One Night Accident

IMPOTEN 26



IMPOTEN 26

0Enjoy Reading.     
0

***     

Marco baru selesai makan siang dengan bekal yang di bawakan oleh istrinya saat iseng berselancar ke dunia maya.     

Marco itu sangat aktif di sosmed. Mempunyai Rival sekaligus besan artis yang dulu selalu bikin ribut, membuat Marco tidak mau kalah tenar. Makanya jangan heran kalau followersnya melebihi anak dan keponakannya yang muda dan tampan.     

Secara Marco aktif, mereka tidak terlalu. Apalagi Junior, Marco sangsi anaknya yang satu itu pernah update status. Paling Instagram dan FB miliknya isinya, nyimak doang.     

Marco mengernyit saat ada satu postingan baru.     

Jovan D Cohza.     

My Love.     

Kelelahan.     

My love? Jovan punya pacar?     

Oke. Marco tahu Jovan pacarnya banyak. Dan Marco juga tahu Jovan itu paling aktif koleksi perempuan. Tapi, Marco juga tahu. Baik Jovan Javier apalagi Junior tidak pernah memajang foto wanita di sosial media. Bagaimanapun bentuknya.     

Dan ini jelas sekali, kalau mereka habis melakukan kegiatan menyenangkan yang membuat ketagihan.     

Marco keluar dari dunia Maya dan menghubungi Jovan. Sayang ponselnya tidak aktif. Hm ... mencurigakan.     

Lalu akhirnya Marco menghubungi Javier. Dia pasti tahu keberadaan saudara kembarnya itu. Secara mereka ke manapun selalu berdua. Cuma pas Jovan kencan biasanya Javier bakal memisahkan diri.     

"Iya Om?" jawab Javier langsung.     

"Kamu di mana?"     

"Di rumah sakit?"     

"Kok Om enggak ada lihat kamu? sudah makan siang belum? Tante Lizz bawa makan siang banyak nih." Marco tersenyum, untung istrinya itu memiliki kebiasaan membawa makanan lebih Jadi bisa buat alasan agar mengetahui keberadaan Jovan.     

"Benarkah. Javier ke ruangan om sekarang deh, mumpung lagi enggak ada pasien darurat." Seenak apa pun masaka restoran. Bagi Duo J. masakan paling enak masihlah masakan buatan tantenya Lizz. Secara dari orok mereka sudah merasakan masakan Lizz hingga tidak bisa berpaling.     

"Oke." Marco mematikan panggilan telepon nya. Lalu pura - pura mengecek data pasien di rumah sakit saat Javier masuk ke ruangannya.     

"Tante Lizz mana?" tanya Javier saat tidak mendapati Lizz di sana.     

"Lagi menemani Aurora periksa kandungan."     

Jovan mengangguk dan langsung menghampiri makan siang di meja. Makanan Lizz yang akan selalu jadi favorit duo J.     

"Jovan mana? kok nggak ikut? memangnya dia sudah makan siang?" tanya Marco polos, masih melihat ke arah berkas di depannya.     

"Jovan em ... masih di kampus om." Javier berusaha menjawab sesantai mungkin.     

Marco mengangguk.     

Di kampus? yang benar saja. Marco itu walau kampus sudah di pegang Junior dia tetap tahu jadwal triple J  ke kampus dan ke rumah sakit kapan? Dan hari ini sama sekali tidak ada jadwal masuk ke sana.     

"Om mau lihat Aurora. Kamu kalau sudah selesai, jangan lupa beresin dan tutup lagi ruangannya."     

Javier hanya mengacungkan jempolnya tanda oke. Karena saat ini mulutnya penuh makanan.     

Marco menghubungi Lizz.     

"Beb ... aku keluar sebentar, kamu nanti pulang bareng sopir ya."     

"Iya," jawab Lizz singkat.     

Marco menyalakan GPS khusus keluarga Cohza. Dan dia langsung menghentikan langkahnya.     

Jovan ada di apartemen miliknya yang di tinggali oleh Zahra?     

Mencurigakan.     

Marco menghubungi anak buahnya di Save Security sambil masuk ke dalam mobil.     

"Cek rekaman CCTV di apartemen duo J. Dari kemarin sampai sekarang. Dan kirimkan salinanya kepadaku segera." Marco menjalankan mobilnya langsung ke apartemen Jovan.     

Chipnya tidak berubah. Jovan masih ada di sana.     

