One Night Accident

NEW BODYGUARD 4



NEW BODYGUARD 4

0Enjoy Reading.     
0

***     

Stevanie berjalan mondar mandir di kamarnya dengan gelisah. Sudah seminggu Petter tidak mengawalnya dan Stevanie tidak tahu alasan kepergiannya.     

Apa Petter meninggalkannya karena sudah bosan? entahlah Stevanie merasa resah sekarang.     

Sudah hampir sebulan setelah percintaan dahsyat mereka saat acara di pantai Emerald di salah satu penginapan yang menjadi saksi bisu bahwa putri kerajaan Cavendish sudah kehilangan mahkota keprawanannya di tangan bodyguard baru yang bahkan baru bertugas selama 1 bulan.     

Awalnya Stevanie berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia sama sekali tidak tertarik dengan Petter, tapi tubuhnya berkhianat. Bukannya menghindar, dia justru selalu menantikan saat bisa berduaan dengannya. Tentu saja 90% Petter dengan semangat akan menghabiskan setiap waktu di ranjang saat bisa berduaan dengan Stevanie.     

Dan gilanya itu berlangsung bukan hanya sekali dua kali tapi berkali-kali, bahkan tidak jarang Petter menyelinap ke dalam kamarnya di tengah malam dan selalu membangunkannya dengan percintaan yang menggebu-gebu.     

Entah berapa kali Petter mengatakan ingin menikah dan menjadi ayah dari anaknya tapi Stevanie selalu menolak, bagaimanapun dia adalah seorang putri dan calon Ratu, dia tidak bisa menikah dengan orang sembarangan. Tapi membayangkan menikah dengan orang yang tidak dia cintai kenapa terasa menyakitakan?     

Astaga, apa dia baru akan mengatakan bahwa dia jatuh cinta dengan Petter? Pasti otaknya sudah terkena racun. Tunggu dulu, apa memang dia mencintai Petter?     

Oh, apa yang harus Stevanie lakukan sekarang? Tidak mungkin ayahnya akan begitu saja merelakan dirinya menikah dengan bukan warga negara Cavendish dan yang pasti Petter bukan dari golongan bangsawan.     

Stevanie semakin gelisah, bukan hanya karena baru menyadari dia jatuh cinta pada Petter. Tapi dia juga sadar bahwa hal yang mustahil jika dia ingin bersatu dengan Petter. Jangankan bersatu, saat ini dia bahkan tidak mengetahui keberadaan Petter yang sesungguhnya.     

Apa Petter serius dengannya? Atau habis manis sepah di buang? Stevanie past akan merasa hancur jika Petter benar-benar hanya mempermainkannya.     

Ceklekk.     

Stevanie langsung melihat ke arah pintu kamarnya saat dia mendengar seseorang membuka pintu tanpa permisi atau mengetuk pintu terlebih dahulu. Baru Stevanie akan memarahi dan menegur siapapun itu, tapi niat itu langsung lenyap saat melihat wajah yang muncul adalah wajah lelaki yang sudah menghilang dari hidupnya selama seminggu ini tanpa pemberitahuan dan kabar berita sama sekali. Seketika rasa marah dan kecewa menghamirinya.     

"Siapa yang memerintahkan mu masuk?" tanya Stevanie dengan wajah kesal.     

Petter hanya mengangkat sebelah alisnya dan menutup pintu dengan pelan.     

"Apa kamu tidak merindukanku honey?"     

"Untuk apa aku merindukan orang yang bahkan tidak menyayangi ku, tidak memberi kabar dan tidak berpamitan?" Stevanie melengoskan wajahnya karena memerah menahan marah.     

Petter mendekat Stevanie dengan pelan, tahu sekali bahwa wanitanya kini sedang merajuk.     

"Yakin tidak merindukanku? Sayang sekali, padahal aku memiliki kabar gembira untukmu," ucap Petter sambil mengelus kedua lengan Stevanie dari belakang.     

Stevanie masih diam bertahan dengan kekesalannya.     

"Aku habis menemui ayahku di Prancis dan memberitahukan tentang kita,"     

Deg     

Stevanie langsung membalikkan tubuhnya agar menghadap Petter dengan seksama, berusaha mencari kebohongan di wajahnya. Tapi nihil, Petter terlihat serius dengan perkataannya.     

"Apa katanya?" tanya Stevanie penasaran juga.     

"Tidak ada, dia menyerahkan semua masa depan ku di tangan ku sendiri, tapi dia akan memastkan aku meminta dirimu dari ayahmu dengan cara yang benar."     

"Apa maksudmu?"     

"Aku akan melamarmu honey, jadi will you merry me?" dengan tiba-tiba Petter berlutut di hadapan Stevanie dengan cincin dalam kotak di kedua tangannya.     

Stevanie memandang Petter seolah tumbuh tanduk di kepalanya.     

"Apa kau gila?"     

Petter mengabaikan protes Stevanie dan langsung memakaikan cincin yang di bawanya.     

"Hey, aku belum mengatakan iya,"     

Petter berdiri senang walau Stevanie memprotes, Stevanie tidak ada tanda-tanda ingin melepaskan cincin darinya.     

"Mau kau bilang iya atau pun tidak, untukku adalah iya," jawab Petter dengan percaya diri.     

"Dasar arogan," dengus Stevanie sambil memalingkan wajahnya karena entah kenapa hatinya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan.     

