One Night Accident

IMPOTEN 5



IMPOTEN 5

0Enjoy Reading.     
0

***     

Byurrrrrr.     

"Ajingggg. Banjir-banjir. Bangsatttt siapa yang nyiramm gue woyyy." Jovan bangun dengan gelagapan saat tiba-tiba ada yang menyiram wajahnya.     

Javier berdiri di sebelah ranjangnya dengan bersedekap.     

"Shitttt, apaan sih Jav? bisa nggak bangunin biasa saja?" Jovan memandang Javier kesal.     

"Aku sudah bangunin dari tadi. Kamu nggak sadar-sadar, ya sudah aku siram saja."     

"Punya kembaran sadis banget sih. Untung nggak jantungan." Jovan mengelus dadanya seolah kaget.     

"Cepetan mandi, ini baju gantimu. Jujun sudah ke Save Securiti lagi, keburu ngamuk dia," perintah Javier agar Jovan bergegas.     

Jovan masuk ke kamar mandi dan lima menit kemudian dia sudah keluar hanya menggunakan celananya saja. Jovan menoleh ke arah ranjang.     

"Cewek aku mana?"     

"Sudah aku usir."     

"Seriusss?"     

"Hmmmm."     

"Al-hamdulillah, makasih Jav. kamu memang kembaran paling pengertian." Jovan tersenyum lebar. Senang karena tidak perlu ada drama di pagi hari karena pacarnya yang enggak mau di tinggal pergi.     

Javier mendengus. Baru kali ini ada cowok senang benget ceweknya di usir.     

"Dimi itu cantik, mulus banget. tapi pas di coblos. Desahannya nggak banget, macam kucing kejepit pintu. ngik ngik ngik. Eh ... kok malah kayak orang bengek ya? pokoknya begitulah. Bikin mood anjlok." Jovan berbicara sambil memakai baju yang tadi di bawakan Javier. Untung Javier sudah biasa jadi selalu siap sedia baju cadangan untuk adik kembarnya itu.     

"Kalau bikin mood anjlok kenapa di garap juga?" Ibarat kata sudah tahu sayur layu, kenapa masih dibeli juga. Kan aneh.     

"Terpaksa. Aku kan sudah dua menjelang tiga hari nggak nyoblos. Penuh ini sperma kalau nggak di keluarin. Lagian seharusnya kalau cuma 7 putaran aku sanggup. Tapi, terlanjur lemes dengar desahannya si Dimi. Akhirnya cukup dua putaran saja." Jovan mendesah seorah menyayangkan tenaganya yang tidak tersalurkan dengan sempurna.     

"Sudah?" tanya Javier melihat adik kembarnya yang sudah rapi.     

"Sippp, yuk berangkat. Bantuin Jujun cari belahan jiwanya lagi. Tapi, biasalah. Kamu yang nyetir." Jovan melempar kunci mobil ke Javier.     

Javier diam saja dan langsung mengikuti Jovan.     

Sudah biasa.     

***     

Duo J hanya diam, bukan diam anteng, tapi diam-diam mengikuti Junior.     

Adik sepupunya itu sedang dalam mode senggol bacok dan mereka tidak mau sampai jatuh korban di sekitarnya.     

Semua ini gara-gara Queen yang sudah hilang selama tiga hari.     

Astagfirllah ... baru tiga hari dan Junior sudah seperti mau nyembelih orang. Bagaimana kalau sebulan Queen belum di temukan, bisa-bisa se kota Jakarta di bom atom sama dia saking marahnya.     

Padahal dulu waktu Anggel ilang, dia tidak semengerikan ini deh.     

"Bagaimana?" tanya Junior pada anak buah ayahnya yang bertugas mencari keberadaan Queen.     

"Belum ada kabar lagi pak, nona Queen sepertinya sengaja tidak mau di temukan."     

Javier dan Jovan terus memandangi Junior yang terlihat frustasi.     

Brakkk.     

Junior menggebrak meja dan berdiri, membuat duo J terheran-heran saat tiba-tiba Junior keluar dari gedung Save Security, menaiki mobil dan menjalankan dengan cepat.     

Duo J kelimpungan mengikuti mobilnya.     

"Shittt, si Jujun mau kemana sih?" dumel Jovan melihat mobil Junior yang semakin menjauh.     

"Shitttt, shitttt." kali ini Javier yang memaki karena terhalang lampu merah hingga menyebabkan     

kehilangan jejak Junior.     

"Lihat GPS Hanphone Jujun, menuju kemana dia?" Jovan langsung melacak ponsel Junior.     

"Ke arah apartemen." mendengar itu Javier langsung tancap gas.     

