One Night Accident

EKSTRA PART VI



EKSTRA PART VI

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Astaga ...." Javier segera menjauh saat merasakan kedua pahanya basah. Apa dia baru saja kencing. Bagaimana mungkin dia kencing saat di depan Jean? Tetapi ... kenapa rasa kencingnya aneh. Tidak banyak dan terasa lengket? Javier bingung dengan keadaan dirinya.     

Tidak berbeda dengan Javier, Jessica yang masih terengah-engah juga merasa bingung dan malu luar biasa saat merasakan celana dalamnya basah kuyup. Dia sudah berusia 11 tahun dan dia masih ngompol. Bahkan ngompolnya tepat di depan Javier. Kalau ketahuan Jovan pasti dia sudah diolok-olok dan dihina.     

"Maaf Jean, aku tidak sengaja. Rasanya geli dan enak. Aku jadi sedikit terkencing-kencing." Javier menunduk karena malu. Dia tidak mau mengaku awalnya, namun dia yakin sudah membuat sprai milik Jessica basah jadi tidak mungkin di sembunyikan dan lebih baik mengakuinya secara jujur.     

Jessica mendongak karena kaget. Jadi bukan hanya dia yang ngompol keenakan tetapi Javier juga mengalaminya. Rasa malu Jessica menurun.     

"Javier, aku juga ngompol," ucapnya malu-malu. Namun, tidak semalu tadi. Karena dia tidak sendirian saat ngompol.     

"Eh ... Benarkah?" Jessica mengangguk. Javier menghembuskan napas lega. Ternyata bukan dia saja yang merasakan geli.     

"Ya sudah aku ganti celana dulu. Kamu juga. Nanti aku kembali ke sini." Tanpa menunggu jawaban Jessica. Javier menuju kamarnya dan membersihkan miliknya yang membuatnya kaget karena yang membasahi celananya adlah cairan berwarna putih. Apakah ini yang dinamakan sperma? Bukankah dulu waktu masih diajari Dr. Key Javier pernah mempelajari alat reproduksi dan kegunaannya. Javier tidak mau ambil pusing nanti dia bisa mempelajarinya lagi.     

Dengan segera Javier mengganti baju tidurnya. Begitu selesai dia kembali ke kamar Jessica tidak mau membuat Jessica menunggu terlalu lama.     

"Ayo tidur. Aku sudah ngantuk." Jessica menepuk ranjang di sampingnya. Setelah sedikit ngompol entah kenapa tubuhnya terasa lemas dan sangat mengatuk.     

Tanpa menunggu lagi Javier melompat ke sebelah Jessica dan memeluknya. "Selamat tidur."     

"Selamat tidur juga," balas Jessica memeluk erat Javier.     

Javier menunduk dan tanpa sadar malah mendekatkan wajah mereka kembali. Berniat mengecup bibir Jessica sekilas tapi yang terjadi lagi-lagi mereka terjebak dalam ciuman yang panjang dan membangkitkan nafsu.     

Jessica kembali terngah dan pasrah ketika lagi dan lagi Javier melumat seluruh bibirnya dan menindihnya lagi. Tangan Javier juga sudah mulai menjalar dan kembali meremas gundukan mungil milik Jessica hanya saja masih dihalangi piayama.     

"Astagaaaa, apa yang kalian lakukan?" Ai semakin shok melihat kedua anaknya berciuman sangat panas. Apalagi dia juga melihat tangan Javier yang berada di dada Jessica.     

"Ada apa tweet." Daniel yang baru selesai bicara dengan Marco menghampiri Ai yang terlihat kaget.     

"Astagfirullahaladzim, Javier lepaskan tanganmu dari dada jessica." Marco yang ikut melihat jadi kaget juga saat posisi Javier dan Jessica sangatlah vulgar.     

