One Night Accident

IMPOTEN 29



IMPOTEN 29

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Kamu nanti nyusul saja ya." Jovan berpamitan pada Zahra dengan terburu-buru.     

"Iya, mas hati - hati ya." Jovan mengangguk, mencium dahi Zahra sekilas dan langsung berlari menyusul Javier yang akan menuju rumah sakit Cavendish.     

Karena tadi pada saat acara wisuda Queen tiba - tiba mengalami kontraksi. Parahnya lagi, 10 menit kemudian dia mendapat kabar Aurora juga akan melahirkan. Belum cukup sampai di sana, Alxi tiba - tiba berteriak-teriak.     

Kalian tahu apa yang terjadi. Yesss. Nanik alias Nabilla istrinya Alxi. Akan melahirkan juga.     

Bagus sekali. Tiga kelahiran dalam waktu bersamaan. Dan ketiganya sesar.     

Queen melahirkan anak kembar. Aurora mengalami sungsang. Dan Nabilla punya riwayat penyakit ginjal. Perfect.     

"Bagaimana kabar terakhir," tanya Jovan pada Javier begitu mereka memasuki rumah sakit Cavendish.     

"Om Marco di perebutkan oleh om Joe dan Om David. Mereka ingin kelahiran cucunya di tangani om Marco." Javier menjelaskan apa yang terjadi tadi di depan ruang oprasi.     

"Dan pemenangnya adalah?"     

"Alxi. Dia menyeret om Marco begitu saja. Dan menyuruhnya menangani Nabilla."     

Lah ... Om Joe dan Om David yang rebutan. Kenapa bisa Alxi yang menang.     

Jovan tergelak. Astagaaaa, Alxi itu rajin berproduksi. Tapi kalau istrinya melahirkan bikin heboh semua orang. Benar-benar nggak selow itu bocah.     

"Jadi kita akan bantu Junior mengoperasi Queen. Atau, menangani Aurora." Jovan sudah siap jika harus membantu mereka semua.     

"Junior bisa menangani istrinya sendiri. Kita pegang Aurora saja. Ingat dia masih di bawah umur, kelahirannya bayinya juga terlalu cepat. Jadi harus hati-hati." Jovan mengangguk dan mengikuti Javier menuju ruang operasi Aurora.     

Sedang Zahra yang masih berada di universitas Cavendish segera mengambil tasnya dan bermaksud menyusul Jovan segera. Walau sebagai istri Jovan keberadaan Zahra belum terlalu diakui oleh keluarga besarnya. Namun bagaimanapun juga Zahra harus tetap menjenguk dan melihat kondisi Queen yang notabenenya istri dari Junior. Adik sepupu suaminya.     

"Dasar cewek munafik."     

"Sok cantik."     

Zahra menunduk, tahu pasti sindiran itu di tujukan untuknya. Semenjak tiga bulan yang lalu saat Jovan dan dia selalu berangkat dan pulang dari kampus bersama.     

Cibiran, tatapan meremehkan dan hinaan sudah sering Zahra dengar. Zahra berusaha mengabaikan karena tidak mau membuat keributan.     

"Murahan."     

"Iya, nggak malu sama hijabnya."     

"Mending lepas saja itu hijab, dari pada ngotorin agamanya."     

"Bener banget, bikin malu saja. Jangan - jangan dia pakai susuk juga."     

"Bisa jadi. Kalau nggak, mana mungkin Jovan mau sama cewek standar macam dia."     

Zahra menghentikan langkahnya. Biasanya dia hanya diam karena mereka hanya menyindir tanpa menyebutkan nama. Jadi Zahra mengabaikannya.     

Tapi sekarang sudah jelas. Nama Jovan di sebutkan. Dia tidak bisa tinggal diam.     

Zahra berbalik melihat beberapa teman kampusnya.     

"Maksud kalian apa?" tanya Zahra merasa tersinggung karena merasa membawa-bawa nama suami serta hijab yang dia kenakan.     

Memang kenapa kalau dia memakai hijab. Apa hak mereka menyindir seolah Zahra tidak pantas mengenakannya.     

"Sudahlah, nggak usah sok polos. Kamu pakai pelet apa buat ngegaet Jovan?" Seorang cewek menatap Zahra dengan wajah sinis.     

"Atau dia jebak Jovan, terus pasang tampang sok melas. Makanya Jovan kasihan," ucap perempuan satunya yang juga mencibirnya.     

