One Night Accident

IMPOTEN 2



IMPOTEN 2

Emjoy reading.     

***     

"Nih minum." Jovan memberikan air mineral ke hadapan Javier.     

"Thanks." Javier langsung meminumnya karena memang haus.     

Posisi mereka saat ini ada di universitas Cavendis. Mereka kan sudah lulus, sudah magang jadi Coas di rumah sakit Cavendish kenapa masih masuk kuliah. Jadi mereka bukan masuk kuliah pemirsah, tapi mereka adalah petugas kesehatan di universitas Cavendis. Kata paman Marco kesayangan mereka, itu bisa di anggap pengganti jam kerja Coas yang sering mereka lewati alias bolos.     

Javier sebagai Dokter umum sih masih mendingan, kalau ada yang meriang, pingsan dan terjatuh bisa dia tangani, karena memang bidangnya yang mengharuskan dia bisa mengatasi orang sakit apa saja.     

Lha Jovan? Dia itu kan Dokter kandungan? Emang ada yang mau melahirkan di kampus?     

Bukannya merawat dan menangani mahasiswi yang hamil, yang ada dia yang menghamili para mahasiswi.     

Kan bahaya.     

"Eh, itu si Jujun kok masih sama Zahra sih?" Jovan mengendikkan dagunya ke arah parkiran, di mana Junior terlihat masuk ke mobil bersama Zahra.     

"Itu kan perintah Paman Marco." Javier membalas santai.     

"Tapi harusnya Zahranya pengertian dongk, sudah tahu Junior itu pacarnya Queen masih ditempelin juga. Jangan-jangan dia emang mau jadi pelakor lagi."     

Duo J memang baru beberapa hari yang lalu tahu bahwa Junior adalah kekasih Queen, itu pun gara-gara mereka membuntuti Alxi yang terlihat mencurigakan.     

"Biarin sajalah, buktinya Queen dan Junior masih adem-adem saja, berarti keberadaan Zahra tidak berpengaruh, pria Cohza itu kalau sudah bertemu pujaan hatinya tidak mungkin berpaling. Apa pun yang terjadi," ucap Javier menerawang jauh.     

"Bulsit. Buktinya aku masih bisa berpling kanan, kiri. Mau wati, sari, evi, listi semua aku embat. Bahkan kalau pun nanti aku sudah menikah dengan putri inggris, aku berencana paling tidak punya 10 selir."     

Javier memandangnya tidak percaya.     

"Kenapa? Poligami itu memang paling menyenangkan. Bosan bini pertama samperin bini ke dua. Bini kedua lagi haid, ganti yang ketiga. Yang ketiga kurang ngeggigit, ganti yang ke empat, etc etc, enak kan." Jovan Menaik turunkan alisnya sambil tersenyum lebar, sudah bisa membayangkan betapa bahagianya hidupnya kelak.     

Javier hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan cita-cita Jovan yang ingin mengumpulkan Harem.     

Sudah berasa Raja Sulaiman sepertinya dia.     

"Permisi kak." Javier dan Jovan menoleh, di mana seorang gadis manis mendekati mereka.     

Jovan langsung memasang tampang memikat dan melumpuhkan.     

"Mahasiswi baru ya?" tanya Jovan, Javier hanya mengamati.     

"Iya kak," jawab mahasiswi itu malu-malu.     

"Kamu yang pingsan tadi kan?" tanya Javier masih ingat tadi pagi dia merawat seorang mahasiswi yang pingsan karena memiliki darah rendah.     

"Iya kak, saya Gisel ka, saya ke sini untuk mengucapkan trima kasih buat kak Javier yang sudah menolong saya."     

"Sama-sama," jawab Javier singkat.     

"Saya juga mau bilang kalau sudah lama saya sangat suka sama kak Javier, kak Javier mau jadi pacar saya?" tanyanya penuh harapan.     

Hening.     

Gisel jadi gugup.     

"Kalau kakak mau harap ini di terima, kalau tidak silahkan di buang saja."     

Gisel mengangsurkan sebuah kotak ke hadapan Javier sambil berdiri gelisah, Javier menghela nafas malas, Jovan malah mengamati Gisel dari atas hingga bawah.     

Lumayan, batin Jovan.     

"Maaf." satu kata dari Javier dan finish.     

Jovan mendekati Gisel yang terlihat kecewa dan malu, menarik kotak di tangannya dan membukanya. Isinya adalah coklat. Tanpa basa-basi Jovan mencomot dan memakannya begitu saja.     

"Lezat, baiklah mulai hari ini kamu jadi pacarku." putus Jovan percaya diri.     

"Tapi ... tapi ...."     

Jovan merangkul Gisel dan mengajaknya menjauhi Javier. "Apa aku jelek?" Gisel menggeleng.     

"Apa bedanya aku sama Javier? wajah kita sama, pekerjaan kita sama, jadi menjadi pacarku atau pacar Javier sama saja kan rasanya?"     

Gisel ingin membantah tapi berubah pikiran. Benar juga, tidak bisa bersama dengan Javier pacaran dengan Jovan pun tidak apa. Mereka kan kembar.     

"Dan asal kamu tahu Javier itu impoten, jadi dia tidak mungkin pacaran apalagi menikah," bisik Jovan.     

Gisel berkedip terkejut. "Sttt, jangan bilang siapa-siapa ya, aku kasih tahu kamu karena sekarang kamu pacarku, lihat kamu itu istimewa banget, sampai rahasia terbesar keluarga aku saja kamu aku kasih tahu."     

Gisel langsung merasa bangga dan bahagia.     

"Baiklah, siapa tadi namamu?"     

"Gisel kak."     

"Siniin hpmu." Jovan mengetikkan nonya di ponsel milik Gisel.     

