One Night Accident

IMPOTEN 30



IMPOTEN 30

0Enjoy Reading.     
0

***     

Zahra duduk di tempat yang paling jauh dan hanya menundukkan wajahnya. Dia masih teringat kejadian di kampus tadi.     

Zahra hanya berharap Jovan akan segera keluar dari ruang operasi. Sehingga Zahra tidak merasa sendiri.     

Saat ini semua keluarga dari Marco, Queen ataupun Alca ada di sana. Tapi, tidak ada satupun yang menyapa dirinya. Sedangkan Zahra merasa dirinya bukanlah siapa - siapa hingga bersikap sok akrab terhadap mereka.     

Zahra tidak menyalahkan mereka, apalagi tante Lizz yang sudah tahu dia istrinya Jovan. Zahra maklum, mereka semua sedang dalam keadaan khawatir dan tegang. Jadi wajar saja jika tidak ada yang memperhatikan jikalau Zahra juga ada di sana.     

Apalagi keadaan perasaan Zahra yang jujur saja. Sedang tidak ada niat beramah tamah. Jadi Zahra memilih menyendiri dan melihat dari jauh saja.     

Saat Zahra melihat kembali keluarga mereka, Zahra jadi berfikir. Apa jika nanti dia hamil dan melahirkan. Akan kah keluarga Cohza juga ikut bahagia? Atau, Zahra akan tetap di anggap orang lain. Yang di kunjungi seperlunya.     

Zahra menunduk semakin sedih.     

Tidak berapa lama Junior menghampiri mereka. Zahra tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi, Zahra bisa melihat raut wajah lega dan bahagia mereka semua. Sehingga mereka berpelukan dan terlihat menangis haru sebelum pergi menjauh. Mungkin menuju ruang rawat Queen.     

Zahra duduk dan kembali menunduk. Lalu ada sepatu yang berhenti di depannya. Zahra mendongak dan dia langsung melihat wajah Junior yang selalu dingin dan datar seperti biasanya.     

"Menunggu Jovan?" Tanya Junior.     

Zahra berdiri. Tidak tahu harus berkata apa. Selama tiga bulan ini, walau dia sudah menjadi istri Jovan. Hanya Javier yang menyapanya dan menganggapnya saudara. Sedang Junior, jika tanpa sengaja bertemu atau berselisih jalan dengannya. Biasanya Junior mengabaikannya seolah tidak melihatnya sama sekali. Makanya Zahra bingung saat sekarang Junior menyapanya.     

"Iya. Em ... bagaimana keadaan Queen?" tanya Zahra canggung.     

"Baik. Bayi kembar kami juga baik," ucap Junior singkat.     

"Selamat kalau begitu. Semoga menjadi anak yang Sholeh dan Sholihah." Zahra tahu anak Junior kembar cewek dan cowok dari penjelasan Jovan.     

"Terima kasih."     

Zahra tersenyum canggung.     

"Kamu boleh menengoknya kalau mau." Ucap Junior membuat Zahra terkejut. Tapi seketika bibirnya menyunggingkan senyum lebar.     

"Tentu, tentu saja. Kalau kamu mengizinkan aku akan sangat senang menjenguk mereka." Zahra senang karena pada akhirnya. Sepertinya dia mulai di terima lagi di keluarga Marco.     

Junior hanya mengangguk sebelum berbalik meninggalkan Zahra seorang diri.     

Junior menghela nafasnya. Dia masih kesal dengan Zahra. Tapi, bagaimanapun Zahra sekarang istri Jovan. Apalagi seperti kata Javier. Jovan sudah tiga bulan ini tidak ada pergi kencan dengan wanita manapun selain Zahra. Junior jadi berfikir, mungkin memang Zahra bisa merubah sikap sombong dan tinggi hati Jovan.     

Apalagi sudah jelas Zahra terlihat tidak macam - macam dan menerima apa adanya. Jadi Junior juga tidak bisa mengabaikannya. Bagaimanapun, walau belum resmi. Zahra sudah menjadi bagian dari anggota keluarga Cohza. Dan semua wanita Cohza itu adalah prioritas utama.     

Untuk itulah Junior berusaha berdamai dengan Zahra.     

Anggap saja bonus karena dia sedang bahagia menyambut kelahiran anak-anaknya.     

***     

"Tadi bicara apa sama Junior?" Jovan mengintrogasi Zahra begitu mereka masuk ke dalam mobil dan berencana pulang.     

Tepat setelah mengoperasi Aurora. Jovan melihat Zahra bicara dengan Junior dan terlihat bahagia.     

Belum sempat Jovan bertanya. Keluarga Alca menyerbunya. Jadi akhirnya Jovan dan Zahra menjenguk semua keponakan - keponakan barunya terlebih dahulu.     

Luar biasa. 4 keponakan dalam sehari.     

