One Night Accident

BONEKA 3



BONEKA 3

0Ejnoy Reading.     
0

***     

Setelah kejadian Lin mey terkunci di bagasi Paul yang katanya akan segera mengajaknya melihat anak Pete dan Xia nyatanya sudah sebulan dan mereka belum jadi ke indonesia karena Paul yang tiba-tiba sibuk sendiri.     

"Lin lin, ah ... di sana rupanya." Paul menghampiri Lin mey yang sedang berada di balkon.     

"Ada apa kakak?"     

"Sini aku punya sesuatu untukmu." Paul mengajak Lin mey masuk ke lift dan menuju garasi pribadinya.     

"Lihat keren kan?" kata Paul menunjuk mobilnya.     

Lin mey tersenyum kecut, perasaan mobilnya masih sama deh, eggak ada yang berubah, bahkan warnanya juga sama. Paul yang melihat pandangan bingung Lin mey akhirnya ikut memperhatikan mobilnya juga.     

Plakk     

Paul mengeplak jidatnya sendiri karena lupa membuka bagasi mobilnya.     

"Tara ... keren kan," ucap Paul memamerkan bagasi mobil yang dia modif, Lin mey hanya berkedip kedip karena merasa aneh.     

"Ini pengatur suhu bagasi, mau panas mau dingin bisa, ini oksigen cadangan, ini Tv dan bisa untuk games juga, ini tombol jika kamu lapar dan ingin cemilan," ucap Paul menunjukkan berbagai tombol di bagasi mobil pada Lin mey.     

Well sepertinya Paul bukan hanya pelupa tapi kurang kerjaan. Untuk apa mendisign bagasi semewah itu? Batin Lin mey meringis sendiri.     

"Kamu kan suka sekali masuk bagasi, jadi aku buatkan bagasi yang nyaman biar kamu nggak pingsan kayak sebulan yang lalu," ucap Paul tanpa merasa bersalah.     

Lin mey ingin berteriak frustasi. dia tidak suka masuk bagasi tapi Paul yang memasukkannya ke bagasi.     

Sabar Lin mey Sabarrrr, Susah nih kalau berurusan dengan orang yang sudah tua.     

Efek umur jadi pelupa.     

Tetapi pelupanya kok ngeselin ya?     

"Kamu mau coba?" tanya Paul menunjuk bagasinya.     

"Tidak usah kakak, mungkin lain kali," ucap Lin mey tidak tertarik sama sekali.     

"Ah ... tidak usah malu-malu," dan tanpa persetujuan Lin mey, Paul langsung mendorongnya masuk bagasi dan menutupnya.     

Dan terjadi lagi.     

Kisah lama yang terulang kembali.     

Kau terluka lagi.     

Dari bagasi rumit yang kamu jalani.     

Paul ingin kau merasa.     

Kamu mengerti aku mengerti kamu.     

Paul ingin kau sadari.     

Paul lebih baik dari bagasi.     

Dengar laraku.     

Suara hati ini memamnggil namamu.     

Karna separuh bagasi.     

Milikmu.     

***     

Lima jam kemudian.     

Lin mey merasa tubuhnya sudah mati rasa. Bagasi itu memang diberi pendingin dan perangkat lain yang memungkinkan agar dia tetap bisa hidup di dalamnya.     

Tapi sepertinya Paul melupakan satu hal, yang namanya bagasi tetaplah sempit tentu saja tubuh Lin mey sudah mati rasa sekarang dan jika Paul tidak segera mengeluarkannya dari sini, Lin mey yakin dia akan tetap mati. Bukan karena sesak nafas atau kelaparan tapi karena tubuhnya yang sudah kaku tidak bisa di gerakkan.     

Di tempat lain.     

Paul mencari Lin lin di semua ruangan tapi entah ke mana perginya wanita itu.     

Padahal Paul ingin mengajaknya makan malam di pantai, kan asik dingin-dingin minum anggur di temani wanita cantik dan menawan.     

Tetapi ... di mana dia?     

Paul kesal jika apa yang dia rencanakan berantakan. sSebaiknya dia mengambil perlengkapannya dulu siapa tau nanti Lin mey muncul saat semua sudah siap, batin Paul.     

Paul membawa beberapa barang dan langsung menuju mobil. Saat dia membuka bagasi.     

"Astaga ... apa yang kamu lakukan di sana?" tanya Paul terkejut saat melihat Lin mey meringkuk pucat di dalam bagasinya.     

