One Night Accident

IMPOTEN 27



IMPOTEN 27

0Enjoy Reading.     
0

****     

"Bisa kita bicara di apartemen Javier saja?" Jovan memohon.     

"Tidak." Tolak Marco seketika.     

"Om ingin menghajarku kan? Ke apartemen Javier saja. Memang om mau mukulin Jovan di depan Zahra?"     

Marco mendesah lalu berjalan ke apartemen di sebelahnya.     

Baru Jovan masuk dan satu pukulan langsung mendarat di wajahnya. Belum sempat Jovan bangun satu pukulan kembali membuatnya terjengkang.     

"Om sudah bilang. Jaga Zahra. Bukan merusaknya."     

"Jovan jaga Zahra kok."     

Duakhhh.     

Uhukkkk.     

Marco menendang Jovan hingga jatuh menabrak sofa.     

"Jaga apanya? jaga Zahra agar tidak di dekati cowok lain biar kamu bisa ambil perawannya dia?"     

"Jovan sama Zahra sudah menikah ommmm." Jovan berbicara cepat, saat kaki Marco hampir menendangnya lagi.     

"Apa kamu bilang?"     

Jovan berdiri. Mengusap sudut bibirnya yang berdarah.     

"Jovan sudah menikahi Zahra. Sah secara hukum dan agama. Kalau Om tidak percaya, Jovan bisa ambilkan surat nikahnya di apartemen Jovan."     

Marco masih terkejut. Jovan menikah dengan Zahra?     

Lalu ... bagaimana dengan perjodohan Jovan dengan putri Inggris.     

"Jovan, kamu jangan main - main. Kamu tahu kalau kamu sudah terikat perjanjian dan akan menikahi putri Inggris."     

"Jovan akan tetap menikah dengan putri Inggris kok. Om tenang saja."     

"Maksud kamu apa?" Marco mencengkram kaus Jovan dengan kasar. "Kamu mau menceraikan Zahra?"     

"Tidak om. Jovan tidak akan menceraikan Zahra." Baru juga malam pertama, masak sudah di cerai saja. Rugi dong dia.     

"Kamu tidak mau menceraikan Zahra tapi kamu juga bilang kamu akan tetap menikah dengan putri Inggris? kamu mau poligami?"     

Jovan meringis.     

"Brengsekkk."     

Bugkhhhh.     

Marco kembali memukul Jovan hingga terjatuh ke lantai.     

"Dengar ya, kamu emang keponakanku. Tapi Zahra juga sudah aku anggap anakku sendiri. Jadi, aku tidak akan membiarkan kamu mempermainkan Zahra. Pilihannya hanya satu. Zahra atau putri Inggris?"     

"Kalau Jovan bisa memilih. Jovan Tidak akan menikahi Zahra om."     

"Maksudnya apa?"     

"Jovan menikah dengan Zahra karena terpaksa. Semua juga gara - gara Junior yang melecehkan Zahra. Sehingga aku yang jadi korbannya."     

"Kenapa jadi bahas Junior? Jangan mencari kambing hitam untuk kesalahanmu." Marco mulai kesal.     

"Siapa yang cari kambing hitam Om? Justru Jovan yang di kambing hitamkan di sini. Om masih ingat kan.  Waktu Junior melecehkan Zahra? Bapaknya Zahra malah nuduh Jovan yang melakukannya." Marco terdiam mengingatnya.     

"Lalu apa hubungannya semua ini. Kamu sudah menolak menikahi Zahra waktu itu. Dan Eko tidak menuntut apa pun."     

Jovan tertawa miris. "Pak Eko memang tidak menuntut. Tapi, Om lupa. Dia ngutuk Jovan jadi Impoten. Harusnya kutukan itu tidak mempan karena bukan Jovan yang salah. Tapi, sepertinya pak Eko terlanjur marah. Dan dia kirim santet Impoten. Kalau tidak percaya, Om boleh tanya sama Javier. Berapa lama aku tersiksa karena Sosisku jadi layu."     

Marco berusaha mencerna perkataan Jovan. "Impoten? kamu impoten?"     

"Sekarang sudah sembuh Om. Karena Jovan sudah menikahi Zahra. Karena kutukan pak Eko menyebutkan Jovan akan Impoten kalau tidak  mau tanggung jawab. Dan benar saja Jovan langsung sembuh begitu menikahi Zahra."     

Marco masih tidak percaya. Eko bukan orang yang suka main dukun.     

