One Night Accident

IMPOTEN 40



IMPOTEN 40

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Ah ... Danielllll Ahhhhh." Ai membekap mulutnya nya saat tiba-tiba tangan Daniel sudah menyusup ke dalam gaun miliknya.     

"Stttt, jangan berisik. Nanti terdengar oleh Zahra." Daniel menyikap gaun Ai ke samping dan langsung menikmati dua gunung di hadapannya.     

Ai mendongak dan mengerang namun berusaha sepelan mungkin menimbulkan suara. Ai bisa merasakan cumbuan Daniel yang semakin kasar dan penuh semangat.     

Ai selalu melirik ke arah pintu kamar di dalam pesawat. Di mana Zahra tidur. Berharap menantunya tidak bangun dan melihat mereka dalam posisi yang enak-enak.     

Daniel membalik posisi Ai hingga menungging dan dengan cepat menyingkap gaunnya ke atas memperlihatkan pahanya yang mulus serta pantatnya yang bulat dan kenyal.     

Ai membenamkan wajahnya ke sandaran kursi pesawat. Berusaha meredam desahan dan erangan yang terus keluar dari mulutnya. Sedang di belakangnya sang Raja sudah menurunkan celana dalam miliknya dan berusaha memberi Ai rangsangan sebelum melakukan penetrasi.     

Ai menggigit bibirnya dengan napas yang mulai memburu saat jemari tangan Daniel menemukan tempat yang tepat. Mengelus dan membelainya hingga milik Ai basah dengan sempurna.     

"Akhhhhhh." Wajah Ai mendongak dan jeritan kenikmatan tidak bisa di elakkan saat dengan satu hentakan kuat tubuh mereka menyatu.     

"Kamu selalu menjadi yang terbaik." Daniel menggeram senang saat miliknya sudah terbenam sepenuhnya.     

Milik istrinya masih hangat dan senikmat seperti saat pertama kali mereka bercinta dulu. Daniel tidak akan pernah bosan padanya.     

Ai mendesah dan terus memgerang. Namun tidak berapa lama erangan itu berubah menjadi jeritian kencan dan desahan kuat.     

Suara benturan penyatuan dua tubuh memenuhi tempat itu.     

Ai dan Daniel sudah lupa berada di mana. Karena sudah hanyut ke dalam gairah yang membara. Yang dia tahu saat ini seluruh tubuhnya merasakan kenikmatan yang sangat tinggi.     

Ciuman di leher hingga punggung, remasan di dada dan menjalar hingga klitoris. Terutama gerakan keluar masuk yang di lakukan Daniel Semakin lama Semakin keras dan cepat. Membuat tubuh Ai mengeliat dan kelonjotan tidak karuan.     

"Danielllll, Ahhhhhh. Danielllll Uhhhhhhhhh." Ai ambruk ke depan dengan tubuh bergeyar begitu dia berhasil mencapai puncak. Daniel langsung menopang tubuhnya dengan sebelah tangan. Lalu tanpa menunggu istrinya kembali dari organsme pertamanya Daniel  menggerakkan tubuhnya kembali dengan lebih cepat hingga tubuh istrinya terhentak-hentak kedepan dan belakang dengan keras seperti boneka yang tidak memiliki tenaga lagi.     

Walau mereka sedang di pesawat yang berada di ketinggian.     

Walau ada kru pesawat yang mungkin bisa melihat mereka kapan pun.     

Walau ada menantunya yang hanya terhalang satu pintu.     

Daniel tidak perduli.     

Dia menginginkan Ai dan dia akan melakukan apapun sesuka hati.     

Terbukti. Setelah bertempur selama 3 jam penuh. Tanpa istirahat dan jeda akhirnya Daniel baru melepaskan Ai yang sudah tergeletak pasrah dan lemas di atas kursi pesawat.     

Sedang Zahra.     

Dia antara beruntung dan tidak beruntung.     

Beruntung karena satu-satunya ranjang di dalam pesawat di serahkan padanya. Sehingga Zahra menikmati perjalanan tanpa merasa lelah.     

Tidak beruntung karena dia merasa lapar. Dan saat hendak keluar dari kamar di dalam pesawat. Bukan hidangan makanan yang dia lihat.     

Tapi Ai yang sedang di santap Daniel sebagai hidangan pembuka, hidangan utama hingga hidangan penutup.     

