One Night Accident

NEW BODYGUARD 3



NEW BODYGUARD 3

0Enjoy Reading.     
0

***     

Stevanie merasa tubuhnya remuk redam. Apa sih yang kemarin dia lakukan? Kenapa semua tulangnya terasa tidak berada di posisi yang pas. Stevanie berusaha bangun dari tidurnya, tapi dia merasa kesulitan saat ada kaki yang menimpa pahanya, perutnya juga merasakan beban berat yang membelitnya.     

"Morning," bisik Petter tepat di telinganya, membuat tubuh Stevanie kaku seketka.     

Stevanie menoleh dan melihat wajah Petter yang sangat dekat dengannya, refleks dia menjerit karena terkejut. Tapi langsung di bungkam dengan ciuman Petter yang dalam. Stevanie menegang dan berusaha mendorong tubuh Petter dengan tangannya. Tapi Petter terlalu dominan, sehingga pelan tapi past Stevanie akhirnya menyerah dan bahkan membalas setap ciuman dan hisapan yang dilakukan Petter padanya.     

"Aku suka melihat wajahmu saat bangun tdur," bisik Petter, masih mengatur nafasnya setelah ciuman yang panjang.     

"Kau ... kau ... lelaki brengsek," ujar Stevanie menjauhkan sedikit tubuhnya, tapi dengan cepat Petter memeluknya sehingga Stevanie tdak bisa menghindar.     

"Lepaskan aku."     

Petter justru mengeratkan pelukannya dan tangannya mulai menari di sepanjang punggung mulus milik Stevanie.     

"Aku bilang lepaskan, atau aku akan berteriak," ucap Stevanie memukul bahu Petter berusaha melonggarkan pelukannya.     

"Teriaklah, itu lebih bagus. Agar semua tahu bahwa putri mereka kini sudah menjadi milik ku,"     

"Kau mengancamku?"     

"Honey, aku tidak mengancam mu. Aku hanya mengatakan kebenaran, kamu milik ku sekarang."     

"Aku milik diriku sendiri, kau jangan kurang ajar."     

"Baiklah kau milikmu sendiri, tapi sekarang aku milikmu," Petter tersenyum dan merapatkan pelukannya.     

"Aku tidak mau denganmu, dan jauhkan tanganmu dari tubuhku."     

"Padahal semalam kau sangat menyukainya, kenapa sekarang tidak mau? Atau kita harus mengulanginya lagi agar kau bisa mengingat jelas apa yang sudah kita lewat bersama?"     

"Aku ... tdak ... ummppppttttt." Stevanie kehilangan lagi suaranya saat Petter tanpa ampun langsung melumat bibir dan membelitkan lidahnya, bahkan dalam satu gerakan cepat dia berhasil menindih tubuh Stevanie yang memang tidak bisa melawan itu.     

"Apa kau tdak menyukai ini?" tanya Petter meremas dadanya. Secara otomatis Stevanie mendesah seketika, respon yang sangat di sukai Petter.     

"Apa kau juga tidak suka jika aku melakukan ini?" Petter menjilat perut Stevanie dan terus turun ke bawah hingga berada tepat di antara kedua pahanya. Stevanie berusaha menggeleng tapi justru erangan frustasi yang keluar dari bibirnya.     

"Ini tidak boleh ... ah ... ini ... tidak ... boleh ... uh ...," Stevanie menggelinjang dan menggeliat tidak karuan, Petter terlalu ahli untuk di hadapi olehnya yang sama sekali tidak punya pengalaman apa pun soal hubungan pria dan wanita di atas ranjang.     

"Benar honey ... ini tdak boleh di tahan, ayo lepaskan untuk ku," gumam Petter sambil terus menghisap, menjilat dan memainkan lidahya di kewanitaan milik Stevanie. Hingga tidak butuh waktu lama, akhirnya Stevanie tdak bisa bertahan dan menelungkupkan tubuhnya lalu me jeritkan nama Petter saat orgasme yang dasyat telah melandanya.     

