One Night Accident

IMPOTEN 1



IMPOTEN 1

0Maaf ya aku belum sempat bikin story Pauline. Jadi sebgai kompensasi aku masukin story babang Jovan di sini.     
0

Enjoy Reading.     

***     

Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Jovan berada di tengah suara musik yang berdentum-dentum dengan keras, bersama lautan minuman keras yang bertaburan dan wanita cantik, sexy yang mengelilinginya.     

Seperti biasa pula saudara kembarnya Javier hanya duduk di pojokan sendirian.     

Jovan sudah setengah mabuk, tapi masih sangat sadar dan bisa memperhatikan sedang apa Javier sekarang.     

Semua orang di Club sudah hafal dengan tingkah duo J, di mana Jovan yang selalu di tempel para wanita, sedang Javier yang tidak mau didekati apalagi disentuh oleh wanita.     

Javier bukan gay, tapi dia juga bukan laki-laki yang suka melakukan kencan semalam seperti Jovan, bisa dibilang Javier itu hanya menemani kembarannya bersenang-senang tanpa mengikuti kebiasaan Jovan mengoleksi wanita di ranjang.     

Jovan itu ganteng, kaya, dan pinter ngegombal, ditambah lagi darah biru alias statusnya sebagai pangeran Cavendish sangat dia banggakan. Dengan modal itulah Ia mendekati dan menerima semua wanita yang mau berkencan dengan dirinya.     

Bagi Jovan, hidup itu cuma sekali, sayang kalau dilewati hanya dengan satu wanita. Mending bersenang-senang selagi bisa.     

Sebelum rantai pernikahan menjeratnya, sebelum segala aturan mengekangnya dan sebelum topeng kesopanan melingkupi wajahnya.     

Jovan akan menikmati kebebasan sepuasnya.     

Dari kecil Jovan sudah tahu. Ia akan menikah dengan putri inggris, semua sudah di atur, semua sudah direncanakan dan semua sudah disetujui.     

Sebenarnya Ia punya pilihan menolak tapi Ia tidak mau menolaknya. Karena jika ia menolak, maka Javier atau Ashoka yang akan menggantikannya.     

Ashoka masih terlalu muda untuk dijodohkan. Dan dilihat dari segi manapun Ashoka lebih cocok jadi putra mahkota Cavendish yang menggantikan Dadynya kelak.     

Sedang Javier. Hubungan Javier dengan kedua orang tuanya sudah memburuk sejak kepergian Jean alias Jessica. Javier menganggap Jean pergi karena kesalahan orang tuanya yang ingin memisahkan mereka. Di mana Jean akan tinggal di Cavendish, sedang duo J dipisahkan di indonesia.     

Jean kabur dan akhirnya menghilang lalu dinyatakan meninggal. Hal yang menghancurkan Javier hingga murung sampai sekarang.     

Jovan tidak mau Javier semakin membenci kedua orang tuanya dan menimbulkan perseteruan hanya gara-gara perjodohan absurd ini. Jadi, biarkan saja Javier dengan dunianya. Yang penting dia tetap menghormati orang tuanya. Dan biarkan Jovan menanggung semuanya. Setidaknya sekarang ia masih bisa menikmati kebebasannnya dengan semua wanita yang selalu berganti setiap hari.     

Yeahhh, bagi Jovan, berganti wanita itu seperti berganti kang ojol.     

Di bayar jika bisa membuatnya sampai tujuan.     

Diberikan bonus jika memberi pelayanan yang memuaskan.     

Di-Cancel jika tidak di inginkan.     

Mudah bukan.     

***     

"Pulang, kamu sudah mabuk." Jovan menoleh melihat Javier yang merangkul dan menarik dirinya dengan tubuh mulai sempoyongan.     

"Kamu juga mabuk." Jovan menunjuk Javier.     

"Tapi aku masih sanggup menyetir."     

"Bagus, kalau begitu bisa antar kami ke hotel?" tanya Jovan sambil menaik turunkan alisnya dan mengeratkan tangannya di pinggul wanita di samping kanan dan kirinya.     

