One Night Accident

IMPOTEN 44



IMPOTEN 44

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Mas, nanti kalau anak kita sudah lahir. Mau di kasih nama apa?" tanya Zahra yang sedang bahagia karena Jovan benar-benar memanjakan dirinya.     

Jovan mengelus perut Zahra yang baru terasa sedikit menonjol dengan lembut. "Kan belum tahu cewek apa cowok. Emang dek Zahra mau kasih nama apa?"     

"Zahra enggak tahu. Menurut mas bagusnya apa?" tanya Zahra kembali dengan tubuh yang semakin menempel ke Jovan.     

Saat ini mereka sedang tidak memiliki kegiatan yang penting. Jadi, Jovan mengajak Zahra berjalan ke taman belakang yang penuh bunga. Tentu saja dengan Ai yang juga ikut karena lagi mode suka punya mantu yang lagi hamil.     

"Zahraaa, please. Suami kamu itu mukanya bule. Bisa enggak di panggil yang lain saja. Jangan mas deh. Mommy geli mendengarnya." Ai duduk di bangku taman sambil mengamati pasangan di depannya yang sepertinya sedang tahap sayang-sayangnya.     

Sudah tiga hari sejak Jovan di hukum dan Ai tidak bisa memisahkan mereka berdua.     

Laksana beha dengan kaitannya. Rapettt tak terpisahkan.     

Jovan dan Zahra nempel terus seperti ABG yang lagi kasmaran. kemana-mana berdua makan berdua, jalan-jalan berdua, nonton TV berdua dan yang pasti kalau masuk kamar pasti berdua.     

Karena kalau ada orang ke tiga. Berarti yang ke tiga adalah setan.     

Ai Sebenarnya masih ingin menghukum Jovan. Tapi apalah daya, sepertinya bayi dalam perutnya Zahra memang manja sama bapaknya. Makanya nya kalau Jovan enggak ada sebentaaaaaaar saja, Zahra akan langsung mengelilingi istana mencarinya.     

Kalau begitu bijimane Ai bisa menghukum Jovan. Susah ini.     

"Terus Zahra harus panggil apa mommy?"     

"Ya apa kek. Papa, Daddy, pipi, pupu yang unyu-unyu gitu dong. Masak muka western panggilannya mas."     

"Daddy panggil mommy tweety sampai sekarang. Grandpa panggil grandma Chicken. Enggak masalah Kan! Toh semua orang punya panggilan sayang masing-masing." Jovan membela Zahra.     

"Tapi kan ... Ishhh. Tetap aneh menurut mommy." Ai menatap Zahra dan Jovan cemberut.     

"Permisi yang mulia. Ibu suri Stevanie menunggu anda di ruang kerja."     

Ai langsung berdiri tegak mendengar penuturan ajudannya.     

"Mommy mertua datang? Kapan? Kenapa Tidak ada pemberitahuan?" Ai meminta penjelasan sambil berjalan menuju ruang kerja. Mertuanya itu bukan orang yang sabar. Jadi mendingan Ai segera menemuinya. Sebelum dia ceramah tentang Ratu yang tidak sigap dan seenak sendiri.     

Walau Ai memang begitu sih.     

"Maaf yang mulia. Kami juga tidak tahu. Tadi tiba-tiba saja ibu suri sudah ada di istana." Ajudan Ai menjelaskan sambil mengikuti langkah Ai yang semakin cepat.     

Ai langsung membuka ruang kerja ibu suri yang lama. Sebelum mertuanya itu pensiun sebagai Ratu dan di gantikan olehnya. Lalu menetap di Prancis.     

"Mom. Kenapa datang tanpa pemberitahuan. Aku kan bisa menyambutmu." Ai bercipika-cipiki dengan Stevanie sebelum keduanya duduk.     

"Aku mendapat kabar yang tidak mengenakkan."     

"Kabar apa? Apakah buruk?" tanya Ai penasaran.     

"Kabar bahwa. Daniel akan membatalkan perjodohan anaknya dengan putri Inggris? Apakah itu benar?" Stevani menatap Ai dengan tajam.     

"Kami masih membicarakan ini. Jadi, semuanya masih belum pasti," ucap Ai berusaha menenangkan ibu mertuanya.     

"Tidak perlu di bicarakan. Saya tidak setuju kalau sampai perjodohan antara kerajaan Cavendish dan Inggris di batalkan. Pernikahan itu akan tetap berlangsung." Stevanie tidak ingin di bantah.     

"Tapi mom, Jovan sudah menikah." Bantah Ai.     

"Dengan wanita anak nelayan di kampung itu?" Stevanie menatap Ai semakin tajam.     

"Ai dengarkan aku. Jovan itu adalah seorang pangeran. Dan bagaimana bisa kamu membiarkan pangeran menikahi wanita yang jauhhh dari level kita."     

Ini yang Ai tidak suka dari ibunya Daniel. Terlalu memandang rendah orang lain. "Aku juga wanita biasa. Kenapa Daniel boleh menikahi aku, sedang Jovan tidak?" Ai Tidak mau kalah.     

Stevanie melipat tangannya di meja. "Kamu bukan wanita biasa. Apa kamu lupa bahwa Keluargamu masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Keraton solo. Jadi bisa di bilang. Kamu masih keturunan bangsawan. Sedang wanita yang di nikahi oleh Jovan? Bukan siapa-siapa." Stevanie menegaskan status Zahra.     

