One Night Accident

NEW BODYGUARD 7



NEW BODYGUARD 7

0Enjoy Reading.     
0

***     

Petter tidak mau repot-repot memberitahukan kedatangannya pada Raja Cavendish. Tanpa sepengetahuan siapapun, dia langsung menyusup masuk ke dalam kamar wanita yang di cintainya.     

Dan dia langsung terpaku. Bukan karena Raja Cavendish yang ada di sana, tapi keadaan Stevanie yang sangat menyedihkan. Wajahnya pucat, ada selang infus yang menancap di lengannya, dan yang membuatnya langsung mengerti apa yang terjadi adalah, perban putih yang menutupi pergelangan tangannya.     

Raja berdiri dengan tenang.     

"Baguslah kau sudah datang, karena aku tidak tahu sampai kapan dia akan bertahan." Raja menepuk bahu Petter dan meninggalkan mereka berdua di dalam kamar.     

Petter langsung duduk di sebelah Stevanie yang masih betah memejamkan matanya, tubuhnya terlihat kurus dan kesedihan terlihat jelas di wajahnya.     

"Hay honey,I'me back, please wake up." Petter merengkuh jari jemari Stevanie. Menggenggamnya dan menciumnya berkali-kali.     

Petter memang menghipnots Stevanie agar tidak bisa melupakannya dan terus mencintainya. Tapi Petter tidak bermaksud membuat Stevanie sepert ini, dia ingin Stevanie melawan ayahnya. Bukannya menyerah dan malah bunuh diri.     

Petter terus menemani Stevanie hingga berjam-jam kemudian, rasa takut menjalari tubuhnya. Bagaimana jika Stevanie sudah menyerah? Tidak, dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.     

Petter kembali memanggil Stevanie dan sedikit mengguncang tubuhnya agar dia segera bangun, dan sepertinya kali ini dia berhasil karena mata itu kini perlahan mengerjap terbuka.     

"Hay honey."     

Stevanie melihat ke arah Petter dan tersenyum. "Bahkan bayanganmu seperti nyata, hiks ... kenapa kau tinggalkan aku? Aku ingin bersamamu, atau aku akan mati dengan merana hiks ...."     

Petter langsung panik mendengar Perkataan Stevanie, apalagi Stevanie mengucapkannya dengan wajah putus asa dan berlinang air mata. Dengan cepat Petter merengkuh tubuh Stevanie ke dalam pelukannya dan menciumi rambutnya sayang.     

"Ini aku honey, aku di sini, aku tidak akan meninggalkanmu lagi, aku janji itu."     

"Kau meninggalkanku, aku menderita, aku kesepian, aku mencintaimu Petter, jangan pergi dariku."     

"Maafkan aku honey, maafkan aku, aku janji tdak akan meninggalkanmu lagi, aku janji akan selalu disisimu." Petter terus menciumi Stevanie sayang.     

Stevanie membeku dan memandang Petter lekat. "Ini benar-benar diri mu? kau nyata? Ini bukan khayalan?" isak Stevanie semakin keras.     

"Iya honey, ini aku. Aku nyata dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi, aku bersumpah demi apa pun."     

Stevanie memeluk Petter erat.     

"Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu sangat mencintaimu." Stevanie menciumi seluruh wajah Petter dengan bahagia.     

"Aku juga sangat mencintaimu honey, lebih dari apa pun," bisik Petter sebelum mencium bibir Stevanie dengan dalam.     

8 bulan kemudian.     

"Lepaskan aku, apa yang kau lakukan?" Petter terus memberontak saat kedua tangan dan kakinya di borgol oleh pengawal Raja Cavendish.     

"Pengawal tutup mulutnya," perintah Raja.     

"Emmmpppp empppp." Petter terus memberontak saat mulutnya kini di lakban.     

Paul dan Pauline memandang adiknya dengan prihatin.     

"Maaf atas ketdaknyamanannya, tapi dia terlalu berisik menghadapi ini, aku tidak mau dia malah mengganggu proses kelahiran bayinya," ucap Raja kepada kedua kakak Petter.     

Paul dan Pauline hanya mengangguk sambil tersenyum geli. Petter memang lepas kendali saat tahu istrinya akan melahirkan. Bahkan dia jadi sepert monster yang mengamuk ketika tahu salah satu anaknya malah sungsang sehingga mau tidak mau Stevanie harus di operasi.     

"Kenapa tidak di bius saja? Biar lebih nyaman?" tanya Pauline membuat Petter melotot seketka.     

"Awalnya begitu, tapi dokter yang mendekatnya berakhir babak belur saat akan melakukannya,"     

"Sudahlah, lagi pula dia udah anteng sekarang," ucap Paul melihat Petter yang kini sudah terlihat kelelahan untuk membrontak.     

Beberapa jam kemudian.     

"Selamat yang mulia, cucu anda sudah lahir dengan sehat dan tampan," kata dokter yang membantu proses oprasi kelahiran penerus kerajaan Cavendish.     

"Mpppptttt mpttttt." Mendengar ucapan Dokter Petter langsung memberontak berusaha melepaskan borgol di tangannya. Tapi sayang tidak ada yang menghiraukannya.     

