One Night Accident

IMPOTEN 15



IMPOTEN 15

0Enjoy Reading     
0

***     

"Untukmu." Zahra tersentak kaget saat baru keluar dari rumah tiba-tiba ada bunga di depan wajahnya. Zahra mengernyit heran melihat Jovan yang pagi-pagi sudah tersenyum manis.     

"Buat aku?" tanya Zahra curiga.     

"Iyalah. Masak buat emakmu. Di pecat jadi calon mantu nanti aku."     

Zahra menerima bunga pemberian Jovan. Ada yang janggal di sini. "Kamu nikahin aku terpaksa kan? Kenapa malah beliin aku bunga? Seolah-olah kamu nggak terpaksa tapi beneran suka sama aku."     

Jovan mengendikkan bahunya. Berjalan mengiringi Zahra. "Terpaksa atau nggak, kamu kan akan jadi istri pertama eh ... maksud aku. Kamu kan bakalan jadi istri aku juga. Jadi nggak salah dong jika pertama-tama aku mulai menerima kamu dulu."     

"Kamu mau poligami?"     

"Nggaklah. Maksudnya aku sedang belajar mencintaimu. Kamu juga harus belajar cinta sama Aa ya."     

"Aa?"     

"Iya Aa. Kamu kan pakai hijab, masak manggil suaminya bebeb. Kan nggak cocok. Panggil Aa saja ya?"     

"Kita kan belum tentu menikah? Kamu yakin orang tuamu bakal kasih restu?"     

"Yakinlah. Mungkin awalnya bakalan berat tapi sebagai seli ... Maksudnya sebagai wanita yang sholikhah, aku yakin kamu pasti bisa menghadapinya. Tentu saja dengan aku di sampingmu."     

Zahra melihat Jovan yang masih tersenyum. Jovan memang tampan. Siapa sih wanita yang bisa menolaknya. Zahra saja rasanya antara percaya tidak percaya. Bahwa seorang Jovan, pangeran sekaligus incaran di kampus Cavendish. Malah melamarnya.     

Ini berkah atau cobaan ya?     

"Cieee mbak Zahra, pagi-pagi sudah pacaran." Zahra menoleh dan menyunggingkan senyum dengan terpaksa. Kenapa dari semua tetangganya malah si biang gosip yang mergoki dia tengah ngobrol dengan Jovan?     

"Mbak Marni." Zahra menyapa.     

"Mbak Marni, perkenalkan saya Jovan. Calon suami Zahra." Jovan mengulurkan tangannya dan langsung disambut Marni penuh semangat.     

"Ya ampun, ganteng banget. Sayang sudah mau menikah sama Zahra. Coba kalau belum, saya kenalkan sama adik saya Mirna. Gadis paling cantik di kampung ini."     

Zahra melengos. Mirna memang kembang desa. Kalau dibandingkan dengannya, sudah pasti Zahra kalah jauh.     

"Walau saya calon suami Zahra. Mbak tetap boleh kenalin aku sama Mirna kok. Yang namanya silaturahmi kan harus tetap di jaga."     

Zahra meremas bunga di tangannya. Dasar Playboy cap tokek kamar mandi, baru diumpanin cewek langsung nyaut.     

"Zahra, kamu nggak cemburu kan kalau aku kenalan sama Mirna?" Zahra memekik terkejut. Bukan karena ucapan Jovan tapi karena tiba-tiba pinggangnya sudah ditarik Jovan hingga menempel padanya.     

"Jovan, bukan mahram." Zahra berusaha melepaskan tangan Jovan di pinggangnya.     

"Ya ampun, calon pengantin. Mesra sekali." Kali ini bukan mbak Marni tapi bu Gina. Rumahnya yang sebelahan dengan Zahra.     

"Jadi kira-kira kapan pernikahannya?" tanya mbak Marni.     

"Secepatnya mbak, kalau bisa sih minggu-minggu ini. Soalnya Jovan dan Zahra harus segera kembali kuliah." Jovan segera menjawabnya.     

"Wahhh, jadi benar pak Eko bakalan mantu." Muncul tiga emak-emak lagi yang sepertinya habis belanja dan langsung nimbrung mengikuti obrolan mereka.     

"Do'a nya ya ibu-ibu, biar semua lancar." Zahra melihat Jovan kesal. Kenapa dari tadi dia semangat sekali mengatakan akan menikahinya. Dapat restu saja belum. Kalau berita ini disebarluaskan dan malah gagal kan keluarganya yang akan malu.     