Marco melihat notif masuk di ponselnya, bertepatan dengan dia yang memarkirkan mobilnya.     

Dia membuka kiriman rekaman anak buahnya. Dan semakin curiga. Jovan masuk ke apartemen Zahra dari semalam dan belum keluar sampai sekarang.     

Awas saja itu ponakannya. Sampai modusin anak pak Eko. Marco lempar kembali ke Cavendish biar di hajar sama bapaknya.     

Marco memencet bel dengan tidak sabar. Perasaanya enggak enak nih.     

Junior sudah melecehkan Zahra. Masak iya sekarang Jovan yang melakukannya. Kalau beneran terjadi, hancur sudah pertemanan dirinya dengan Eko.     

Jovan membuka pintu dan langsung terpaku. "Om, Marco?" ucap Jovan terkejut.     

"Kamu ngapain di sini?" Tanya Marco berusaha bersikap biasa saja.     

"Ini kan apartemen Jovan om, gimana sih."     

"Om tahu kok. Tapi, bukannya ini apartemen di pakai Zahra?"     

"Eh ... Maksud Jovan. Jovan mau ambil barang Jovan yang ketinggalan. Laptop iya, laptop Jovan ketinggalan." Jovan berbalik.     

Duh ... kemana laptopnya semalam. Perasaan dia tinggal di meja. Apa di beresi sama Zahra?     

"Udah ketemu?" tanya Marco malah duduk santai di sofa.     

"Om, ngapain tetap di sini?"     

"Mau ketemu Zahra? kenapa? Nggak boleh?"     

"Jovan kan udah bilang. Om jangan keseringan ketemu Zahra. Nanti mantu om marah terus kabur lagi bagaimana?"     

"Kok jadi kamu yang ngatur Om sih?suka - suka om mau ketemu siapa? kenapa kamu jadi repot."     

"Bukan begitu maksud Jovan. Tapi, ...."     

"Masssss, bisa tolong ambilkan baju Zahra di lemari?" Teriak Zahra dari dalam kamarnya.     

Jovan dan Marco menoleh ke arah kamar.     

Jovan gelagapan. Mau menjawab ada Marco di depannya. Tidak menjawab pasti Zahra sudah kedinginan di dalam sana.     

"Masssss, tolong dong. Zahra cuma pakai handuk ini. Maluuu," Teriak Zahra lagi.     

Marco langsung mendidih. Fix, dia sangat yakin wanita yang tadi fotonya di upload oleh Jovan adalah Zahra.     

Jovan yang mengetahui wajah Marco seperti ingin menenggelamkan dirinya ke sianida. Segera berfikir cepat.     

Di lihat dari wajahnya Marco. Jovan tahu dia sudah tidak bisa menyembunyikan pernikahannya dengan Zahra.     

"Masssss ...."     

"Iya Zahraaa." Jovan menatap pamannya penuh permohonan.     

"Jovan akan jelaskan. Segera setelah mengambilkan baju untuk Zahra."     

Marco diam. Tapi wajahnya menunjukkan bahwa saat ini Marco ingin menghajar keponakannya itu.     

Jovan masuk ke dalam kamar. Mengambil baju seadanya dan mengetuk pintu kamar mandi.     

"Terima kasih Mas," Ucap Zahra sambil menunduk malu. Saat ada bra dan celana dalam miliknya yang di sodorkan oleh Jovan.     

Zahra baru akan menutup pintu kamar mandi saat Jovan mencegahnya.     

"Ada om Marco di luar. Kamu jangan keluar dari kamar sebelum aku suruh ya. Sepertinya om Marco sudah curiga. Dan aku akan menjelaskan keadaan kita." Jovan menjelaskan dengan cepat. Tidak mau sampai Zahra keluar dari kamar.     

"Ya sudah aku ikut menjelaskan saja." Zahra ikut khawatir.     

"Jangan. Aku tidak mau om Marco memarahimu juga. Cukup aku saja. Kamu di sini tenang saja ya. Percaya sama mas. Semua pasti beres. Oke." Karena kalau Zahra sampai ke luar bisa semakin bahaya. Semua rahasianya bisa terbongkar dan pernikahannya dengan Ella gagal total.     

Zahra sedih, tapi tetap mengangguk. Jovan mencium dahi Zahra sebelum keluar menemui pamannya kembali.     

Dia harus siap-siap dihajar tetapi juga harus segera menyiapkan alasan agar terbebas dari kesalahan.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.