One Night Accident

IMPOTEN 39



IMPOTEN 39

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Assalamualaikum." Jovan masuk ke dalam apartemen miliknya.     

Tumben sepi? Tidak ada sahutan dari istrinya? Jangan bilang Zahra ketiduran lagi?     

Ini kan magrib. Nggak baik wanita hamil tiduran pas magrib begini.     

"Zahra ...." Jovan mengeryit saat tidak menemukan Zahra di kamarnya.     

Jovan memeriksa seluruh ruangan. Tapi, tidak ada Zahra di manapun.     

Kemana dia pergi? Biasanya mau ke toilet saja izin. Masak sekarang pergi keluar enggak bilang-bilang? Apa Zahra lagi ngidam? Ingin makan sesuatu dan tak tertahankan. Makanya main pergi tanpa pemberitahuan.     

Jovan mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Zahra. Sayangnya ponsel istrinya malah tidak aktif.     

Jovan mulai khawatir. Istrinya lagi hamil. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya?     

Jovan menghubungi Javier.     

"Kenapa Jov?"     

"Zahra hilang. Aku sampai apartemen dan dia enggak ada Jaaaav? Bagaimana kalau dia kenapa-kenapa? Istriku lagi Hamillllll." Jovan langsung nyerocos.     

"Zahra hilang? Bukannya Zahra ikut mommy ke Cavendish ya?"     

"Whuuttt eh .... WHATTT? Ke Cavendish? Kapan? Kenapa aku nggak tahu? Kenapa Zahra enggak izin sama aku?"  tanya Jovan sambil mondar-mandir dengan gelisah.     

"Ya, mana aku tahu! Kenapa malah tanya aku? Kamu kan suaminya.lagian siapa suruh tadi siang di ajak nganter momy sampai bandara enggak mau."     

"Ishhh. Aku kan lagi bantu orang lahiran. Kalau aku tinggal trus bayinya brojol siapa yang nangkep? Lagian mommy bilang di Indonesia satu Minggu, kenapa tiba-tiba berangkat. Mana ngegondol Zahra lagi." Jovan tidak suka ini. Kenapa Ai menculik Zahra.     

"Ya sudah, nyusul saja. Repot banget sih."     

"Enggak usah di suruh ini juga mau nyusul. Makasih infonya."     

Klik.     

Jovan mengambil kembali dompetnya dan langsung menuju bandara tanpa repot membawa apa pun. Toh di Cavendish semua barang sudah tersedia.     

"Maaf pak. Anda tidak di izinkan melakukan perjalanan ke luar negri." Ucap seorang petugas keamanan bandara.     

"Maksudnya apa? Paspor dan  identitasku lengkap. Tidak membawa barang yang mencurigakan. Bahkan tidak membawa apa-apa malah. kenapa tidak boleh masuk pesawat? Ini pesawat kerajaan Cavendis kan?"     

"Benar pak. Tapi anda tidak di izinkan menaikinya."     

"Kamu anak baru ya? kamu nggak tahu siapa saya? Saya itu Jovan  Daniel cavendish. Putra mahkota kerajaan cavendish. Jadi, sekarang saya perintahkan kamu, minggir. karena saya mau naik pesawat menuju Cavendish."     

"Maaf pangeran tetap tidak bisa. Perintah langsung dari yang mulia Daniel Cohza Cavendish raja dari kerajaaan Cavendish. Bahwasanya pangeran Jovan Daniel cavendish di larang bepergian ke luar negri. Ke negara manapun. Untuk satu bulan yang akan datang."     

Kenapa Jovan tidak di perbolehkan ke luar negri. Bahkan ke semua negara.     

Itu hanya antisipasi saja. Siapa tahu Jovan naik pesawat menuju Singapura dari Singapura ke Pakistan lalu ke afrika dari Afrika lalu ke Afganistan setelah itu menuju Cavendish. Kan ujung-ujungnya sampai ke Cavendish juga.     

Hal ini tidak boleh terjadi. Makanya Ai sudah antisipasi. Jadi mending di larang keluar dari negara Indonesia saja biar Jovan enggak macam-macam.     

"WHATTTTT? Jangan macam-macam kamu ya." Jovan tidak terima.     

"Ini bukti surat perintah langsung." Petugas itu menyerahkan surat perintah resmi dari Raja Cavendish.     

Jovan merebut kertas di tangan petugas keamanan. Dan langsung menyobeknya begitu membaca isinya.     