"Gisel, ini nomor Hpku, karena kamu sekarang pacarku, jangan lupa hubungi aku kalau kuliahmu sudah selesai nanti, aku akan mengantarmu pulang, oke?" Jovan mengelus pipi Gisel dan menampilkan senyum 16 GB miliknya.     

Gisel mengangguk semangat, tidak menyangka hari ini dia bakalan jadi pacar salah satu di antara duo J.     

"Kalau begitu, Gisel ke kelas dulu ya kak, takut sebentar lagi dosennya masuk."     

"Oke babe, belajar yang rajin ya pacarku." Jovan mengacak rambut Gisel.     

Cup.     

"I love u." Jovan mengecup pipi Gisel sekilas.     

Jangan di tanya wajah Gisel langsung memerah dan jantungnya deg-degan tak karuan.     

Dengan binar bahagia Gisel kembali ke kelasnya meninggalkan Jovan yang langsung sibuk dengan ponselnya.     

Nama : Gisel.     

Status : Mahasiswi di Universitas Cavendish.     

Jadian : 20 desember.     

Kondisi : Virgin (menurut tebakan Jovan)     

Pdkt : 3 hari. Ngamar : Paling lambat 1 minggu setelah jadian.     

Perkiraan putus : 20 januari (Sebulan jadian, hitung-hitung menghormati keprawanan yang sudah diambil Jovan soalnya biasanya Jovan hanya jadian selama 1-2 minggu saja).     

Save.     

Jovan tersenyum sambil menyimpan data pacar barunya.     

Kalau tidak d simpan bahaya, kalau lupa bagaimana?     

Pacar Jovan banyak, jadwal kencan harus diatur, jadwal begituan juga harus di pastikan biar tidak bentrok.     

Jovan membuka daftar yang lain, melihat apakah hari ini ada Jadwal dengan salah satu pacarnya yang lain? Hmmm, hmmmm, jam 2 siang ada kencan dengan Eka, jam 4 joging bareng Adel dan jam 7 malam dengan Isabel sekalian menginap di villa.     

Jovan berfikir sejenak, sama Eka di pending dulu kali ya, dia kan musti nganterin Gisel pulang. Sama Adel kalau waktu masih mencukupi, bolehlah. Tapi sama Isabel batalkan saja, atau sekalin diputusin, toh Isabel sudah dia incipi 4 hari yang lalu dan tidak terlalu nikmat karena jelas sekali miliknya sudah kebanyakan di gempur vibrator ukuran jumbo, makanya depan belakang terasa kendor.     

Oke fix, Isabel di putusin. Perlancar pendekatan dengan Gisel saja biar cepat dapat perawan. Kan lumayan, seret-seret legit.     

Terakhir Jovan dapat perawan kan sekitar 4- 5 bulan yang lalu.     

Kalau si Gisel bisa dia dapatkan. Rezeki namanya.     

Javier yang melihat tingkah Jovan hanya mendengus dan memilih beranjak pergi. Lebih baik dia ke Rumah sakit Cavendish, sebelum di teror Jovan dan disuruh nganter dia kencan dengan pacar-pacarnya.     

Dia bukan sopir.     

Sesekali Jovan itu memang harus ditinggalkan, biar besok-besok bawa kendaraan sendiri. Kan Javier capek nganterin ke sana ke sini buat lihat Jovan pacaran doang.     

Jovan masih asik dengan ponselnya saat ada satu chat masuk.     

Javier.     

"Aku sudah sampai di rumah sakit Cavendish, kalau mau nyusul, ngangkot saja."     

Jovan langsung melihat ke arah bangku di mana tadi Javier duduk.     

Kosong.     

Sialan dia ditinggalkan.     

Lagi pula apaan itu, masak calon raja Inggris disuruh ngangkot, kebangetan kakaknya itu.     

Jovan berjalan menuju parkiran dan kebetulan ada seorang mahasiswi yang baru keluar dari sebuah mobil.     

"Hay," Sapa Jovan.     

Wanita itu menganga tidak percaya, dia baru saja disapa oleh salah satu dari duo J.     

"Aku boleh minta tolong nggak?" Wanita di depan Jovan hanya sanggup mengangguk semangat.     

"Aku ada pasien darurat, bisa antarkan ke Rumah sakit Cavendish sekarang?"     

Wanita itu mengangguk lagi.     

"Kamu menyelamatkan aku, terima kasih ya." Jovan langsung masuk mobil.     

"Hay, bisa antarkan sekarang?" Wanita itu gelagapan dan ikut masuk ke mobil, tentu saja dia yang menyetir.     

"Siapa namamu?" tanya Jovan.     

"Malikha."     

"Si kedelai hitam yang di rawat sepenuh hati?"     

"Bukanlah." Wanita itu cemberut.     

"Kalau aku yang rawat kamu dengan sepenuh hati, Mau?"     

"Aku bisa rawat diriku sendiri."     

"Pantesan cantik, pinter ngerawat diri ya."     

"Kalau merawat hatiku mau nggak?" rayu Jovan.     

Begitulah Jovan, sepanjang perjalanan yang dia lakukan hanyalah menancapkan rayuan pada Malikha.     

Yang tentu saja langsung masuk daftar pacar selanjutnya.     

Buat Jovan, cewek itu nggak boleh dianggurin.     

Lagi pula bukankah wanita dan pria jumlahnya banyakan Wanita.     

Jadi Jovan hanya bertindak sebagai pemeradil buat wanita-wanita.     

Kalau mereka tidak bisa mendapatkan suami setidaknya mereka sudah pernah berpacaran dengan Jovan.     

Seminggu dua Minggu kan lumayan.     

Yang penting bukan Jomblo permanen.     

Emang Javier saja yang baik, Jovan juga berbuat kebaikan lho.     

Memberantas Jomblo.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.