Petter memandangi tubuh telanjang Stevanie yang sudah berkeringat karena puas. Payudaranya, pinggulnya, semua terasa sempurna di matanya. Dan wanita sempurna itu akan jadi miliknya lagi pagi ini.     

"Aku tahu ini sedikit tdak nyaman karena semalam kau baru kehilangan keprawananmu, tapi kau terlalu menggoda untuk di lewatkan," ucap Petter dan langsung menghentakkan tubuhnya menyatu dengan Stevanie.     

Stevanie memekik terkejut, tapi dia bisa apa? saat tubuhnya merasakan rasa sesak dan nikmat melandanya, dia tahu dia tidak bisa mengelak lagi. Petter terlalu nikmat dan membuatnya ketagihan.     

Petter suka, dia sangat suka saat Stevanie sudah mulai menikmati permainannya. Karena saat tubuhnya keluar masuk dengan cepat, Stevanie akan mengimbanginya dengan cengkraman kuat yang akan menyelimut kejantanannya hingga terasa di remas-remas. Kakinya akan membelit pinggulnya agar tidak menjauh, tangannya akan memeluk punggung dan desahannya akan menjadi suara penambah semangat.     

Stevanie meruntuki tubuhnya yang tdak bisa di ajak bekerja sama, kenapa dia malah bertingkah sepert wanita murahan? Mendesah dan memohon agar di gauli, oh ... dia sudah tidak perduli. Rasa nikmat ini terlalu sayang untuk diabaikan, untuk itu Stevanie terus mendesah dengan keras. Bahkan dia sekarang menjerit menyebut nama Petter saat orgasme kembali melandanya, tapi kini dia tidak sendiri karena sepersekian detik kemudian Petter juga menghentakkan pinggulnya berusaha masuk sedalam mungkin agar bisa menyemburkan seluruh benih masuk ke dalam rahim miliknya.     

"Kau mengeluarkannya di dalam?" tanya Stevanie baru menyadari kebodohannya.     

"Tenanglah, kau bisa minum pil jika belum siap. Tapi kalau kau sudah merasa siap dan senang     

dengan anak kecil, aku pasti sangat senang menjadi ayahnya."     

"Kau gila? Aku tdak mungkin memiliki anak dengan mu."     

"Kenapa?"     

"Karena kau hanya bodyguard ku."     

Petter sama sekali tdak tersinggung dengan penghinaan itu. Dia hanya bodyguard, dia menyadari itu. Tapi, bodyguard inilah yang akan menentukan pantas tidaknya dia jadi suami Stevanie. Bukan Stevanie atau bahkan Thanos sekalipun.     

"So what?"     

"Tentu saja itu mustahil, aku seorang putri. Tidak mungkin aku menikahi bodyguard ku sendiri,"     

"Why not?"     

Stevanie memandang Petter seolah Petter menjadi orang paling bodoh sedunia, dengan pelan Stevanie membalut tubuhnya dengan selimut dan berusaha turun dari ranjang. Dia berusaha mengabaikan perkataan Petter, tapi sial. Kakinya benar-benar gemetar dan lemas sepert jelly. Tubuhnya juga terasa sakit saat kakinya berusaha melangkah.     

Greepp.     

Dalam satu raupan, Petter menggendong Stevanie ala bridal style dan mendudukkannya di atas closet.     

Stevanie memalingkan wajahnya yang merona karena malu, Petter dengan percaya diri masih telanjang bulat seolah tidak perduli bahwa Stevanie ada di sana.     

"Sini," Petter melepas selimut yang di pakai Stevanie dan langsung mendapat plototan seketka.     

"Kenapa malu? Aku sudah hafal bentuk dan warnanya," ucap Petter santai.     

"Dasar cabul," desis Stevanie menaruh tangan di depan dada berusaha menutupi apa yang menjadi asetnya.     

Petter hanya terkekeh pelan lalu dia mengangkat Stevanie dan memasukkannya ke dalam bak mandi yang sudah dia isi dengan air hangat. Stevanie mengerang pelan saat merasakan air mulai membasahi tubuhnya yang terasa remuk redam.     