Zahra tentu saja kaget.     

Bahkan saking kagetnya dia sampai ikut gemetar dan keringat dingin.     

Astagfirullahhaladzimmmmm.     

Zahra baru lihat live bokep.     

Tanpa sekip dan sensor.     

Zahra ingin pingsan tapi tidak bisa. Akhirnya dia memilih naik ke atas ranjang dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.     

Khawatir mendengar suara-suara lacknut dari live bokep tadi.     

Mana pemerannya bapak dan ibu mertua lagi.     

***     

"Zahraaa, bangunnn." Jovan meraba ke meja dan mematikan alarm ponselnya yang berisik sedari tadi.     

"Zahraaa." Jovan meraba ranjang di sampingnya. Tetapi ternyata kosong. Lalu dia menoleh ke sebelah tempat tidurnya.     

Hanya ada guling.     

Jovan mengerang dan membenamkan wajahnya kembali ke bantal. Dia lupa, kalau istrinya tidak ada di rumah bersamanya.     

Istrinya sedang di culik oleh Ratu Cavendish.     

Iya. Di culik. Kalau cuma di bawa Jovan pasti bisa menghubungi dirinya.     

Lha ini. Jangankan nyusul. Telpon saja tidak bisa. Seperti semua akses Jovan ke Zahra sengaja di putus oleh Mommy-nya.     

"Uhhhhhhhhh." Jovan memukul bantal di bawahnya dengan kesal.     

Jovan merasa ada yang kurang. Mungkin karena sudah terbiasa bangun tidur dengan Zahra di pelukannya. Terbiasa mandi dan di siapkan bajunya oleh Zahra. Terbiasa sarapan dengan masakan Zahra walau sederhana.     

Pokoknya, Jovan terbiasa ada Zahra di sampingnya.     

Jadi saat Zahra tidak ada.     

Jovan merasa ada yang kurang, merasa ada yang tidak pas. Kayak makan sayur tanpa garam. Hambar.     

"Aaakhhhhhh." Jovan kesal harus mengalami ini. Dia mau Zahra kembali. Mau ngemut bibirnya yang merah. Mau resmes dadanya yang enggak gede tapi kenyal-kenyal enak. Mau mendengar desahan Zahra yang pelan tapi sexy.     

Ahhhhh.     

Jovan Mau belah durennnnnnnnnnnn.     

"Siallll." Jovan mengumpat dan langsung bangun dari ranjang begitu merasakan sosisnya mulai berdenyut dan mengencang.     

Baru membayangkan Zahra saja sudah langsung mengeliat ingin di puaskan.     

Gimana kalau ketemu Zahranya langsung. Pasti Jovan terjang.     

Jovan masuk ke kamar mandi dan menyalakan air dengan suhu paling dingin.     

Ini baru tiga hari Yaalllloooooohhhhhhh. Gimana kalau sebulan.     

Fix. Sosis miliknya bakalan mengkerut permanen.     

***     

"Zahraaa, sini dekat mommy." Ai menarik kursi di sebelahnya.     

Zahra hanya bisa tersenyum dan mengucapkan terima kasih.     

Tiga Minggu tinggal di Cavendish membuat Zahra agak mengerti kebiasaan ibu mertuanya yang tidak suka makan sendirian.     

Ai terbiasa makan di temani seseorang. Dan jika yang mulia Raja sedang tidak ada di kerajaan. Maka Ai akan mengajak siapa pun ke meja makan. Pelayan, bodyguard. Siapa saja yang bisa menemani dirinya makan.     

Dan karena sekarang ada Zahra. Maka  Zahralah yang bertugas menemani ibu mertuanya.     

Bukan hanya makan. bahkan ke berbagai wilayah dan kegiatan  yang Ai lakukan hampir semuanya melibatkan Zahra.     

Hingga hanya dalam waktu tiga Minggu ini Zahra merasa sudah hafal separuh isi istana beserta penghuninya.     

Zahra merasa tersanjung dan di hargai serta di akui keberadaannya di kerajaan Cavendish.  Padahal waktu pertama bertemu Ai. Zahra berfikir Ai itu Ratu yang menakutkan, galak dan pasti sombong. Tapi, ternyata Ai sangatlah ramah, tidak suka di perlakukan sangat formal dan bisa di bilang sangat energik.     