Duo J yakin Junior sedang melakukan hal yang ekstrime. Karena tidak biasanya Junior bertindak aneh seperti ini. Junior adalah orang yang masuk akal dan selalu tenang terkendali. Namun, sekarang dia lagi mode patah hati dan apa saja bisa terjadi. Terutama hal-hal yang tidak diinginkan.     

Duo J nyaris berlari begitu sampai di apartemen, mereka menekan tombol lift dengan tidak sabar berharap apa pun yang dilakukan Junior tidak menyebabkan bencana alam.     

Begitu sampai ke lantai atas Jovan langsung masuk ke Apartemen Queen sedang Javier ke apartemen Junior. Apartemen mereka memang sebelahan makanya pas mereka pacaran enggak ada yang tahu karena mengira mereka cuma temenan.     

Hal yang membuat om Marco tertipu bertahun-tahun.     

"Bagaimana?" tanya Javier karena tidak mendapati Junior di apartemennya.     

"Tidak ada." Jovan juga tidak melihat Junior di apartemen Queen.     

Lalu duo J seperti mendengar suara aneh.     

"ZAHRAAAA," ucap mereka serentak dan berlari menuju apartemen Zahra. Wanita yang ingin dijodohkan Marco untuk Junior. Sayangnya Junior sudah jatuh hati sama Queen.     

"Paswordnya apa?" tanya Jovan.     

"Nggak tahu, dobrak saja." Javier males ribet lagi.     

Brakkkkkkk.     

Secara bersamaan duo J mendobrak pintu apartemen Zahra yang konyolnya ternyata tidak di kunci ganda. Otomatis Javier dan Jovan terjatuh berdebum dengan mengenaskan.     

"Anjrittttt," Javier memaki dan langsung menarik tubuh Junior yang hampir memperkosa Zahra tentu saja di bantu dengan Jovan karena Junior mengamuk minta di lepaskan.     

Mereka berdua menyeret Junior masuk ke dalam lift dan memasukkannya ke dalam mobil secara paksa.     

"Loe gila ya?" Javier membentak Junior.     

"Aku cuma memberi pelajaran," jawab Junior masih dengan wajah antengnya.     

"Kamu hampir memperkosanya, goblok." Jovan tidak habis pikir dengan Junior. Kehilangan Queen jadi kek orang enggak waras.     

"Aku masih berpakaian lengkap," bantah Junior.     

"Jovan kamu cek keadaan Zahra, ini bocah biar aku bawa pergi," ucap Javier setelah melihat Junior tenang dan tidak memberontak lagi.     

"Kenapa bukan kamu yang ngecek," protes Jovan.     

"Yang pinter nenangin cewek kan kamu, gimana sih." Javier kan enggak ada pengalaman sama wanita selain Jean.     

"Ya sudah, jangan lupa nanti jemput aku." Jovan keluar dari dalam mobil dan kembali ke apartemen Zahra.     

Zahra masih menangis di sofa dengan tubuh meringkuk gemetaran.     

"Duh, trauma ini anak orang," batin Jovan memunguti baju Zahra untuk dipakaikan lagi. Karena Zahra masih telanjang bulat, kelihatan sekali dia belum menyadari bahwa Junior sudah pergi.     

"Zahra ..." Jovan mendekati Zahra.     

Jovan sudah sering melihat wanita telanjang, jadi melihat Zahra bukan hal yang spesial baginya.     

Jovan bicara dan mendekati Zahra, tapi saat Zahra menoleh ke arahnya dia langsung dipukuli dengan brutal.     

"Lepaskan akuuuu, tolonggggg," Zahra berteriak histeris, Jovan gelagapan dan langsung memegang kedua tangan Zahra menghentikan pukulannya, dia tahu pasti pasti Zahra mengira dia adalah Junior yang akan menyakitinya.     

"Zahraaa, ini aku Jovannn, slow babe tidak ada yang akan menyakitimu." Jovan berusaha menenangkan tapi Zahra yang terlanjur ketakutan tetap bergerak-gerak panik.     

Merasa kualahan akhirnya Jovan memeluknya dan memenjarakan tubuh Zahra agar lebih tenang dan mengelus punggungnya agar tidak histeris.     

"Astagfirullahaladzimmm." Eko seperti ditabrak truk tronton saat masuk apartemen. Mendapati anaknya yang telanjang bulat dan berteriak histeris. Sedang di atas tubuhnya ada cowok yang memeluk dirinya dengan paksa.     

"Asuuuu, jangan sentuh Zahraku," Eko menarik Jovan dan langsung memukulnya membabi buta.     

***     

TBC     

BAB     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.