Lin mey memandang Paul tidak percaya. Dia sendiri yang memasukkan Lin mey ke bagasi mobil untuk menyuruhnya mencoba bagasi canggihnya dan menutupnya tanpa Lin mey bisa keluar dari sana.     

Jangan bilang dia lupa lagi?     

"Kakak ... aku ..."     

"Sudahlah ... ayo aku bantu keluar."     

"Aku tau kamu suka dengan bagasi tapi jangan lama-lama di dalam sana, aku memang membuat bagasi itu jadi keren, tapi bukan berarti kamu bisa keseringan masuk, lihatlah kamu sekarang kesemutan kan,"ucap Paul dengan sanati sama sekali tidak merasa bersalah.     

"Tapi ... kak ...."     

"Hust ... sudah besok kamarmu aku design jadi seperti bagasi deh, biar kamu suka, tapi ingat jangan lagi masuk bagasi mobil lama-lama ya nanti aku susah nyariinnya." Paul masih santai seperti di pantai.     

"Kak ...." Lin mey ingin menangis rasanya.     

"Hey sudah aku bilang tidak apa-apa, tidak usah takut aku tidak marah untuk kali ini, yang penting jangan di ulangi lagi ya ... ingat sebagus-bagusnya bagasi, tetap saja itu bukan tempat bagus untuk menghabiskan sebagian besar harimu di sana." paul mengira Lin mey mennagis karena takut dimarahi olehnya.     

Lin mey ingin berteriak.     

Aku tidak mau masuk bagasi lagi.     

Aku enggak akan mendekati bagasi lagi.     

AKU BENCI BAGASI.     

AKU BENCI BAGASI.     

Tetapi apakah dia akan di dengarkan? Tidak. Jadi bolehkan sekarang dia bunuh diri saja?     

***     

Dua bulan kemudian     

"Kakak ...." Xia memeluk Lin mey dengan wajah bahagia.     

Lin mey tersenyum canggung, apalagi ada Pete di sebelah adiknya yang menatapnya dengan wajah datar. Percayalah Lin mey masih merinding jika melihat Pete sampai sekarang.     

"Maaf ya lama, kak Paul sedang banyak kerjaan,"kata Lin mey beralasan.     

"Di mana ponakanku?" tanya Paul langsung masuk ke dalam.     

Pete mengikutinya dia langsung mengambil Alxi di sofa dan menggendongnya.     

"Hay boys ... ini uncle." Paul mengelus elus pipi Alxi yang mengeliat protes karena tidak suka.     

"Dia mirip kamu ya, tapi kulitnya sepertinya turunan dari Xia," ucap Paul memperhatikan Alxi yang kini bergerak gelisah dan benar saja tidak lama kemudian Alxi menangis kencang.     

"Sini om pasti Alxi haus," ucap Xia dan langsung membawa Alxi menuju kamarnya.     

"Biar aku yang gendong," tawar Lin mey.     

"Tidak usah kak, dia itu ngamuk kalau lagi haus, yang penting sekarang kakak di sini saja aku sudah seneng, ayo masuk ke kamar." Xia mengajak Lin mey masuk ke kamarnya dan meninggalkan Pete dan Paul yang sepertinya ingin mengobrol di teras saja.     

***     

"Siapa nama lengkap anakmu?"     

"Alxi Alberald Cohza, ganteng kan?"     

Lin mey memandang bayi yang berusia 3 bulan itu, dia terlihat manis dan tampan. Lin mey jadi teringat Anton, laki-laki yang dia cintai. yang ingin menjadikan Xia simpanan hanya demi sebuah keturunan.     

Lin mey baru menyadari kalau apa yang dia lakukan dulu salah tapi penyesalan selalu datang terlambat bukan? Entah bagaimana kabar Anton sekarang? Apa dia baik-baik saja? Atau malah sudah meregang nyawa?     

Pasti Pete melakukan hal yang sangat kejam padanya, lihatlah dia yang wanita saja di siksa seperti itu, bagaimana dengan Anton? Atau jangan-jangan dia sudah meninggal, bisa saja kan dia depresi dan bunuh diri karena keluarganya bangkrut dan video gay nya bertebaran di seluruh indonesia. Tidak mungkin Pete membiarkan Anton mati begitu mudahnya, pasti dia menyiksanya tanpa ampun.     