"Zahra? Ngomongin apa tadi sama Junior, aku lihat wajahmu sumringah," tanya Jovan saat Zahra diam saja. Ia benar - benar penasaran.     

Jovan tidak cemburu kok. Jovan itu percaya. Tidak mungkin Junior selingkuh dengan Zahra. Secara kelihatan banget Jujun itu tergila - gila dengan Queen istrinya.     

"Bukan apa-apa."     

"Mulai main rahasia - rahasiaan ya? Dosa lho membohongi suami."     

"Lebih dosa mana? Sama mengumbar aurat istri." Zahra jadi kesal saat Jovan membahas dosa. Dan seketika dia ingat fotonya tanpa hijab tersebar di seluruh media sosial.     

"Siapa yang mengumbar Aurat istri?" tanya Jovan bingung.     

Zahra tidak menjawab. Tapi dia langsung mengambil ponsel nya dan membuka histori di Instagram milik Jovan.     

"Ini apa?" tanya Zahra memperlihatkan fotonya yang tertidur di ranjang milik Jovan.     

"Eh ... Itu sebagai rasa cintaku padamu. Aku ingin semua orang tahu. Aku sudah ada yang punya, biar nggak pada godain aku lagi sayang."     

"Tapi, kenapa foto nggak pakai baju seperti ini yang di posting. Auratnya terbuka semua." Zahra masih tidak terima.     

"Cuma bahu sama tangan kan. Lagian, fotonya juga aman. Tidak terlihat senonoh kok." Jovan membela diri.     

"Cuma bahu? walau hanya bahu, walau hanya rambut. Itu tetap aurat mas. Enggak seharusnya mas mengumbarnya ke mana - mana."     

"Bagaimana kalau ada yang suka dengan foto Zahra dan menyimpannya sebagai fantasi yang tidak senonoh. Mas akan dapat dosa. Zahra juga bakalan ikut dosa."     

"Ngerti dosa jariah nggak sih? Apa yang di perlihatkan di sosial media. Apa yang tersebar. Walau hanya wajah, walau hanya tangan atau kaki. Selama masih ada orang yang melihat dan menikmatinya. Zahra tetap akan berdosa." Zahra langsung membuka pintu saat sadar mereka sudah sampai di apartemen.     

Jovan langsung berlari mengikutinya. Keduanya memasuki lift dalam diam. Tapi begitu pintu lift tertutup. Jovan menarik Zahra dalam pelukannya.     

"Dek Zahra. Mas minta maaf. Mas enggak tahu kalau apa yang mas lakukan bakalan buat kamu marah. Mas cuma jatuh cinta sama kamu dan berharap semua orang tahu, kalau hati mas cuma buat Zahra seorang."     

Zahra tetap diam bergeming.     

"Dek ... Maafin mas ya. Mas janji akan hapus postingan itu. Jangan cemberut lagi dongk." Jovan mengecup bibir Zahra sekilas.     

"Walau di hapus juga percuma. Sudah terlanjur tersebar. Lagi pula wanita - wanita di kampus sudah terlanjur mengecap aku sebagai wanita murahan dan pacar Jovan yang sebentar lagi pasti di depak jika kamu sudah bosan." Zahra melepas pelukan Jovan dan keluar dari lift.     

Zahra langsung masuk, tapi terepekik saat tubuhnya terhempas ke pintu yang sudah tertutup.     

"Siapa yang mengatakan seperti itu? Bilang sama mas? Tidak ada yang boleh menghina istri mas seperti itu." Entah kenapa Jovan tidak terima Zahra di hina. Siapa pun orang nya.     

Jovan serasa langsung terbakar amarah dan ingin mendepak orang - orang yang berani mengganggu istrinya.     

"Mereka tidak salah. Karena mereka tidak tahu kalau Zahra sudah menikah sama mas Jovan. Mereka tidak salah mas." Zahra sedih karena ketidakberdayaan dirinya.     

"Zahra, maaf. Mas belum bisa mempublikasikan pernikahan kita. Tapi mas janji mas akan bereskan masalah orang - orang yang sudah berani menghina dirimu." Zahra pasrah dalam pelukan Jovan.     

Otak Jovan berfikir cepat. Siapa yang berani membuat wanita Cohza sedih. Dia harus tahu akibatnya.     

Walau Zahra hanya istri sembunyi - sembunyi. Tetap saja tidak ada yang boleh menyakitinya.     

Itu sama dengan melukai harga dirinya sebagai pria Cohza. Tidak ada makhluk hidup manapun yang diizinkan menghina apalagi membully wanita Cohza.     

Itu sama dengan mencari kematian untuk dirinya sendiri.     

Apalagi Jovan selain pria Cohza juga pangeran Cavendish. Jangan sampai menyinggungnya atau mereka akan menyesal.     

Benar.     

Ini hanya masalah harga diri. Tidak lebih.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.