"Apa aku sudah bisa bertemu dengan putri dan cucu ku?"     

"Tentu yang mulia, tuan putri berada di ruang perawatan sedang para pangeran masih dibersihkan dan akan segera berada di dekat sang ibu."     

Raja langsung menuju ruangan yang di sebutkan dan meninggalkan Petter serta kedua kakaknya begitu saja.     

"Mpttt ptsssss."     

"Sebaiknya kita lepaskan dia sebelum tmbul kerusuhan," ucap Pauline setelah keluar dari ruang perawatan Stevanie dan membiarkan satu jam lamannya Petter tersiksa karena mengetahui anaknya sudah lahir tapi belum bisa menemuinya. Dan tentu saja perintah itu langsung di lakukan oleh Paul.     

"Kalian brengsek, kenapa membiarkan aku di borgol hingga selama itu?"     

"Karena melihatmu tersiksa ternyata sangat menyenangkan dik," ucap Paul menyeringai.     

"Sialan," ucap Petter dan langsung melesat mencari ruangan Stevanie.     

"Honeyyyy, my chikennnn."     

Stevanie langsung memutar bola matanya jengah, suaminya masih saja memanggilnya chiken. Tidak tahu kah dia itu panggilan paling tidak romants yang dia dapatkan. Memang kenapa kalau dia tidak suka sama ayam hidup, tapi tergila-gila dengan ayam yang sudah di masak. Itukan karena efek kehamilan.     

"Apa masih sakit? Apa kau memerlukan sesuatu? Apa yang harus aku lakukan? Aku panik sekali melihat mu kesakitan. Aku tidak tahu harus apa. Aku benar-benar merasa bodoh karena hanya bisa melihat tanpa membantu sama sekali. Aku tidak tahan melihatmu sepert itu. Aku benar-benar---,"     

"Petter please aku hanya melahirkan, bukan sekarat."     

"Tapi kau tadi sepert orang sekarat, eh ... maksud ku."     

"Aku tahu apa maksudmu. Jadi bisa kah sekarang kau diam dan duduk di samping ku? Aku baru menjalani operasi, setdaknya aku butuh pelukan."     

Petter tidak menunggu dua kali sebelum di minta lagi. Dia langsung berbaring miring dan mengusap kepala istrinya sayang. Tidak berani memeluknya karena khawatr akan melukai bekas jahitannya.     

"Permisi, sudah waktunya pangeran berkenalan dengan ayah dan ibunya," ucap perawat yang masuk dan mendorong sebuah box bayi diikut perawat lain yang mendorong box satunya.     

Petter langsung bangun dan melihat kedua anak kembarnya. "Mereka sangat mirip," ujar Petter menggendong salah satu di antara mereka tanpa rasa canggung sama sekali. Para perawat langsung keluar, memberikan waktu untuk kedua orangtua baru itu menyesuaikan diri.     

"Tentu saja mirip, mereka kembar identik sayang," ucap Stevanie tersenyum bahagia.     

"Tapi yang ini warna matanya lebih biru dari yang satunya," ucap Petter membedakan kedua anaknya.     

"Kemarikan. Dan bantu aku menyususi mereka" ucap Stevanie meminta bayinya.     

"Nanti saja dulu, toh mereka masih anteng. Aku masih ingin menggendongnya,"     

"Kau bisa menggendong satu dan berikan satunya pada ku."     

Benar juga, batin Petter. Dengan lembut dia menyerahkan bayi yang di gendongnya ke samping Stevanie dan membantunya melepaskan kancing bajunya agar bisa menyusui dengan mudah, lalu dia mengambil bayi satunya dan memandangnya lekat.     

"Jadi siapa namanya?" tanya Stevanie memandang suaminya yang sepertnya terharu dengan keberadaan anak kembarnya.     

"Jhonathan," jeda beberapa saat sebelum Petter melanjutkan ucapannya, "Yang sedang aku gendong namanya Jhonathan Cohza Cavendish."     

"Sedang yang bersama mu namanya Daniel Cohza Cavendish."     

"Nama yang bagus, aku suka. Tapi kenapa namanya berbeda sekali? Biasanya anak kembar di beri nama yang mirip juga, mungkin Jhonathan dengan Josep?"     

"Aku hanya merasa mereka akan memiliki sifat yang sangat berbeda, jadi lebih bagus jika namanya juga jangan di buat mirip. Sudah tidak mainstream lagi."     

"Jadi, Daniel dan Jhonathan ya?"     

"Iya, aku yakin jika besar nanti. Daniel akan menjadi seorang Cohza yang kuat dan mampu melindungi semua orang terdekatnya. Dan Jhonathan akan menjadi seorang Cavendish yang penyayang dan penuh cinta."     

Itulah pengharapan Petter dan Stevanie.     

Tapi manusia hanya bisa berencana sedang takdir tuhanlah yang menentukan. Siapa yang tahu semua malah berputar balik melenceng dari semua yang sudah di susun dengan baik.     

***     

TAMAT     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.