Membayangkan semua itu Lin mey langsung merasa sedih, kenapa dia harus jatuh cinta pada Anton? kenapa hidup begitu tidak adil. Xia yang hanya gadis biasa menikah dengan lelaki yang begitu mencintai dan memujanya. Sedang Lin mey memiliki semua yang di inginkan wanita, kecantikan dan karier yang mumpuni tapi dia malah berakhir dengan Paul dan hanya sebagai boneka pengganti Pauline. Sangat miris.     

"Kenapa kamu tidak memindahkan Alxi ke kamarnya sendiri saja? sepertinya dia tidur dengan lelap"     

"Untuk apa di pindahkan? Dia kan memang tidur di sini setiap siang hari dan tidur di sofa saat malam hari," kata Xia sambil tersenyum lebar.     

"Whatt? tidur di sofa????? maksudmu kamu membiarkan anak bayimu tidur di sofa sepanjang malam?"     

Xia mengangguk polos.     

"Kata Om ... tidak apa-apa asal di selimuti.     

"Omg ...." Lin mey serasa ingin menendang adiknya sekarang.     

Polos boleh tapi ... bego jangan di borong sendiri napa. Bayi dibiarkan tidur di sofa sepanjang malam sendirian? Asragaaaa.     

"Tunggu di sini, jangan ke mana-mana," kata Lin mey pada Xia dan langsung keluar mencari Paul. jika dia yang bicara pasti tidak akan di dengarkan sedang Paul pasti akan langsung mengerti.     

"Ada apa?" tanya Paul yang melihat Lin mey menghampirinya dengan wajah seperti menahan ingin meledak.     

"Aku ingin mengusulkan sesuatu," kata Lin mey tidak berani melirik Pete. Sebenarnya ini bukan urusannya, tapi melihat bayi ganteng dan seiimut itu di rawat oleh dua orang bloon terasa salah baginya.     

Paul dan Pete memandang Lin mey bertanda mendengarkan.     

"Aku tidak bermaksud mencampuri kehidupan Pete dan Xia, hanya saja aku rasa bayi mereka membutuhkan kamar dan seorang pengasuh."     

"Maksudmu?"     

"Apa kakak tega membiarkan keponakanmu tidur di sofa terus?"     

"Di sofa?" tanya Paul belum faham.     

"Alxi keponakamu, anak Pete dan Xia selama ini selalu tidur di sofa, bagaimana kalau ada nyamuk? Bagaimana kalau dia jatuh? Tidak ada yang tau karena Pete dan Xia tidur di kamar iya kan?"     

Paul memandang Pete bertanya.     

"Memang kenapa kalau Alxi tidur di sofa? Aku tidak mungkin membawanya ke kamar di malam hari kan? Kalau aku bawa bagaimana kita bisa bergerak bebas saat ada bayi di sebelah kami."     

Plakkkk     

Paul menggeplak kepala Pete dengan keras.     

"Otakmu di mana? Apa tidak bisa membelikan dia ranjang kecil atau box bayi? Atau buatkan dia kamar sendiri?"     

"Kami tidak pernah berpikir sampai ke sana?" kata Pete tidak terpengaruh sama sekali dengan Paul yang terlihat kesal.     

"Kalian kan memang tidak pernah berpikir," ucap Paul merasa amazing dengan tingkah adiknya, sepertinya Pete tertular ke oonan Xia.     

Walau Paul mengakui heran juga bayi mereka masih hidup sampai saat ini, mengingat yang merawatnya adalah dua orang yang sama-sama goblok.     

"Lin lin ambil bayi mereka, untuk sementara kita bawa saja."     

"Baik kakak," Lin mey langsung masuk ke dalam dan mengambil Alxi.     

"Kakak kenapa Alxi di bawa?"     

"Kami akan mengajaknya jalan-jalan sebentar," kata Lin mey membawa Alxi ke hadapan Paul.     

"Trima kasih," kata Pete dengan wajah senang.     

"Hati-hati ya kakak, cepat pulang." Xia melambaikan tangannya dengan semangat.     

Paul melongo sedang Lin mey berkedip kedip tidak percaya. Ada ya bapak sama emak yang seneng banget anaknya di bawa orang lain.     

Untuk ini sepertinya Lin mey setuju dengan Anton. Xia hanya boleh melahirkan tapi sepertinya memang dia yang harus merawat anaknya. Kalau tidak keponakannya akan musnah sebelum menginjak bangku TK.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.