One Night Accident

IMPOTEN 41



IMPOTEN 41

0Enjoy Reading.     
0

***     

Zahra kembali ke kamarnya di kerajaan dengan bahagia. Ternyata kita memang tidak boleh menilai segala sesuatu itu dari sampulnya.     

Ratu Ai terlihat galak dan sombong. Tapi ternyata sangat absurd dan menyenangkan. Ashoka terlihat gagah dan menyeramkan ternyata sangat baik dan ramah.     

Jovan sangat tampan arogan malah terlihat menggemaskan. Bahkan ternyata suaminya hanyalah playboy cap cicak.     

Walau setelah menikah dengan Zahra sudah sembuh sih. Batin Zahra senang.     

Zahra mengeryit saat lampu kamarnya mati. Biasanya Zahra tidak pernah mematikan lampu karena tidak suka gelap.     

Zahra baru menutup pintu kamar saat ada yang membekapnya. Seketika Zahra ingin menjerit dan berusaha memukul siapa pun yang ingin menangakap atau mencelakai dirinya.     

"Stttt Zahra. Ini mas Jovan." Jovan membekap mulut Zahra dan menekan ke pintu sambil menguncinya agar tidak bergerak.     

"Mppppttttt." Zahra melepas tangan Jovan dari mulutnya.     

"Masss, ngapain gelap-gelapan. Pakai acara di bekap lagi. Kaget aku." Zahra cemberut. Suaminya kalau becanda bikin kesal.     

"Stttt. Jangan berisik. Nanti mommy dengar." Jovan memeluk Zahra dengan erat.     

"Kenapa?"     

"Nanti kita bicarakan. Sekarang biarkan mas peluk kamu dulu."     

"Astagaaaa, mas kangen banget sama kamu, tahu nggak sih." Jovan langsung menciumi seluruh wajah Zahra sampai berulang kali hingga merata.     

"Masssssssssssssssss." Zahra hanya merengek karena geli dan bahagia.     

Dia juga sangat kangen dengan suaminya. Jadi saat Jovan malah melumat bibirnya Zahra langsung mengalungkan kedua tangannya ke leher Jovan sambil berjinjit. Mempermudah akses ke dalam mulutnya.     

Jovan melenguh senang. Tidak percuma usahanya mencapai Cavendish. Kalau yang dia dapat sambutan semenyenangkan ini.     

"Aaakhhhhhh." Zahra terkesiap saat Jovan mengangkat roknya ke atas dan sebelah kakinya di angkat ke atas.     

"Issshhhh Zahra. Udah berapa kali mas bilang. Kalau pakai rok ya rok saja. Udah pakai rok panjang dalamnya pakai legging panjang. Dalamnya lagi pakai shot dan masih ada celana dalam. Susah kan bukanya." Jovan merenggut melihat ke bawah.     

"Ya sudah, biar Zahra yang buka."     

"Enggak keburu. Mas udah Tidak tahan." Dan sebelum Zahra mencerna perkataan Jovan. Dia mendengar suara robek di bawah sana.     

"Massppppttt." Protesnya di redam ciuman Jovan sambil sebelah tangannya masih sibuk menyingkirkan celana legging dan celana dalam Zahra sekaligus.     

Zahra mencengkram pundak Jovan saat tiba-tiba suaminya berjongkok dengan sebelah kaki di bahunya.     

Zahra langsung mendongak dan mengerang begitu lidah Jovan bermain di kewanitaannya.     

Jovan sengaja langsung menyerang ke inti. Karena dia benar-benar sudah di ujung tanduk. Jadi sebaiknya dia segera membuat Zahra basah agar cepat bisa di masuki.     

"Masssss, udahhh. Akhhhhhh." Zahra semakin mendongak dan meremas rambut Jovan dengan kencang. Tubuhnya melenting merasakan kenikmatan yang terus di berikan lidah dan Jari Jovan yang kini ikut masuk dan mengocok miliknya hingga semakin basah dan membengkak.     

Zahra terus mendesah dan semakin kelimpungan karena klitorisnya kini menjadi sasaran.     

"Masssss, Zahra ingin pipis. Awas minggir mass." Kaki Zahra gemetar hebat, kepalanya sudah bergerak ke kanan dan ke kiri saking Tidak tahan.     

"Masss, seriusssss. Akhhhhhh. Zahra mau pipissss. Bukan organsme. Massss, akhhhhhh .     

.. Masssssssssssssssss." Zahra berteriak  kencang. Seluruh tubuhnya mengejang ngejang tidak karuan mencapai kenikmatan.     