"Bersiaplah, sebentar lagi waktunya makan malam. Temani ayahmu, setelah itu kita temui dia di ruang kerjanya. Dan membicarakan tentang rencana kita," Petter menangkup kedua pipi Stevanie lalu mengecupnya mesra.     

"Ini bukan ide yang bagus," ucap Stevanie memandang Petter ragu.     

"Aku tahu, tapi percayalah padaku," kata Petter sambil memandang tepat ke manik mata miliknya.     

Stevanie langsung mengangguk percaya, mata Petter terlihat penuh tekad dan Stevanie jadi merasa akan bisa menghadapi dunia.     

1 JAM KEMUDIAN     

"Jangan bercanda anak muda,"     

"Saya tidak bercanda yang mulia. Saya, lebih tepatnya kami saling mencintai," Petter memandang Raja Cavendish tanpa gentar sama sekali.     

"Dan apa yang membuatmu berpikir aku akan merestuinya?"     

"Karena Anda sangat menyayangi putri Anda, sehingga Anda pasti akan membiarkan putri Stevanie hidup bahagia dengan lelaki pilihannya."     

"Kalau begitu kalian terlalu naif nak. Aku memang menyayangi putri ku, tapi aku tdak akan membiarkan dia menikah dengan orang yang salah."     

"Saya berjanji akan membahagiakannya yang mulia."     

"Janji? Maaf nak, janjimu tidak di butuhkan di sini. Putriku membutuhkan keturunan bangsawan yang sudah jelas bibit, bebet, bobotnya."     

"Saya memang bukan bangsawan, tapi saya rasa keluarga Cohza tidaklah semiskin yang Anda kira."     

"Aku tidak mengatakan keluargamu miskin, harus aku akui keluargamu sangat terpandang dan memiliki reputasi yang bagus di kalangan petinggi negara. Tapi sekali lagi, aku hanya akan menikahkan putriku dengan lelaki yang berdarah bangsawan."     

"Ayah." Stevanie baru akan bicara saat dengan cepat ayahnya mengangkat tanggannya tanda dia harus diam, Stevanie menunduk seketika.     

"Ayah percaya padamu, jadi jangan kecewakan ayah, laki-laki ini tidak pantas untukmu."     

"Yang mulia maaf, tolong di pertimbangkan lagi. Kami benar-benar saling mencintai."     

"Mundurlah nak, Stevanie sudah memiliki calonnya sendiri."     

"Apa?!" Stevanie memekik terkejut.     

"Tapi Ayah ...."     

"Stevanie!" Raja memandang Stevanie tajam sehingga dia langsung bungkam seketka.     

"Seharusnya kau sadar diri, aku masih belum mengusirmu dari kerajaanku. Karena hubungan baik yang pernah aku jalin dengan ayahmu, jadi jangan merusak itu dengan sifat keras kepalamu itu."     

"Anda boleh mengusirku, boleh menghinaku. Tapi saya benar-benar mencintai putri Anda, jadi saya akan tetap dengan pendirian saya dan saya akan bertekad mendapatkan putri Anda."     

"JAGA BICARAMU ANAK MUDA, jangan berbicara melebihi batasanmu. Dan pergilah sebelum aku marah."     

"Mafkan hamba jika membuat Anda tidak nyaman, tapi saya harap di pikirkan lagi."     

"Kau benar-benar menguras kesabaranku. PENGAWAL!"     

"Hamba yang mulia," ucap 2 orang pengawal yang langsung mendatangi Raja.     

"Bawa orang ini ke penjara, biar otak gilanya kembali waras,"     

"Ayah ...."     

"STEVANIE, kembali ke kamarmu. Jangan membuat ayah semakin marah."     

"Aku akan menurut ayah, tapi aku mohon lepaskan Petter."     

Raja memandang Stevanie dengan kesal.     

"Anda boleh melakukan apapun pada saya tapi jangan bentak Stevanie, Anda membuatnya takut." Kata-kata Petter menambah amarah sang Raja.     

"Kau ... PENGAWAl, hajar orang ini agar tidak lancang lagi,"     

"Ayah, jangan." Stevanie berusaha mendekat Petter dan langsung di cekal oleh ayahnya.     

"Apa yang kalian tunggu cepat lakukan," perintah sang Raja pada dua pengawalnya.     

Bugh ... bugh ... bugh ....     

Pengawal menghajar Petter yang sama sekali tdak ada niat melawan, tapi setap mendapat pukulan Petter menyebut nama Stevanie dengan lantang. Tentu saja hal itu sangat membuat Raja semakin murka. Stevanie menangis sambil berlutut di kaki ayahnya agar menghentikan pukulan terhadap Petter, tapi sang Raja sudah tidak perduli, hingga akhirnya Petter pingsan dalam keadaan babak belur.     

"Bawa ke penjara paling ketat, jika lukanya sudah sembuh, kembalikan dia ke negara asalnya."     

"Dan kau Stevanie, ayah sangat kecewa karena kau bisa di tpu mentah-mentah oleh pemuda itu, kemana perginya otak jeniusmu? Bagaimana mungkin kau bisa berpikir akan menikahi seorang bodyguard yang bahkan levelnya tidak lebih tnggi dari seorang pelayan?"     

"Tapi ayah ...."     

"Diam, kembali ke kamar mu dan mulai hari ini kau di larang keluar dari istana,"     

Stevanie menangis dengan pilu dan hanya bisa pasrah saat pengawal menariknya pergi kembali ke dalam kamarnya.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.