"Zahra memang bukan siapa-siapa. Tapi, aku yakin Jovan mencintainya dan saat ini Zahra sedang hamil. Jadi, Aku tidak akan membiarkan mom memisahkan mereka. Dan membuat calon cucuku tidak memiliki keluarga lengkap. Cukup aku saja yang jadi korban anakmu hingga hamil dan merawat Javier dan Jovan sendirian." Ya, cukup Ai saja yang merasakan beratnya menjadi orang tua tunggal tanpa bisa menjelaskan dengan pasti siapa ayah dari anak-anaknya.     

Stevanie berdecih. "Seperti biasa. Kamu sudah menjadi Ratu tapi masih emosional. Siapa yang ingin memisahkan Jovan dengan istrinya Aku hanya mengatakan perjodohan dengan putri Inggris harus tetap terlaksana." Stevanie berdiri.     

"Segala perbuatan ada konsekuensinya. Dan ... Karena Jovan tidak mungkin menikah lagi. Maka harus ada yang menggantikan dirinya."     

"Ashoka?" Tanya Ai.     

Stevanie menggeleng. "Ashoka masih terlalu muda jika di sandingkan dengan putri Inggris. Lagi pula Ashoka sudah di tetapkan akan menjadi Raja Cavendish. Pengganti Daniel. Jadi pilihannya hanya satu."     

"Javier."     

"Wait, tunggu dulu. Mom tidak bisa seenak itu memutuskan. Kita harus membicarakan ini dengan Javier."     

"Tenang saja, Javier ada di sini dan sudah setuju. Benarkan Javier?" Stevanie menoleh dan Ai ikut melihat arah pandangnya. Di mana Javier ternyata duduk di sofa. Kenapa Ai tidak menyadarinya dari tadi?     

"Javier? Apa maksudnya ini? Kenapa momy mengatakan bahwa kamu setuju menikah dengan putri Inggris menggantikan Jovan?" Ai tidak percaya ini. Javier yang menutup diri untuk semua orang. Javier yang sulit di dekati dan tidak mau di atur. Menyetujui menjadi pengganti Jovan menikahi putri Inggris?     

"Lihat kamu bahkan tidak tahu apa-apa. Apa Jhonatan tidak menceritakan padamu tentang Jovan yang di hipnotis oleh Junior atas permintaan Javier?"     

Tentu saja Ai tahu. Tapi Marco hanya mengatakan bahwa pernikahan Jovan dan Zahra terjadi karena perbuatan Javier, Junior dan Alxi. Tidak ada yang mengatakan padanya jika pernikahan Jovan dengan putri Inggris gagal. Maka Javier akan menggantikan Jovan.     

"Bisa jelaskan kepada mom. Apa yang sebenarnya terjadi?" Ai menatap Javier meminta penjelasan.     

"Maaf mom. Semua yang terjadi memang salahku. Waktu itu aku terlalu kesal dengan tingkah Jovan yang selalu mempermainkan wanita dan aku yang menjadi tameng untuk semua perbuatannya maka ...." Lalu Javier menceritakan semuanya.     

Kapan Jovan di hipnotis, siapa saja yang terlibat hingga sampai akhirnya Jovan sampai di Cavendish sekarang ini.     

:lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard:     

"Mas? Mau ke mana?" Zahra heran saat melihat Jovan melewati dirinya begitu saja.     

Bukankah tadi Jovan mau menemui Javier yang baru datang ke Cavendish? Kenapa wajahnya malah terlihat kecewa?     

"Mas."     

"Masuk ke kamarmu," ucap Jovan dan terus berjalan. Tidak memperdulikan wajah Zahra yang tertegun karena baru kali ini Jovan bicara dengan nada sedingin itu.     

Tidak membentak tapi terasa seperti perintah yang tidak bisa diganggu gugat. Persis Junior kalau sedang bicara dengan orang yang tidak dia sukai.     

Zahra menunduk dan kembali ke dalam kamarnya dengan raut wajah kecewa.     

Ada apa dengan suaminya? Tadi masih manis dan seperti memuja dirinya. Kenapa sekarang seperti tidak perduli padanya?     

Zahra jadi khawatir.     

Sedang Jovan.     

Hatinya pun sama gundahnya seperti Zahra. Bahkan lebih dari gundah.     

Jovan kecewa dan sakit hati.     

Saat pengawal Omanya mengatakan Javier juga datang ke Cavendish. Jovan langsung bermaksud menemuinya.     

Hal rutin yang dilakukan Javier atau Jovan saat berpisah beberapa waktu adalah menemui satu sama lain terlebih dahulu. Bahkan sebelum mommy atau Daddy nya sekalipun.     

Tapi hari ini Jovan menyesal melakukan itu.     

Karena begitu dia sampai di pintu ruang kerja Omanya. Jovan mendengar hal yang tidak pernah dia duga.     

Javier menghianatinya. Menusuknya dari belakang.     

Mana Jovan pernah mengira bahwa apa yang terjadi dengannya adalah perbuatan Javier.     

Impoten, menikahi Zahra hingga kasus Afganistan.     

Luar biasa.     

Padahal bagi Jovan saudaranya itu adalah prioritas utama.     

Jovan rela tidak mengencani wanita dan setia dengan Zahra hanya demi Javier.     

Jovan membagi semua kejelekan dan rahasianya pada Javier. Jovan mempercayai Javier dengan sepenuh hati.     

Sayangnya hanya Jovan yang percaya padanya. Sedang Javier sendiri tidak percaya pada Jovan sama sekali.     

Jovan kecewa.     

Amat sangat kecewa.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.