"Apa yang kau lakukan?" Stevanie langsung duduk tegak saat Petter bergabung di belakangnya. Petter menaruh kedua tangannya di bahu Stevanie agar dia tidak kabur dan mulai memijatnya pelan, berusaha membuat tubuh Stevanie menjadi rileks dan tidak sekaku tadi.     

Stevanie yang awalnya ingin memprotes jadi bungkam saat merasakan pijitan Petter. Tangannya berhasil melemaskan otot-ototnya yang sangat tegang. Bahkan tanpa sadar dia mulai memejamkan mata dan hampir tertidur jika saja Petter tidak mengangkatnya keluar dari bathub.     

"Aku bisa sendiri," ucap Stevanie saat berada di bawah shower dan Petter berusaha memandikannya.     

"Ssstt ... it's ok, aku senang melakukannya," bantah Petter dan mulai mengusap tangannya yang penuh sabun ke tubuh Stevanie. Awalnya dari punggung sampai kaki lalu secara perlahan kembali ke atas dengan sesekali meremas pantatnya.     

Stevanie sudah meletakkan kedua tangannya di tembok kamar mandi agar tidak jatuh melorot saat rasa panas kembali menjalari tubuhnya. Saat ini Petter bukan hanya sedang menyabuninya, tapi juga membelai tubuhnya dengan cara menggoda bagian yang bisa membuatnya mengerang tanpa sadar. Kedua tangan Petter tidak lagi memegang sabun, tapi malah asik mengelus dan meremas payudaranya dari belakang. Kaki Stevanie kembali bergetar dan lenguhan pelan mulai keluar dari bibir mungilnya.     

"Ready honey?" bisik Petter lalu menurunkan tangannya ke arah bagian tubuh Stevanie yang sudah basah, bukan karena air atau sabun. Tapi karena ulah jari-jari Petter yang tidak bisa diam.     

"Petter ... uh ... please." Stevanie menggerakkan tubuhnya agar bisa menggesekkan kewanitaannya dengan jari milik Petter, tidak rela bila kenikmatan itu berhenti.     

"Kau menginginkan ini?" tanya Petter sambil menggosokkan miliknya di belahan pantatnya hingga Stevanie terlonjak nikmat dan secara sepontan langsung mendesah.     

"Iya ... aku mau itu, aku ingin. Please ...." Stevanie mengerang frustasi saat Petter malah menjauhkan tubuh mereka.     

"Katakan bahwa kau adalah wanitaku."     

"Iya aku wanita mu, aku milikmu hanya milikmu."     

Petter memandang tubuh telanjang Stevanie yang sudah basah dan pasrah.     

"Yes ... baby ... kau milikku, wanitaku, calon istriku, dan calon ibu dari anak-anakku," geram Petter dan dalam satu kali gerakan dia langsung menghujamkan miliknya dengan tepat sasaran. Stevanie mengerang senang saat apa yang sedari tadi dia harapkan akhirnya di kabulkan.     

"Ah ... ah ...," Stevanie semakin menundukkan wajahnya dan menguatkan pegangannya pada dinding kamar mandi. Berusaha bertahan dari semua serangan Petter yang semakin membabi buta.     

Petter memegang erat pinggul Stevanie, berusaha membantunya menopang tubuhnya yang Petter yakin saat ini sudah lemas dan hampir ambruk. Petter melepaskan penyatuan mereka dan membuat Stevanie mendesah kecewa tapi hanya sebentar, karena Petter membalikkan tubuhnya. Mendesak Stevanie ke dinding dan mengangkat kedua kakinya agar Petter lebih leluasa mengeluar masukkan miliknya.     

Stevanie mengerang, Petter menggeram, bersama mereka menciptakan suara di kamar mandi dengan begitu kompaknya. Suara yang akan membuat merinding siapa pun yang mendengarnya, karena terlalu erotis dan menggugah sesuatu di bawah sana.     

Lalu keduanya meledak dan menjeritkan nama masing-masing, saat di rasa nikmat dari surga dunia berhasil mereka capai dengan sempurna.     

Akhirnya.     

Petter puas.     

Stevanie lemas.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.