One Night Accident

IMPOTEN 24



IMPOTEN 24

0Enjoy reading.     
0

****     

"Massss." Zahra akhirnya mengeluarkan desahannya saat salah satu tangan Jovan menyungsup ke celana dalam dan berhasil menyentuh klitorisnya.     

Zahra terngah - engah. Tanpa sadar kakinya mulai terbuka lebar saat Jovan terus mengelus dan mengusap kewanitaan Zahra hingga semakin basah.     

Jovan memeperhatikan wajah Zahra yang walau masih malu-malu dan berusaha menahan desahannya tapi ekspresinya benar-benar sexy luar biasa.     

Baru kali ini Jovan melihat ekspresi wanita saat bercinta yang terlihat sangat eksotis.     

Jovan sudah tidak tahan. Dalam satu kali sentakan, Ia merobek celana dalam Zahra dan melemparnya sembarangan. Begitu pula dengan celana dalamnya sendiri. Ia melepas dan menendangnya hingga jatuh dari atas ranjang.     

Nafas Jovan terasa memburu dan sangat bernafsu saat melihat seluruh tubuh Zahra yang telah polos. Jovan mengelus seluruh permukaan kulit Zahra yang sangat lembut dan seputih yang dia bayangkan selama ini. Lalu Jovan kembali mencium Zahra dari bibir, turun ke leher, menghisap payudaranya lalu turun ke perutnya yang masih rata lalu turun lagi hingga sampai di gua kenikmatan miliknya.     

Zahra berusaha menutup kakinya karena malu. Tapi, Jovan malah menahannya. Dengan lembut ia mengelus kewanitaan Zahra yang sedikit berbulu.     

"Massss," kepala Zahra terhempas ke belakang ketika tanpa peringatan lidah Jovan menjilat kewanitaannya.     

Zahra tidak dapat menahan lagi suara-suara yang keluar dari mulutnya. Dia bahkan tidak bisa mengendalikan tubuhnya yang mengeliat ke sana kemari akibat lidah suaminya yang terus menjilat bahkan mulai menghisap klitorisnya tanpa merasa jijik sama sekali.     

"Masss, udahhh, masss." Zahra menangis saking malunya, dia juga berusaha menahan rasa ingin pipis di miliknya yang semakin banjir itu.     

Jovan yang tahu Zahra sedang mendekatin klimaksnya semakin gencar mempermaikan kewanitaan Zahra. Bahkan jari-jarinya ikut berpartisipasi membuat Zahra semakin kelimpungan.     

"Masss, minggirrr." Zahra duduk dan berusaha mendorong kepala Jovan menjauh. Dia benar-benar sudah tidak tahan ingin pipis.     

Jovan malah menghisap klitorisnya kencang dan seketika Zahra menjerit dengan tubuh yang langsung terhempas kembali ke ranjang dan mengejang beberapa kali saat organsme meluluh lantahkan dirinya.     

Zahra terengah-engah masih bingung dengan apa yang baru saja menimpa dirinya. Apakah itu organsme? Senikmat itukah rasanya? Batin Zahra masih linglung.     

Belum sempat Zahra menormalkan detak jantungnya dia kembali melenguh saat merasakan gesekan benda tumpul di kewanitaannya yang masih sangat terasa sensitif.     

"Ini akan sakit, tapi mas janji. Sakitnya tidak akan lama." Jovan menggesek miliknya dengan milik Zahra agar semakin licin dan mudah dimasukan.     

Zahra yang masih belum mengerti hanya mengangguk tanpa tahu apa yang baru saja dia setujui.     

Jovan mencium bibir Zahra saat dalam satu hentakan kuat ia menerobos milik Zahra yang masih tersegel rapat.     

Zahra langsung melotot dan mencengkram bahu Jovan saat miliknya terasa perih dan penuh. Sedang teriakannya dibungkam oleh ciuman Jovan.     

"Sakit ya, tahan sebentar ya. Ini baru setengah." Jovan mengusap air mata yang turun di pipi Zahra lalu mengeluarkan miliknya dengan lembut. Memasukkannya lagi dan mengeluarkannya. Begitu terus hingga Jovan melihat Zahra yang mulai rileks.     

Jovan menarik nafas panjang. Dia tahu inilah saatnya. Maka ketika Zahra mulai terlena. Jovan kembali menusukkan miliknya dengan sangat kuat dan dalam, hingga ia merasakan sesuatu yang robek di bawah sana.     

Zahra langsung menjerit kesakitan, miliknya seperti terbelah dua. Dia bahkan berusaha mendorong     

tubuh Jovan menjauh saking tidak tahan.     

"Tenang Zahra, rileks."     

"Sakittttt."     

"Aku tahu, sebentar lagi pasti tidak sakit kok. Rileks ya." Jovan mencium seluruh wajah Zahra. Mengelus, meremas, menjilat dan mengisap apa pun dari bagian tubuh Zahra yang bisa ia nikmati. Berharap apa yang ia lakukan segera mengalihkan Zahra dari rasa sakitnya.     