"Om masih tidak percaya? Telepon Javier. Tanya kebenaran padanya. Om boleh ragu sama Jovan. Tapi, Javier? apa dia pernah membohongi Om selama ini? Tidak kan?"     

Marco duduk dan memijit pelipisnya pusing. Dari semua kejadian kenapa selalu dia.     

Kenapa selalu Marco yang menciduk kejadian yang berhubungan dengan ena - ena.     

Dari om Pete. Marco yang menikahkan mereka. Daniel, dia yang menjaga Ai sampai melahirkan anak - anaknya. Aurora dia yang mencyduknya dan sekarang Jovan.     

Tidak bisakah otor mencari pemeran lain untuk melakukan adegan ciduk mencyduk?     

Kenapa harus selalu Marco yang melakukannya?     

Marco lelah pemirsahhhh.     

"Om ...." Jovan duduk di sebelah Marco dengan wajah memelas.     

"Lalu bagaimana aku menyampaikan semua ini pada Daniel? Dan perjodohan dengan putri Inggris tidak mungkin di batalkan begitu saja kan? ini masalah dua negara Jovan? bukan hanya dua rumah."     

"Om, Jovan janji akan membahagiakan Zahra Om. Walau nanti Jovan menikah dengan putri Ella. Jovan janji tidak akan memperlakukan Zahra dengan berbeda."     

Plakkkk.     

"Siapa bilang Om izinkan kamu poligami."     

"Jadi Om lebih suka Zahra jadi janda? Zahra sudah tidak perawan lho. Bisa saja sekarang dia sudah hamil anak Jovan. Om yakin mau Jovan menceraikan Zahra?"     

"Kalau begitu om akan bilang sama Daddy mu biar membatalkan perjodohannya." Marco memutuskan.     

"Tidak bisa begitu dongk. Jovan akan tetap menikahi putri Ella."     

"Jovan, jangan egois."     

"Semua pria Cohza egois Om. Kalau itu menyangkut wanita yang dia cintai. Dan Jovan mencintai putri Ella."     

Marco tertegun.     

"Jovan, jangan main-main."     

"Jovan serius. Jovan tidak akan melepaskan putri Ella sampai kapan pun. Karena ciuman pertama Jovan sudah di ambil olehnya. Dan Jovan sudah cinta padanya dari masih kecil. Om ingat kan kejadian itu? Dan Om tahu sendiri. Pria Cohza tidak akan bisa berpaling dari wanita yang dia cintai."     

"Dan wanita yang Jovan cintai adalah putri Ella."     

"Sedang Zahra. Jovan juga tidak bisa melepaskan dirinya. Karena Jovan Tidak mau Impoten lagi. Lagi pula Zahra sudah tahu aku akan di jodohkan dengan putri Inggris. Dan Zahra tidak keberatan."     

"Zahra tahu, dia akan di poligami?" tanya Marco terkejut.     

"Belum. Tapi Zahra sudah tahu kalau claon istri Jovan itu putri Inggris. Jadi Jovan rasa Zahra dan keluarga nya sudah siap dengan hal paling buruk. Om tenang saja, Jovan bisa pasti bisa meyakinkan Zahra agar mau di poligami," ucap Jovan yakin.     

Marco mendelik ke arah Jovan. Membicarakan poligami. Marco jadi ingin nendang Jovan lagi.     

Tapi kalau bukan poligami lalu apa?     

Marco semakin pusing. Marco tahu bagaimana kelakuan pria Cohza kalau sudah jatuh cinta.     

Dan Jovan bilang mencintai putri Ella. Mau di apa - apain juga Jovan pasti akan berusaha mendapatkan nya.     

Tapi bagaimana dengan Zahra? Marco juga tidak mau Zahra terluka.     

"Om pusing. Om pulang dulu." Marco berjalan dengan lesu keluar dari apartemen.     

Dia tidak mungkin langsung membahas ini dengan Daniel. Bisa - bisa Si Ai langsung ngamuk karena anaknya menikah tanpa dia ketahui.     

Sebaiknya Marco minta pendapat Javier dan Junior dulu. Apa mereka mendukung tingkah Jovan atau tidak.     

Kalau nanti tetap tidak ketemu solusinya. Mau tidak mau Marco langsung ke Cavendish saja.     

Bagaimanapun hidup Jovan.     

Marco Tidak berhak memutuskan. Karena masih ada kedua orang tuanya yang lebih berhak.     

Semoga ini tidak akan menjadi masalah keluarga yang memecah belah mereka.     

Marco tidak mau ada lagi pertengkaran  antar keluarga.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.