Jovan langsung berdiri tapi sebelah tangannya tetap menopang tubuh Zahra yang masih terus terhentak nikmat dan sebelah lainnya terus mengocok milik Zahra hingga tanpa bisa di tahan.     

Zahra organsme sekaligus terkencing-kencing di tangannya.     

Zahra langsung ambruk di pelukan Jovan dengan nafas terengah-engah.     

Sekejap kemudian dia memukuli dada Jovan karena kesal.     

Sungguh dia sangat malu karena terkencing-kencing di lantai tepat di balik pintu kamar.     

Jovan hanya terkekeh. Tahu pasti wajah Zahra  sangat memerah.     

Sebelum Zahra meluapkan kekesalannya lagi. Jovan kembali mengangkat sebelah kaki Zahra. Lalu dalam satu hentakan kuat tubuh mereka menyatu. Membuat Zahra kembali menjerit karena terkejut     

"Astagaaaa. Ini benar-benar nikmat." Jovan mengerang dan meremas dada kenyal istrinya sambil mulai menggerakkan tubuhnya maju mundur dengan lembut.     

"Massss."     

Rengekan Zahra semakin membuat Jovan semangat. Dalam satu tarikan kasar. Kini Jovan memereteli baju Zahra hingga tidak berbentuk dan memperlihatkan dadanya yang tegak menantang.     

Jovan mengelus dan meremasnya dengan penuh perasaan. Ternyata dia memang sangat merindukan istrinya.  Sampai terasa menyakitkan.     

"Zahraaa. Maaf." Belum sempat Zahra menjawab. Jovan sudah menggerakkan tubuhnya dengan sangat kasar.     

Zahra sampai terhentak-hentak tidak karuan karena baru kali ini suaminya bercinta dengan kecepatan tinggi dan seperti penuh emosi.     

Zahra sampai megap-megap dan kualahan. Bahkan seluruh pegangan di tangannya terasa tidak cukup karena Jovan semakin brutal.     

"Masss, akkhhh akhhhhhh. Pelannnn."     

"Maaf, maaf." Jovan tidak bisa menghentikan ini. Dia terlalu rindu sampai tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Seolah-olah jika dia memberi Zahra jeda. Maka Zahra akan di bawa pergi lagi.     

"Aaaaaaaaaaaaaa." Tubuh Zahra kembali kelonjotan dan Jovan semakin beringas karena merasakan denyutan yang sangat kencang meremas sosis jumbo miliknya.     

"Aaakhhhhhh." Jovan mengerang dan menusuk Zhara hingga sampai ke pangkal lalu terasa semburan kenikmatan Jovan memenuhi rahim Zahra dalam beberapa kali semprotan.      

Jovan terengah-engah sambil memeluk Zahra yang terlihat lemas.     

'Apa yang kamu lakukan padaku? Sampai aku melakukan hal gila hanya agar bisa segera menemuimu.' batin Jovan sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Zahra.     

"Mas, pindah ke ranjang yuk. Zahra pegal dan lemas."     

'Shittttt' Jovan memaki dalam hati. Lihatlah saking tidak tahan ingin segera menikmati Zahra. Dia sampai lepas kendali dan membiarkan istrinya yang hamil bercinta sambil berdiri.     

Siallll.     

Jovan menyalakan lampu dan mengangkat tubuh Zahra lalu membaringkannya di atas ranjang. Dia tidak mau mengambil resiko terpeleset karena gelap saat menggendong istrinya.     

Zahra langsung menarik selimut menutupi tubuhnya begitu di baringkan. Tadi keadaan gelap. Jadi rasa malu bisa di tutupi. Tapi sekarang terang benderang dan Zahra benar-benar risih dengan tatapan Jovan yang seperti ingin menerkamnya lagi.     

"Mas. Em ... Bagaiman mas bisa ke Cavendish? bukannya kita masih di pingit ya sampai Minggu depan?"     

Andai Zahra tahu, perjuangan Jovan menuju Cavendish seperti apa.     

"Lupakan hal itu.  Mas terlalu kangen sama kamu makanya cepat-cepat kesini." Jovan naik ke atas ranjang dan menarik Zahra mendekat.     

"Dari pada mikirin yang tidak penting mending sekarang kita temui kangen dulu. Memang kamu enggak kangen sama mas?"     

Zahra mengangguk malu-malu. Sambil meremas selimut di atas dadanya.     

"Zahra ... Iya love you." Jovan mencium bibir Zahra lembut sambil menarik selimut yang menutupi tubuh telanjangnya.     

Sebaiknya Jovan memanfaatkan malam ini sebaik mungkin. Mungkin melakukan temu kangen sampai pagi.     

Karena jika besok pagi Jovan ketahuan momynya.     

Jovan yakin dia akan di libas seketika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.