"Kamu berjanji malam ini tidak akan membawa satu wanita pun."     

"Yeahhh, tidak ada satu wanita, tapi aku membawa dua wanita, aku tidak bohong kan," ucap Jovan tanpa merasa bersalah.     

Seharusnya Javier tahu, saudaranya itu tidak mungkin menepati janji.     

"Javierrr, mendingan gabung sama kita, ini masih terlalu sore untuk pulang." rayu salah satu wanita yang bergelendot di lengan kanan Jovan sambil menggesekkan dadanya yang hampir tumpah di lengan dan dada Jovan.     

"Atau kamu bisa sama aku saja, biarkan Jovan dengannya." tambah seorang wanita yang berada di samping kiri Jovan.     

"Minggir." Javier berusaha menyingkirkan wanita yang menempel di tubuh Jovan.     

"Jav, sebentar lagi ya, aku belum mabuk, suer deh." Jovan mengangkat kedua jarinya tanda bersumpah.     

"Lihat, mereka sangat cantik dan sayang banget kalau dibiarkan begitu saja." Jovan memeluk dan mencium bergantian masing-masing wanita yang ada di sebelahnya.     

"Bagaimana kalau kita ke tempat yang lebih private sesuai usulmu tadi, aku sudah tidak sabar membuatmu senang," rayu wanita yang lehernya masih di ciumin oleh Jovan.     

"Yeahhh, sepertinya kita memang membutuhkannya babe." Jovan melumat bibir wanita itu dengan ganas.     

Javier menghela nafasnya, tahu pasti apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Seperti biasa, akhirnya Javier mengantar dan mengikuti Jovan hingga sampai di depan pintu kamar hotel bersama dua wanita yang dari tadi sibuk digerayangi dan dicumbui Jovan sepanjang jalan.     

Javier hanya memastikan saudaranya sampai dengan selamat. Mana tega dia meninggalkan Jovan sendirian dalam keadaan mabuk, walau dia juga mabuk tapi tidak pernah sampai benar-benar kehilangan kesadaran.     

"Jav, dari pada cuma lihatin mendingan sini gabung, kamu bisa ambil satu, atau mungkin kita bisa threesome, kalau kamu suka yang begitu." Ajak Jovan seperti biasa.     

Javier hanya diam sambil melihat kelakuan kembarannya yang makin hari makin gila dan mesum itu.     

Javier berbalik pergi meninggalkan Jovan yang akhirnya masuk ke dalam kamar hotel dengan dua wanita yang Javier yakin akan segara di babat habis olehnya.     

Javier melihat jam. Baru pukul satu dini hari, berarti dia baru bisa menjemput Jovan jam 10 nanti.     

Berasa sopir dia, yang setiap pagi harus jemput Jovan yang habis naena entah di hotel entah di apartemen atau rumah pacar atau hanya teman satu malamnya.     

Tapi lebih baik begitu dari pada Jovan membawa wanita-wanita itu ke Apartemen mereka.     

Javier tidak suka mendengar Jovan dan perempuan-perempuan one night stand nya mendesah di apartemen sedang dia berada tepat di sebelah kamarnya.     

Sialan.     

Bisa ngomel lagi itu Uncle Marco kalau tahu mereka tidak ada nogol di rumah sakit miliknya besok. Setatus duo J kan masih koas.     

ya ... walau mereka koas paling bebas sedunia.     

Lulus ya di terima. Tidak lulus di ulang lagi tahun depan.     

Walau otak mereka cerdas tapi kalau banyakan bolosnya dari pada masuknya. Ya ... jangan heran kalau Junior malah sudah mulai mengambil kelas spesialisnya sedang mereka koas tidak lulus-lulus.     

Prinsip duo J.     

"Semua akan lulus pada waktunya."     

Mereka Sepakat dan sepaket.     

***     

Jovan bangun saat mendengar suara ponselnya berbunyi.     

Javier.     