"Zahra mau makan apa?"     

"Apa saja yang sudah tersedia mommy," jawab Zahra sudah mulai terbiasa memanggil Ai tanpa embel-embel Ratu atau yang mulia.     

Dan inilah salah satu yang di sukai Zahra dari sang mertua. Jika biasanya Ratu atau orang-orang kalangan atas. Harus di layani saat makan. Tidak dengan Ai. Dia suka memilih makanannya sendiri.     

Ai itu Ratu yang sangat santai. Tidak seperti Ratu pada umumnya yang harus makan Hidangan mewah, satu makanan dengan 10 sendok aneka bentuk berjejer. Makan dengan penuh adat kesopanan dan taat Krama. Tidak boleh bicara, tidak boleh mengeluarkan suara denting piring, tubuh tegap, mulut tidak boleh terbuka terlalu lebar dan satu suap yang butuh setengah jam hanya sekedar untuk mengunyah.     

Ai tidak melakukan itu semua. Ratu yang satu ini melakukan segala sesuatu sesuai keinginannya. Bahkan jika dia ingin bersendawa. Dia tidak malu mengeluarkannya saat itu juga.     

"Ih ... Zahra. Kamu kan lagi hamil. Memangnya Tidak ada makanan apa gitu yang ingin kamu makan? Ayolahhhh, aku kan juga ingin merasakan nurutin ngidam mantuku."     

"Tapi, Zahra memang lagi tidak ingin makanan yang sepesial. Apa saja asal halal pasti Zahra makan kok."     

Ai cemberut.     

"Kamu yakin? Enggak ingin makan atau ngidam sesuatu?"     

"Tidak mommy."     

"Rugi kamu kalau hamil enggak pakai acara ngidam. Kamu tahu enggak? Waktu mommy hamil Javier dan Jovan. Mommy nyindam banyaaaakkkkk banget."     

"Minta mas David nyari mie instan keluaran Indonesia waktu tengah malam. Padahal kami lagi di Jerman. Minta koleksi uang berbagai negara. Minta sepeda sama pak Jokowi. Bahkan aku pernah mengubah ruang tamu mas David menjadi panggung konser dangdut dadakan. Uh .... Menyenangkan tahu. Ayolah Zahraaa. Ngidam yaaaaaaa. Ngidam apa gituuu. Yang bisa bikin orang susaahhh. Ngidam yaaaaaaa."     

Zahra tersenyum canggung. Dia kan memang tidak ingin apa-apa. Masak enggak ngidam malah di paksa suruh ngidam!!     

Mana nyidamnya harus bikin orang susah. Itu nyidam apa emang mau ngerjain orang?     

Hufttt Zahra sekarang jadi tahu. Dari mana sifat usil Jovan berasal.     

Tuh kan mikirin Jovan. Zahra jadi kangen. kenapa harus di pingit segala sih? Mana Tidak boleh berkomunikasi lewat apa pun lagi. Zahra kan jadi rindu berat.     

Kira-kira suaminya lagi apa ya di sana? Sudah makan apa belum? Siapa yang nyiapin bajunya? Sholatnya bolong apa tidak?     

Apa Jovan juga Kangen Zahra? Apa suaminya juga merindukannya?     

"Zahra?" Zahra tersentak kaget saat Ai menegurnya.     

"Iya Momy?"     

"Malah ngalamun. Mikir apaan? Kangen Jovan?" Tebak Ai dan Zahra langsung menunduk malu.     

"Selamat malam mommy."     

Sebuah sapaan yang membuat Ai dan Zahra menoleh ke asal suara.     

"Ashokaaaa." Ai berdiri dan langsung memeluk anak bungsunya itu.     

Ashoka membalas pelukan Ai. Tapi sudut matanya mengeryit melihat seorang perempuan di meja makan.     

"Aku benci harus berjinjit kalau ingin menciummu." Protes Ai dan langsung mendapat kekehan dari anaknya.     

Dengan senang Ashoka menundukkan wajah agar Ai bisa mencium kedua pipinya. Kebiasaan Ai walau anaknya bahkan sudah dewasa.     

"Oh ... kenalkan ini Zahra. Kakak iparmu. Istrinya Jovan."     

"Selamat malam kakak ipar." Ashoka mengulurkan tangannya. Tapi Zahra hanya menangkupkan kedua tangannya di depan.     