Zahra mendesis saat milik Jovan mulai bergerak keluar masuk di dalam kewanitaannya. Walau rasa sakit sudah mulai berkurang, tapi rasa sesak dan perih masih ada. Zahra hanya bisa menggigit bibir bawah dan meremas seprai untuk menahan semua rasa aneh yang mulai ditimbulkan Jovan di dalam tubuhnya.     

"Rileks Zahra, rileks." Jovan mulai menggerakkan tubuhnya dengan cepat, sedang tubuh Zahra di bawahnya berayun-ayun mengikuti setiap hentakan tubuhnya.     

Jovan mendesis semakin merasakan nikmat luar biasa pada miliknya yang dijepit oleh Zahra. Jovan melihat ke bawah ke arah penyatuan mereka. Di mana darah perawan Zahra bahkan tidak sanggup keluar karena tersumbat oleh miliknya yang besar dan memenuhi seluruh gua milik Zahra.     

Zahra mendongak dan mulai mengerang kembali saat akhirnya sensasi yang sama seperti tadi mulai menghampirinya. Walau perih walau ngap-ngapan. Tapi Zahra juga tidak bisa memungkiri rasa panas yang mulai menyebar ke seluruh tubuhnya.     

Ini nikmat, lebih nikmat dari yang pertama kali tadi.     

"Massss." Erang Zahra semakin mengeliat dan terengah.     

Jovan mendongak masih dengan puting Zahra di mulutnya. Menyaksikan ekspresi wajah Zahra yang bergairah dan menginginkan pelepasan.     

"Shitttt." Anunya terasa hampir patah karena Zahra meremasnya semakin kencang.     

Jovan sudah tidak perduli lagi. Dia memegang pinggul Zahra dan menggerakkan tubuhnya dengan kasar. Membuat Zahra menjerit-jerit tidak karuan. Merasa sakit dan nikmat secara bersamaan.     

"Masss, pelannnn." Zahra ngos-ngosan. Zahra kualahan. Tapi Jovan sudah tidak bisa menahan rasa nikmat yang semakin ingin meledak di dalam tubunya.     

Jovan terus menggejotnya dengan kecepatan penuh. Mengabaikan tubuh Zahra yang terlonjak-lonjak mengikuti gerakannya.     

"Massss, Akhhhhhhhhhhhhh." Tubuh Zahra bergetar hebat dan mengejang saat tanpa bisa di kendalikan dirinya mencapai organsme yang kedua.     

Kali ini lebih dasyat, lebih nikmat dan yang lebih penting dia tidak sendirian ada Jovan yang juga melenguh dan menyemprotkan benihnya hingga terasa menusuk rahim Zahra yang paling dalam.     

Setelah itu keduanya ambruk sambil berpelukan.     

Jovan mengangkat tubuhnya karena merasa Zahra keberatan. Dengan pelan dia mengeluarkan miliknya dari kewanitaan Zahra.     

Zahra langsung mendesis saat akhirnya miliknya terbebas dari benda besar yang menyesakkan dari tadi. Dan akhirnya cairan kenikmatan milik Jovan dan darah perawannya bisa meluncur keluar dan langsung membasahi sprai di bawahnya.     

Jovan menatapnya takjub. Dia tidak pernah sentimentil sebelumnya. Tapi melihat bukti keprawanan Zahra entah kenapa Jovan ingin menyimpan sprai itu utuk kenang-kenangan.     

Zahra menutup kakinya malu. Dan berusaha menggapai selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.     

"Jangan di tutup, biar mas bersihkan dulu." Belum sempat Zahra memprotes Jovan sudah mengambil tisu dan kembali membuka paha Zahra, lalu membersihkan kewanitaannya dengan telaten.     

"Mas, Zahra bisa lakukan sendiri."     

"Aku tahu, tapi mas ingin melakukannya." Jovan terus mengusap milik Zahra hingga bersih.     

"Apa masih sakit?"     

"Sedikit."     

"Kalau mas ulangi lagi, boleh kan?"     

"Eh ... lagi? yang kayak tadi?"     

"Boleh ya." Jovan mulai mengelus tubuh Zahra. Mencari titik-titik yang bisa membangkitkan     

gairahnya. Zahra yang tidak pengalaman tentu saja kalah dan langsung terangsang. Lalu Zahra hanya sanggup mengangguk mengizinkan dan mengerang menikmati apa yang diberikan Jovan padanya.     

Sayangnya Jovan tidak mau hanya sekali atau dua kali. Jovan mengulanginya lagi dan lagi.     

Zahra capek, Zahra lemas, Zahra tidak berdaya saat Jovan mempermainkan tubuhnya seperti gorengan.     

Di bolak balik berkali-kali. Terlentang, tengkurap, nungging, miring semua dia coba. Dan Zahra hanya bisa pasrah mengikutinya.     

Bahkan Zahra tidak tahu mereka melakukan berapa kali, atau sampai jam berapa. Yang Zahra tahu. Begitu Jovan selesai. Jangankan untuk berjalan, menggerakkan jari pun Zahra terasa tidak mampu.     

Hingga akhirnya Zahra langsung tertidur pulas dengan kedua kaki yang masih mengangkang lebar.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.