"Naik saja, kamu bawa aspirin kan? kepalaku pusing." Jovan mendengar desahan kesal Javier di seberang sana sebelum mematikan panggilannya.     

Jovan melihat ke samping. Di mana dua wanita yang menemaninya masih tergeletak kelelahan setelah dia gempur semalaman. Jovan kadang heran semua pria Cohza kan hiper sex. Tapi, kenapa Javier bisa menahan tanpa menyentuh wanita?     

Apa Javier suka main solo di kamar mandi ya? atau diam-diam Javier punya simpanan?     

Entahlah, yang jelas Jovan selalu berusaha mengajak Javier bersenang-senang. Tapi, tidak pernah berhasil.     

Jovan masuk ke kamar mandi tanpa mempedulikan ketelanjangannya. Ia membersihkan diri dengan cepat sebelum saudaranya masuk.     

Jovan tidak pernah perduli jika Javier ikut melihat para wanita yang dia bawa masih dalam keadaan tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh mereka saat Javier datang menjemputnya.     

Jutru Jovan sengaja memperlihatkan wanita-wanita telanjang itu. Berharap melihat mereka kembarannya bisa terangsang dan high, sehingga khilap dan mau meniduri mereka.     

Siapa tahu jika Javier mau meniduri wanita-wanita itu pada akhirnya dia bisa move on dari Jean yang sudah meninggal.     

Sayangnya sampai sekarang mau secantik apa pun wanita yang Jovan bawa, Javier terlihat tidak berminat sama sekali.     

Jovan keluar dari kamar mandi tepat saat kembarannya masuk ke dalam kamar hotelnya. Javier hanya melirik sedikit dua wanita yang masih terlelap di ranjang, memberikan baju ganti untuk Jovan dan memberikan aspirin yang langsung ia telan begitu saja tanpa air.     

Javier berdecak, risih karena mencium aroma pergumulan adiknya semalam dan meringis melihat bekas kondom berceceran di mana-mana.     

"Berapa kali semalam?" tanya Javier iseng.     

"Entah, aku tidak menghitungnya, aku melakukan bergantian kadang langsung threesome jadi klimaks mereka tidak beraturan, tenang saja aku tetap yang berkuasa, mereka sudah menyerah di jam 5 pagi tadi, padahal aku masih tahan lho kalau cuma 2-3 kali lagi."     

Javier mendengus sedang Jovan tersenyum bangga.     

"Cepat, aku sudah di chat sama paman Marco, dia bilang jangan sampai kita telat lagi, atau kita akan jadi coas untuk selamanya."     

"Slow kali, tiap hari Paman Marco mah ngancemnya begitu melulu. Lagian kalau kita gagal jadi dokter, kita masih punya Save Security, jadi nggak usah sensian."     

"Trus mereka bagaimana?" tanya Javier memandang dua wanita di atas ranjang.     

"Udah biarin saja, toh semua sudah aku bayar," ucap Jovan merapikan pakaiannya.     

"Yuk berangkat." Jovan berjalan terlebih dahulu sebelum Javier.     

Javier menggeleng pasrah, kapan ya saudara kembarnya itu tobat.     

Nggak harus langsung tapi setidaknya dikurangilah nidurin wanita sembarangan, Javier lama-lama khawatir juga Jovan bakalan kena penyakit atau hamilin cewek tidak baik.     

Yang namanya kondom kan bisa bocor juga.     

Sepertinya dia harus mencari cara agar Jovan mengurangi kebiasaan buruknya itu, mungkin dengan bantuan Junior, Alxi atau percepat saja pernikahan Jovan dengan putri inggris.     

"Javierrrr, katanya minta cepetannn," teriak Jovan dari luar kamar.     

Javier kembali mendesah, sudah playboy, maunya nebeng melulu. Terus mobil dia gunanya buat apa coba kalau ke mana-mana maunya nebeng dia terus.     

Lama-lama Javier jual juga itu mobil Jovan kalau nggak digunakan.     

Pemborosan.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.