"Maaf sebelumnya. Jangan menghina sembarang kalau kalian tidak tahu apa - apa," ucap Zahra sambil meremas tasnya. Merasa sakit hati dengan semua perkataan teman kampusnya.     

Zahra tidak terlalu kenal dengan mereka. Tetapi, kenapa sejak dia jalan degan Jovan seolah-olah seluruh cewek di kampus jadi musuhnya.     

Inilah susahnya punya suami mantan playboy. Mantan pacar dan gebetan berserakan di mana-mana.     

"Siapa yang menghina. Kami bicara fakta. Kamu udah pernah di tiduri Jovan kan? jangan bilang tidak karena kami punya buktinya." Cewek itu yakin Zahra sama murahannya dengan pacar-pacar Jovan sebelumnya. Hanya saja Zahra munafik dan menggunakan hijab sebagai tameng biar dianggap cewek baik-baik.     

Wajah Zahra memucat. Bagaimana mereka bisa tahu. Pernikahan mereka masih di sembunyikan.     

"Denger ya Zahra. Kami semua itu mantan pacarnya Jovan. Kita juga pernah kok merasakan bergelut di atas ranjang dengannya."     

What?     

Apa maksudnya dengan bergelut di atas ranjang? Apa suaminya dulu suka berzina dengan wanita-wanita itu? Berapa wanita yang dulu sudah pernah ditiduri suaminya. Membayangkan saja Zahra semakin pucat pasi.     

"Dan asal kamu tahu, Jovan itu tidak akan pernah berpacaran lama. Jadi siap - siap saja. Setelah bosan pasti dia akan mendepakmu." Wanita di depan Zahra menatap dengan menghina.     

"Mas Jovan dulu memang begitu. Tapi, sekarang dia sudah berubah. Aku yakin padanya," ucap Zahra membela suaminya. Walau hatinya kembali berdenyut sakit mengetahui fakta bahwa wanita di depannya pernah merasakan cumbuan suaminya tetapi Zhara berusaha percaya bahwa sekarang suaminya pasti sudah berubah.     

Tidak Zahra. Jangan percaya begitu saja. Kamu harus percaya pada suamimu. Jangan percaya dengan orang yang hanya ingin mengusik rumah tanggamu. Batin Zahra mencoba menenangkan hatinya yang entah kenapa malah ragu dengan keyakinan nya sendiri.     

Wanita di depan Zahra malah tertawa mendengar penuturan Zahra.     

"Dulu kami juga percaya. Aku bahkan katanya mau di lamar. Tapi buktinya? Aku di putusin juga begitu Jovan dapat gantinya." Gisel salah satu pacar Jovan menunjukkan cincin di tangannya. Cincin yang sebenarnya bagi Jovan bukan barang mahal karena hampir setiap pacarnya selalu mendapatkannya. Sayang Gisel yang sudah melambung tinggi merasa bahwa statusnya lebih baik dari pada pacar-pacar Jovan yang sebelumnya.     

"Berhenti mengatakan yang tidak - tidak. Mas Jovan tidak seperti itu. Kalian tidak usah sok tahu." Zahra mulai meninggikan suaranya karena kesal. Mau sebejad apa pun Jovan. Tidak ada istri yang suka orang lain membahas masa lalu suaminya.     

"Sudahlah, namanya juga wanita murahan. Walau Jovan punya sepuluh pacar juga. Pasti dia tetap maulah. Apalagi sudah pernah di pakai."     

"Istilahnya apa? Barang Seken." Semua menertawakan Zahra.     

"Aku nggak serendah itu." Bentak Zahra dengan wajah merah padam.     

"Terus ini apa?" Seorang wanita menunjukkan foto Zahra yang di posting Jovan saat malam pertama mereka dulu.     

Wajah Zahra langsung memucat.     

"Nggak bisa ngomong kan kamu."     

"Kicep dia." Dan mereka langsung tertawa.     

"Denger ya. Walau wajahmu tidak terlihat, kita semua di kampus ini yang melihat foto ini juga tahu kali kalau perempuan di foto ini kamu."     

"Munafik."     

Zahra tidak bisa berkata apa - apa. Dengan wajah malu dan air mata yang dia tahan. Zahra hanya bisa berlari keluar kampus. Di iringi ejekan dan suara tawa merendahkan di belakangnya.     

Zahra menangis sepanjang jalan ke rumah sakit.     

Kenapa Jovan memposting foto tanpa sepengetahuan dirinya. Mana auratnya terumbar kemana - mana.     

Zahra malu dan pasti merasa berdosa.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.