One Night Accident

IMPOTEN 6



IMPOTEN 6

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Astagfirullahaladzimmm." Eko seperti ditabrak truk tronton saat masuk apartemen. Mendapati anaknya yang telanjang bulat dan berteriak histeris. Sedang di atas tubuhnya ada cowok yang memeluk dirinya dengan paksa.     

"Asuuuu, jangan sentuh Zahraku," Eko menarik Jovan dan langsung memukulnya membabi buta.     

Anisa menghampiri anaknya yang masih menangis ketakutan itu, dia segera membawa Zahra ke kamar untuk menutupi tubuhnya.     

"Stoopp, Om. Stop dulu Om." Jovan berusaha menghindar dari serangan Eko. Aduh ia mau nolongin kenapa malah ia yang digebukin.     

"Berani koe mau perkosa anakku ya."     

"Bukan Om, bukan aku, Om salah faham." Jovan terus mengelak tapi tetap saja ada beberapa yang     

mengenai tubuhnya.     

Sialan Junior, dia yang enak, Jovan yang eneg.     

"Apa apaan ini?" Jovan mendesah lega saat mendengar suara Marco, unclenya pasti akan mempercayainya.     

"Iki bocah sudah berani memperkosa anakku."     

"Jovan memperkosa Zahra?" tanya Marco terkejut.     

Jovan yang agak bonyok hanya bisa meringis, ternyata pak Eko punya tenaga tawuran juga.     

"Bukan Om."     

"Bukan opo? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, anakku telanjang bulet, nangis-nangis, meronta minta di lepaskan tapi kamu malah tindihin."     

Marco menganga shokk.     

"Jovan, jelaskan." Jovan berusaha tenang.     

"Ckk, wes jelas, aku masih sehat, mataku masih waras, masih bisa melihat apa yang tadi koe lakukan pada anakku," ucap Eko berapi-api.     

"Koe nggak percaya sama aku?" tanya Eko pada Marco.     

"Percaya Eko."     

"Ommm, dengerin Jovan dulu Om."     

"Diem kamu," bentak Eko.     

"Kamu nggak yakin sama aku," tanya Eko pada Marco.     

"Anisahhh." Anisah langsung keluar dari kamar Zahra.     

"Apa yang tadi di lakuin bocah ini?"     

"Dia merkosa Zahra Marco, Zahra masih ketakutan di dalam. Pokoknya kali ini keponakanmu benar-benar keterlaluan," ucap Anisah dengan wajah sedih dan langsung kembali ke kamar menemani anaknya.     

"Astajimmm, apa lagi ini." Marco makin puyeng.     

"Om beneran Om, kalian salah paham." Jovan benar-benar merasa kesal, Junior yang bikin ulah dia yang kena imbasnya.     

"Salah paham opo, aku belum buta, pokoknya kamu musti tanggung jawab."     

"Tanggung jawab, aku nggak ngapa-ngapain Om?" protes Jovan.     

"Nggak ngapa-ngapain tapi anakku telanjang?"     

"Tapi yang nelanjangin bukan aku." Jovan tidak mau di salahkan pokoknya.     

"JOVAN DIAM," bentak Marco.     

Jovan hanya memalingkan wajahnya, lalu duduk di sofa dengan muka bonyok tapi tetap songong, iyalah ia nggak salah.     

"Baiklah, jadi kamu maunya apa?" tanya Marco pada Eko.     

"Ya dia harus tanggung jawab, nikahin Zahra."     

"WHATTTTTTTT ...???????" kayaknya kuping Jovan salah dengar.     

"Eh, gue nggak ngapa-ngapain." Bodo amatlah loe gue sama orang yang lebih tua, Jovan sudah terlanjur ikut emosi.     

Enak saja minta tanggung jawab, mending kalau si Zahra cantik, body semlohay macam Queen, mungkin bakalan Jovan pertimbangkan.     

Orang Zahra cantik juga standar, body juga standar, minta di nikahin.     

Sory ya, Jovan masih ada Putri Inggris yang menanti dirinya.     

Marco memijit pelipisnya pusing, Eko memandang Jovan seperti ingin menelannya, sedang Jovan diam cuek.     

"Ada apa?" Jovan menoleh saat mendengar suara Junior.     

"Nah, ini tersangkanya sudah nongol." tunjuk Jovan pada Junior.     

Jovan menarik nafas, dia harus tenang dan menjelaskan dengan terperinci. "Jadi gini Om, tadi yang mau perkosa Zahra itu bukan saya tapi Junior, saya sama Javier justru nolongin kalau nggak percaya Javier saksinya, iyakan?" Jovan memandang saudara kembarnya meminta dukungan.     

"Apa ini semacam persekongkolan?" tanya Junior sebelum Javier membuka mulut, semua orang memandangnya bingung. Jovan apalagi.     

"Kenapa? apa karena akun menolak perjodohan dengan Zahra, maka sekarang aku mau dijebak dan dituduh memperkosanya?" Junior menatap semuanya santai.     