"Maaf pangeran itu hanya copyannya. Aslinya sudah tersebar ke seluruh bandara di Indonesia." Pertugas itu bicara dengan santai.     

"Minggir." Jovan benar-benar marah.     

"Maaf." Petugas itu Keukeh menghalangi Jovan masuk.     

Karena kesal akhirnya Jovan memukul petugas itu. Dan keributan langsung terjadi.     

Jovan memukul dan menendang semua yang berani menghalanginya. Sedang petugas lain mulai berdatangan. Akhirnya bodyguard yang memang sudah di sediakan Ai mencegat Jovan di bandara langsung ikut turun tangan.     

Butuh 17 orang untuk mengamankan Jovan. Dan begitu di borgol Jovan langsung di masukkan ke kantor polisi di mana seluruh barang bawaannya di sita (dompet dan ponsel) dan di paksa menginap di jeruji besi karena membuat keributan, melakukan kekerasan dan melawan petugas keamanan.     

Istilah kerennya terjerat pasal berlapis.     

Tapi, bukan lapis legit.     

***     

"Bisa enggak sih, jangan ngerpotin melulu. Demi kancut kampanye. Kamu itu sudah gede. Masak enggak bisa nahan diri di depan umum." Marco langsung mengeluarkan kultum begitu membebaskan Jovan dari penjara.     

"Jovan cuma mau ke Cavendish. Jemput Zahra. Lagian kenapa tiba-tiba Daddy bikin aturan Jovan enggak boleh ke Cavendish untuk satu bulan yang akan datang. Apa alasannya coba. Kayak Jovan habis buat salah saja, sampai enggak boleh pulang." Jovan bersedekap sambil duduk di kursi penumpang. Di mana Marco di sebelahnya menyetir menuju rumahnya.     

Kalau tahu bakal dapat ceramah. Mendingan Jovan minta tolong Alxi saja tadi. Cepat, mudah dan tanpa merusak gendang telinga. Paling korban ATM doang.     

"Bukan nggak boleh pulang. Tapi kata emakmu alias sang Ratu Cavendish. Kamu itu lagi di pingit. Alias di pisah sama Zahra sebulan sebelum di nikahkan ulang. Dia kesel karena kamu nikah tanpa pemberitahuan. Ngerti???? Dan harusnya nanya yang bener dulu. Jadi enggak perlu ribut-ribut segala." Marco mulai menjalankan mobilnya.     

Jovan menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah Marco.     

"Waitttt, apa maksudnya di pingit? enggak boleh ketemu sebulan? Nggak bisa begitu dong. Zahra kan istri aku, kenapa aku nggak boleh ketemu?" Protes Jovan seketika.     

"Kenapa? Takut kangen? Bukannya kamu bilang cuma cinta sama Ella? Zahra kan cuma di nikahi karena enggak sengaja. Jadi kalau cuma enggak ketemu sebulan. Kayaknya Tidak akan berpengaruh. Iya kan?" Tanya Marco setengah menyindir. Iyalah nyindir, dia sudah tahu tentang rencana poligami Jovan dari Ai. Dan langsung berasa ingin masukkan Jovan ke kandang bences.     

"Ya ... Tapi, tapi kan Zahra sedang hamil. Wajar dong aku khawatir. Soalnya yang di perutnya anak aku." Jovan beralasan.     

"Kamu enggak percaya sama Ai? enggak percaya sama mommy mu sendiri? Aku yakin kok Zahra akan aman bahagia sentosa di sana. Jadi tenang sajalah. Cuma sebulan Jovan. Jangan kayak orang kasmaran Napa. Enggak ketemu sehari udah kelimpungan." Marco semakin menyudutkan. Dalam hati ingin sekali tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Jovan yang ingin protes tapi gengsi.     

"Siapa yang kelimpungan? Aku itu cuma khawatir Om."     

"Iya sudah om percaya. Kamu enggak usah khawatir. Kan udah tahu Zahra ada di mana? Sama siapa? kalau kangen tinggal telepon aja, atau video call juga boleh."     

"Om Apaan sih? Siapa juga yang kangen." Jovan langsung turun dari mobil begitu sampai di apartemen miliknya.     

"Yakin mau di sini saja? enggak mau ke rumah Om dulu? Tante lizz masak enak lhoooo.  Walau bagimu, mungkin masakan Zahra lebih enak sihhhhh." Jovan mengabaikan perkataan Marco. Tahu pasti bahwa Om Marco sedang menggoda dirinya.     

Bikin tambah kesal saja.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.