Javier dan Jessica terlihat bingung saat ketiga orang dewasa di hadapan mereka melihat dengan mata tajam. Seolah-olah Javier habis melakukan kesalahan fatal. Javier dan Jessica segera memisahkan diri dengan sama-sama bingung.     

"Aku rasa ini tidak bisa di tunda lagi." Ai memijit pelipisnya pusing. Tidak pernah menyangka ankanya bergerak sejauh ini.     

Ini semua gara-gara Daniel yang suka mencium dan mengajaknya bercinta di sembarang tempat. Ai jadi khawatir bahwa mungkin saja salah satu adegan eksplisit dirinya dengan daniel tanpa sengaja sudah di tonton oleh anaknya. Kalau benar seperti itu. Huh ... pastilah ini kesalahan fatal.     

"Javier kembali ke kamarmu," perintah Daniel.     

"Javier tidur di sini Dad, sebentar lagi Jessica akan kembali ke Cavendish. Jadi ...."     

"Javier kembali ke kamarmu. SEKARANG!" perintah Daniel mutlak, tidak menyangka anaknya lebih mesum darinya. Daniel memang tidak membatasi diri, namun Daniel juga sadar anaknya belum memahami 100% dengan apa yang sudah mereka lakukan. lagi pula Jessica masih terlalu muda untuk hamil. Setidaknya harus menunggu 5-7 tahun baru mereka boleh saling melakukan kontak fisik. Bukan sekarang.     

"Dan kalian berdua tidak boleh bertemu lagi sampai usia 17 tahun ke atas." Daniel memotong ucapan Javier sebelum Javier memprotes.     

"Apa?"     

"Tapi Dad." Javier dan Jessika protes bersamaan.     

"Tidak ada bantahan. Javier ke kamarmu sendiri." Daniel menatap Javier penuh ancaman. Javier berjalan sambil menunduk. Merasa kalah dan sedih karena tidak boleh menemani Jessica tidur dan tidak akan bisa menemui Jessica lagi tanpa izin Daddy-nya.     

"Jessica tidurlah. Ini sudah terlalu malam." Daniel tidak menunggu jawaban Jessica dan langsung menggandeng Ai dan mendorong Marco agar keluar dari kamar Jessica.     

Bagitu suasana sepi Jessica hanya bisa meringkuk dan menangis sendiri di atas ranjang. Jessica tidak bisa tidur karena memikirkan kata-kata Daddy Daniel yang tidak memperbolehkan dia bertemu Javier lagi. Katanya mereka boleh bertemu jika sudah berusia 17 tahun. Lalu sebelum itu Jessica harus bagaimana? Jessica bingung dan sedih. Merasa bahwa Daniel dan Ai tidak menyayangi dirinya seperti harapannya selama ini.     

Diantara kesedihannya Jessika akhirnya mengambil tindakan. Setelah dini hari Jesicca melepas kalung yang pernah Javier berikan padanya. Tidak mau semakin rindu jika melihat kalung itu. Kalau Jessica harus menjauh dari Javier maka Jessica akan melakukannya. Jessica sayang sekali pada Mom, Dad, Jovan dan terutama Javier. Jessica tidak suka melihat pandangan kecewa Mommynya dan wajah kesal Daddy-nya seperti tadi. Jessika tidak mau menjadi orang yang membuat keluarga yang sudah memungutnya jadi kecewa. Jessica akan pergi sesuai keinginan Daddy-nya.     

Jessica tidak mau mejadi sumber masalah bagi Javier, Jessica juga tidak mau membuat mereka merasa Jessika anak yang bikin susah. Jessika hanya menangis kembali dan berharap suatu hari bisa bertemu dengan Javier lagi.     

***     

Jessica terbangun dengan tubuh yang merasa sangat dingin. DIa bisa merasakan berada di tempat yang gelap dan terus bergerak. Lalu setelah matanya menyesuaikan dengan cahaya sekitar, Jessica bisa melihat di sana ada puluhan anak-anak seperti dirinya. Ada yang menangis ada juga yang tertidur.     