Jovan langsung berdiri, ini adik sepupu kurang ajar lama-lama. "Eh, sudah jelas tadi loe yang mau perkosa Zahra, kenapa sekarang gue yang harus kena imbasnya, tanggung jawab loe." Jovan benar-benar sudah emosi.     

"Apa kamu sekarang menjadi antek mereka, sampai ikutan mau menjebakku?"     

Ini Jujun ngomong apaan sih? batin Jovan semakin tidak mengerti arah pembicaraan Junior.     

"Eh, brengsek, bukan gue tapi loe yang jebak gue," Jovan emosi dan meringsek maju bermaksud memukul Junior, tapi malah ditahan oleh Javier.     

"Bukankah apartemen ini ada CCTV, kalau memang aku melakukan itu pasti ada rekamannya kan?"     

"Ah, benar juga." Marco segera menyuruh anak buahnya mengirimkan rekaman CCTV apartemen di tempat tinggal Zahra 2 jam terakhir.     

"Gue yang lihat." Jovan merebut ponsel Marco, Jovan bakalan buktiin dia nggak bersalah.     

"Lihat bareng saja." ucap Eko mengambil laptop Zahra.     

lalu rekaman CCTV di perlihatkan, di mana keluarga pak Eko keluar bersama ke mini market, lalu Zahra pulang sendirian, dan Jovan menyusul masuk tidak lama setelahnya.     

Anehnya dalam rekaman itu tidak ada sama sekali Javier atau pun Junior.     

Hanya ada Jovan.     

Jovan menganga tidak percaya, bagaimana bisa? "Ini enggak mungkin, gue di jebak, pasti ada yang mensabotase rekaman ini."     

"Loe ...." Jovan meringsek ingin menghajar Junior lagi, kali ini dicegah oleh Marco.     

"Wes jelas, kamu yang mau perkosa anak saya, tapi enggak mau ngaku, kalau kamu enggak mau tanggung jawab enggak apa-apa, saya bisa bawa kasus ini ke pengadilan."     

"Silahkan saja aku enggak takut, aku nggak ngapa-ngapain Zahra, suruh keluar Zahranya biar dia yang ngomong." diPikir dia siapa berani ngancem pangeran Cavendish.     

"Biar aku panggil Zahra." Junior masuk ke kamar Zahra, lalu Zahra keluar bersama Anisa dengan wajah menunduk takut.     

"Zahra bilang sama semuanya, siapa yang mau perkosa kamu?" Jovan langsung bertanya, dia ingin ini segera clear. ia ada kencan dengan Anita, eh sinta atau Eka, ah bodo, pokoknya Jovan ingin segera pergi dan bertemu pacarnya entah yang keberapa.     

"Zahra, enggak usah takut, ada om Marco, ada ayah, ada ibu, katakan siapa yang mau memperkosamu tadi hmmm?" Marco menenangkan Zahra.     

"Ya ... yang tadi, Ju ..."     

"Yang jelas Zahra." ucap Junior dingin.     

Zahra langsung gemetaran. "J ... Jovan Om."     

"WHATTTTTTT????" Jovan menganga tidak percaya.     

Ini bukan april mop kan? kenapa seolah-olah mereka bersekongkol menjebaknya.     

"Nah, sudah jelas, kamu mau alasan apa lagi." Eko memandang Jovan emosi.     

"Tapi, tapi ... Javier ...." Jovan tidak percaya ini, ia memandang kembarannya meminta pertolongan, tapi Javier hanya memberinya wajah sedih.     

"Jovan slow, kita bicarakan baik-baik." Javier menenangkan.     

Bagaimana slow kalau kenyataannya ia di tuduh merkosa anak orang.     

Jovan itu laris manis, tak perlu pakai acara kosa memperkosa cewek pada ngangkang sendiri di ranjangnya.     

"Sudah enggak usah mengelak, kamu mau pakai cara kekeluargaan atau pakai cara kepolisian?" tanya Eko.     

"Aku enggak mau pokoknya, sampai kapan pun aku enggak akan menikahi Zahra. Aku nggak salah. Aku enggak ngapa - ngapain dia, sumpah demi Tuhan aku enggak ada merkosa Zahra." Jovan bodo amat, mau sampai polisi, meja hijau meja kuning atau meja biliard juga dia jabanin.     

"Berani bawa nama Tuhan kamu ya, tak sumpahin impoten kamu kalau nggak mau tanggung jawab, tak sumpahin burungmu nggak akan bisa bangun selain sama Zahra." ucap Eko emosi.     

"Silahkan, aku enggak salah, kutukan Om enggak akan mempan, dan sekali lagi aku enggak akan pernah menikahi Zahra, aku sudah punya calon istri, lebih cantik, sexy, bukan perempuan sembarangan, bukan kelas rendahan, calonku itu dari kalangan bangsawan, putri inggris tahu enggak," ucap Jovan semakin emosi.     

"Oke, dengerin baik-baik, mulai hari ini aku kutuk kamu." Eko memandang Jovan penuh dendam kesumat.     

"Kamu bakal IMPOTEN."     

JDARRRRRRRRRR.     

***     

TBC     

Jdar di sini bukan jesica iskandar ya.     

wkwkwkwkk     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.