"Eh, ibu-ibu, kenapa pada ngumpul di sini?" kali ini ibu-ibu nelayan yang akan pergi ke pantai untuk membantu suami-suami mereka menjual ikan yang didapatkan ikut penasaran. Dan bukan hanya satu atau dua melainkan ada sekitar lima belas orang yang langsung ikut bergosip. Zahra tahu kali ini dia dan keluarganya tidak bisa lari lagi.     

Jovan tersenyum dan menjawab semua pertanyaan yang tertuju padanya atau pun Zahra dengan senang dan ramah. Jovan sengaja membuat semua tetangga Zahra tahu dan akhirnya memViralkan hubungannya dengan Zahra agar menjadi tranding topic di kampung ini.     

America boleh punya bom atom yang bisa melenyapkan hirosima dan nagasaki. Rusia boleh punya bom nuklir yang bisa menghancurkan separuh makluk di muka bumi.     

Tapi Jovan lebih hebat. Karena dia memiliki mulut tetangga yang bisa meledakkan gosip dalam kedipan mata.     

Kalau sudah begini, Jovan yakin mau tidak mau pak Eko akan menikahkan dia dengan Zahra.     

Walau hanya pernikahan siri.     

***     

"Iya Paman Marco, semuanya beres. Pak Eko dan Zahra sudah maafin Jovan kok."     

"Jadi sekarang Eko tahu ya kalau dulu yang jebak kamu Junior? aku masih nggak percaya gara-gara Queen Junior bisa sekejam itu sama Zahra. Trus gimana? Zahra kuliah lagi kan?"     

"Nggak Paman! biar Jovan saja yang di kira mau perkosa Zahra. Nanti kalau bilang yang perkosa Junior Pak Eko semakin kesal sama paman. Lagian paman tenang saja nanti Zahra bakalan kuliah lagi di Universitas Cavendish. Tapi, paman Marco sementara mending jangan telpon-telpon Om Eko dulu. Katanya dia masih kecewa sama paman. Ini juga Om Eko ngizinin Zahra kuliah karena memang udah terlanjur nanggung tinggal 2 semester."     

"Iya, paman makasih sama kamu mau nanggung kesalahan Junior."     

"Paman Marco kayak sama siapa saja. Sudah dulu ya Paman. Jovan mau jalan-jalan ke pantai. Mumpung di Jogja."     

"Jangan ngerayu cewek melulu."     

"Iya Paman, bye-bye." Jovan mematikan panggilannya dan memasukkan ponselnya ke saku tepat saat Om Mico masuk ke dalam kamarnya.     

"Bagaimana? Kamu sudah hubungi bang Marco?" tanya Miko.     

"Sudah Om, tapi Jovan belum tega bilang kalau akan menikah dengan Zahra."     

Memang sesuai prediksi Jovan. Begitu tetangga Zahra mendapat gosip dia akan menikah dengan Zahra maka berita itu menyebar lebih cepat dari kecepatan quda. Dan akhirnya pak Eko kepanasan sendiri menanggapi pertanyaan-pertanyaan tetangganya.     

Dan sesuai rencana akhirnya pak Eko setuju dia menikahi Zahra.     

Hari ini.     

Tentu saja dari pihak Jovan hanya ada om Miko yang menjadi saksinya.     

"Lha trus bagaimana? Masak keluargamu nggak tahu kamu mau menikah?"     

"Mau bagaimana lagi, kalau Jovan kasih tahu sekarang pasti pernikahan Jovan akan dibatalkan, mau kasih tahu paman Marco. Jovan nggak tega kalau paman Marco ikut di marahi dady karena tingkahku. Jadi biar Jovan lakukan ini diem-diem dulu ya Om. Nanti kalau sudah di Jakarta pasti Jovan bakalan usaha meyakinkan keluarga Jovan." padahal Jovan ngumpetin pernikahan ini karena tidak mau pernikahannya dengan putri inggris dibatalkan.     

"Kasihan banget kamu, harus memilih cinta dan keluarga. Sabar ya Jovan. Kalau nanti butuh bantuan Om bilang saja ya."     

"Iya om. Tapi, om juga jangan bilang apa-apa dulu soal pernikahan Jovan pada paman Marco ya. Jovan nggak mau om Mico dimarahin karena aku, biar Jovan sendiri yang jelasin ke paman Marco juga."     

"Iya, kamu tenang saja, Om akan selalu berada di pihakmu. Sekarang siap-siap gih. Sejam lagi kamu ijab kabul lho. Jangan sampai salah ngucapinnya."     

"Iya Om, trima kasih ya." Mico mengangguk dan keluar dari kamar Jovan.     

Jovan menutup pintu dan langsung melonjak girang.     

Dia nikah sama Zahra.     

Impotennya sembuh. Dan bakal tetap nikah sama putri inggris.     

Jovan emang jenius.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.