Itu adalah sebuah kapal. Setelah Olive kabur dari rumah karena mengira keluarga Cavendish tidak menginginkannya lagi dia dengan ceroboh pergi tanpa membawa uang hingga menyebabkan dirinya kelaparan. Disaat putus asa dan merasa akan mati karena tidak makan ada seorang lelaki yang memberinya makanan. Walau itu bukan makanan mewah dan lezat, namun bagi perut kecilnya yang sudah meronta-ronta itu sama seperti anugrah.     

Tetapi setelah itu dia malah pingsan dan begitu bangun lelaki itu membawanya ke tempat yang berisi wajah-wajah menyeramkan. Yang ternyata adalah tempat para preman dan sindikat penculikan anak.     

Mereka membentak bahkan memukul anak-anak yang tidak mau mengemis atau ngamen. Jessica sangat ketakutan. Seumur hidup baru kali ini dia melihat kekejaman seperti itu.     

Jessica tidak mau dipukuli. Tetapi ... Jessica lebih ngeri saat para pria melihat tubuhnya dari atas hingga bawah seakan ingin menerkamnya. Seolah-olah dia adalah makanan paling lezat yang tersisa di dunia ini.     

Wajah Jessica sangat cantik dan memikat. Semua preman ingin mencicipi tubuhnya hingga dia gemetar ketakutan. Namun, saat dia sudah merasa akan menjadi korban pencabulan ketua preman itu tiba-tiba datang dan menyelamatkan dirinya. Bukan karena dia orang baik, tetapi karena dia memutuskan akan menjual Olive saja agar mendapatkan untung lebih besar. Bagaimanapun Jessica cantik dan menarik, masih perawan dan pastinya para pedofil akan mau memberi nilai yang sangat tinggi.     

Lalu Jessica dipisahkan dari anak jalanan dan dibawa pergi untuk dikumpulkan bersama dengan anak-anak perempuan lain yang akan dijual ke luar negri.     

Tetapi ... Tuhan berkehendak lain. Kapal yang ditumpangi Jessica tiba-tiba mengalami masalah dan terancam akan tenggelam beberapa saat lagi.     

Jessica yang hanya anak berusia 11 tahun tentu saja langsung panik. Bukan hanya dia jeritan anak-anak lain juga langsung memnuhi kapal itu. Semua hanya memikirkan diri mereka sendiri-sendiri mengabaikan keberadaan jiwa-jiwa tidak berdaya yang hanya pasrah menerima kematian dengan rasa takut dan histeris.     

Entah bagaimana caranya mereka tiba-tiba bebas dan Jessica ikut berlari berusaha mencari apa pun agar selamat. Tapi anak kecil seperti dirinya hanya jadi bahan senggolan dan tabrakan para orang dewasa hingga dia bahkan bisa merasakan tubuhnya jatuh dan beberapa kali terinjak.     

Jessica bisa merasakan bajunya yang basah saat air mulai memasuki kapal. Dia merangkak mencari pintu mana saja yang bisa di lalui agar tidak ikut tenggelam. Namun seperti apa pun usahanya Jessica tahu kemungkinan dia selamat tidak ada.     

Jessica pasti akan mati di sana.     

Jessica melihat sebuah pelampung yang sepertinya agak kempes. Dia mengambilnya dengan menangis karena ketakutan. Pada saat itulah hanya nama Javier yang ada di otaknya.     

Jika tuhan menginginkan kematiannya. Olive sudah pasrah. Dengan pelampung di badan Olive yang bahkan tidak menyakinkan untuk membuatnya tetap terapung di air. Jessica berlari keluar dan berdiri di pinggir kapal. Lalu mengikuti orang-orang dewasa lainnya.     

"Selamat tinggal Javier."     

Dalam satu gerakan Olive melompat ke dalam lautan.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.