh ... tapi ... kata Dad kamu akan kembali ke Cavendish. Jadi kita mungkin akan jarang bertemu mulai sekarang. Tapi aku berjanji akan sering menghubungi dirimu kok." Javier menggenggam tangan Jessica.     

Jantung Jessica berdegup kencang. Ternyata benar, mereka akan di pisahkan. Raja dan Ratu tidak suka padanya makanya mereka melakukan.     

"Jean ... jangan sedih. Aku tetap menyayangimu dan tidak akan mengabaikan dirimu walau kita nanti jauh." Javier memeluk Jean sayang.     

"Aku ... aku juga sayang padamu." Tapi Raja dan Ratu tidak suka padaku. Batin Jessica.     

"Sudah tidur yuk, khusus malam ini aku rasa Mom dan Dad tidak akan melarangku tidur bersamamu. Besok kan kita sudah berpisah. Aku di Indonesia kamu di Cavendish." Javier menepuk ranjang di sebelahnya agar Jessica segera tidur.     

Jessica menuruti perkataan Javier. "Boleh aku memelukmu?" tanya Jessica.     

Javier tidak menjawab tapi langsung memeluk Jessica dan mengelus kepalanya agar tertidur. Bukan memejamkan mata Jessica malah mendongak menatap wajah Javier dengan intens. Berusaha merangkum wajah Javier di memori otaknya agar Jessica tidak akan pernah melupakannya.     

Menyadari Jessica yang terlihat sedih, Javier mengecup dahinya sayang. "Jangan sedih, setiap liburan aku akan ke Cavendish menengok dirimu."     

Jessica tersenyum berusaha terlihat senang. "Aku sayang padamu," ucap Jessica benar-benar tulus.     

"Aku lebih menyayangimu." Javier kembali mengelus kepala Jessica agar tertidur.     

"Javier?"     

"Hmmm."     

"Boleh aku menciummu?"     

"Tentu." Jessica tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke arah Javier lalu menempelkan bibir mereka. Tentu saja Javier langsung terkejut karena dia pikir Jessica akan mencium kedua pipinya seperti biasa. Bukan malah mencium bibir.     

Jantung Jessica terasa berdegup sangat kencang. Ini ciuman keduanya setelah ciuman pertama diambil saat pertemuan pertama mereka dulu dan Jessica senang karena Javier satu-satunya yang mendapatkannya.     

Sama seperti Jessika jantung Javier tidak kalah deg-degan. Baru kali ini dia merasakan ciuman di bibir dengan Jean yang memulai seperti yang pernah dia lihat saat Daddy dan Mommy-nya sedang berduaan.     

Javier dan Jessica mengikuti nalurinya dan entah bagaimana mereka akhirnya saling melumat dan menghisap bibir masing-masing hingga napas keduanya terengah-engah.     

"Pantas Mom dan Dad suka ciuman di bibir, rasanya memang enak," ungkap Javier polos.     

"Kamu suka?" tanya Jessica.     

Javier mengangguk. "Boleh kali ini aku yang menciummu?" tanya Javier ketagihan.     

Jessica tersenyum dan membiarkan Javier kali ini memimpin ciuman mereka. Tanpa sadar kini Javier sudah berada di atas tubuh Jessica. Bahkan seolah tangannya memiliki inisiatif sendiri dan mengusap payudara Jessica yang baru tumbuh hingga membuat Jessica mengerang dan mengeliat seperti cacing kepanasan.     

"Maaf, apa aku menyakitimu?" tanya Javier terkejut kala mendengar Jessica menjerit. "Tidak, rasanya geli. Tapi, enak. Coba lakukan lagi," pinta Jessica meletakkan tangan Javier di dadanya yang tidak lebih besar dari buah jambu.     

Javier terengah dan entah kenapa dia merasa sangat kepanasan ketika melihat Jessica yang terus mengerang dan mendesah seperti menahan pipis. Tapi Jessica malah meminta Javier tidak berhenti. Akhirnya Javier ikut menikmatinya bahkan saking keenakannya Javier kini melumat bibir Jessica dengan tangan yang terus meremas-remas payudaranya Jessica dari balik baju tidurnya.     

Javier ingin bergeser dan menghentikan kegiatan mereka karena merasa bibir Jessica sepertinya membengkak karena terus-menerus dia cium. Tapi saat berusaha bergeser tiba-tiba Jesika melenguh dan malah melingkarkan kedua kakinya dipinggang Javier. Javier merasakan sensasi baru.     

"Jav, kok rasanya semakin enak," ucap Jessica setengah bingung setengah keenakan ketika merasakan bagian tengah tubuhnya tergesek-gesek dengan sesuatu yang keras yang sekarang berada diantara kedua paha Javier.     

Javier sendiri juga terengah-engah. Dia juga tidak tahu kenapa tubuhnya seperti punya pemikiran sendiri dan terus menggesekkan miliknya ke tubuh Jean. Yang jelas Javier merasa seperti melayang-layang keenakan. Javier tidak bisa berhenti begitupun dengan Jessica. Tanpa mengerti apa-apa mereka berdua terus menggesek-gesekkan milik mereka semakin cepat. Rasa kain yang menghalangi tidak mereka perdulikan. Jessica dan Javier hanya tahu apa yang mereka lakukan sangat nikmat dan menuju sesuatu yang semakin membuat penasaran. Hingga beberapa saat kemudian Javier melenguh dan Jessica menjerit bersamaan. Keduanya mencapai puncak kenikmatan tapa tahu bahwa hal itu adalah sesuatu yang tidak seharusnya mereka nikmati ketika masih belia.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.