"Bukan mahrom sayang," ucap Ai menjawab kebingungan anaknya.     

"Mahrom? Ah ... Muslim taat. Tidak boleh bersentuhan antara pria dan wanita yang bukan suami istri. Benar kan?" Ashoka ikut duduk  di sebelah Ai.     

Giliran Zahra yang menatap Ashoka bingung. Muslim taat. Memang dia bukan muslim.     

"Dia Kristen," ucap Ai seolah bisa menebak pikiran Zahra.     

"Oh ...." Zahra tersenyum canggung.     

"Tidak usah Heran begitu. Aku memang membebaskan anak-anakku memilih keyakinan masing-masing. Yang namanya kepercayaan kan Tidak bisa di paksakan. Duo J ikut keyakinanku Asoka ikut Omanya."     

"Oh ... ya bagaimana kabar mantan Ratu Cavendish?" Tanya Ai yang memiliki kebiasaan menggoda ibu mertuanya yang kaku. Makanya sekarang Ai jadi kebiasaan memanggil mertuanya itu dengan sebutan mantan Ratu Cavendish. Kalau mendengar hal itu biasanya Stevanie akan cemberut. Dan Ai suka.     

"Oma sehat. Dan sedang belajar menanam tomat."     

"Tomat? Hohoooo mantan Ratu banting setir menjadi petani tomat. Hemm tidak buruk." Ai berkata sambil mengedipkan mata.     

"Mommmm."     

"Iya-iya cucu kesayangan Oma." Ai mencubit pipi Ashoka.     

"Ngomong-ngomong di mana Jovan?" Ashoka melihat ke sekeliling mencari keberadaan kakaknya.     

"Ashoka! Berapa kali mommy bilang panggil kakak Jovan. Walau tubuhmu lebih tinggi dan besar dari mereka kamu itu tetep adiknya. Jadi jangan panggil hanya Jovan saja. Nggak sopan itu namanya." Ai mengingatkan.     

"Yes mom. Sorry. Jadi di mana kakakku Jovan?" Ucap As dengan kata kakak lebih diperjelas.     

"Dia di Indonesia."     

"Serius? Istrinya di sini dan kak Jovan di Indonesia?" Asoka itu sudah hafal kelakuan pria Cohza yang posesip dengan wanitanya. Jadi  saat mendengar Zahra di sini sementara suaminya Jovan ada di Indonesia itu agak terasa janggal.     

"Momy sengaja memisahkan mereka soalnya mereka menikah diam-diam. mom kesel, Makanya sekarang mereka aku pingit. Alias enggak boleh ketemu selama sebulan sebelum di adakan acara pernikahan ulang di cavendish."     

"Lagipula kakak kamu yang satu itu memang kurang ajar Masa dia mau po ...." Ai membekap mulutnya saat hampir keceplosan kata poligami.     

Kalau Zahra dengar bahwa Jovan memang berniat poligami kan kasihan. Yang ada nanti Zahranya sedih, setress, trus terjadi apa-apa sama kandungnya.     

Ashoka memandang Ai seolah menanti kelanjutan bicaranya.     

"Sudahlah pokoknya mommy kesel sama Jovan."     

Mendengar itu Zahra langsung merasa tidak enak. "Maaf mommy, kami tidak bermaksud menyembunyikan pernikahan kami. Tapi ...."     

"Zahra. Mommy tidak menyalahkan kamu. Karena ini bukan salahmu. salahkan Semua ini pada Jovan." Ai menenangkan menantunya.     

"Kamu harus Ingat satu hal. Bahwa WANITA ITU SELALU BENAR."     

"Jadi, kamu benar. Jovan yang salah. Oke?" Lanjut Ai penuh penekanan.     

Zahra hanya mengangguk patuh.     

"Kamu jangan tertawa." Ai melirik Ashoka yang terkekeh di sebelahnya.     

"Sory mom." Ashoka menutup mulutnya masih dengan senyum di bibirnya. Mommy-nya itu memang luar biasa.     

Yeah.     

Di dunia ini ada 3 orang yang selalu benar.     

1.Wanita.     

2. Emak-emak.     

3. Bos.     

Jadi jika kalian punya bos seorang wanita dan dia sudah emak-emak.     

Mampus sajalah.     

Kelar hidupmu.     

Karena dia tiga kali lipat lebih benar.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.