One Night Accident

IMPOTEN 59



IMPOTEN 59

0Enjoy Reading.     
0

***     

4 BULAN KEMUDIAN.     

"Mas ...." Zahra mengeliat risih saat merasa tidurnya terganggu oleh ciuman yang mendarat di wajahnya.     

"Udah mau sore sayang, bangun ...." Jovan mencium leher Zahra hingga Zahra terkikik karena geli.     

Jovan pikir kebiasaan Zahra tidur siang sejak hamil akan berkurang. Ternyata tidak sama sekali.     

Apalagi kalau malam diajak begadang. Pasti betah tidur seharian.     

Bangun hanya untuk sholat, ke kamar mandi dan makan.     

Benar-benar pemalas anaknya.     

Zahra membuka matanya dan mencubit lengan Jovan karena mengganggu tidurnya. "Zahra masih ngantuk," protes Zahra sambil menoleh ke arah Jovan yang ikut naik ke ranjang dengan tangan yang mengelus perutnya sayang.     

"Bagaimana dedek hari ini? sudah nendang bunda berapa kali." Jovan mencium perut Zahra yang sudah membuncit karena sudah memasuki bulan ke tujuh.     

"Dia sama sekali tidak mau diam hari ini, makanya tidur siangku terganggu. Aku baru tidur setengah jam yang lalu," ucap Zahra mulai nyaman dengan elusan Jovan di perutnya.     

"Katanya mau belanja ke kota? Lupa ada basar di sana hmmm?" Jovan kembali mencium perut Zahra sebelum ikut berbaring dan memeluknya.     

Sejak mereka sudah baikan. Jovan memang memutuskan tinggal di Jogja sampai istrinya melahirkan. Yah ... mau bagaimanapun setiap anak perempuan pasti ingin melahirkan dengan ibu yang menemani dan membimbing dirinya.     

Jovan juga akhirnya melanjutkan spesialisnya di Jogja. Terpaksa sih, karena Jovan yang sebenarnya ingin cuti menemani Zahra malah terus diceramahi istrinya tentang otaknya yg jenius tapi disia-siakan bahkan cenderung mendesaknya agar segera lulus dan benar-benar jadi dokter.     

Padahal tanpa ijazah apa pun Jovan dan Javier sudah sering menangani orang sakit. Dari yang biasa sampai yang parah. Ijazah hanya formalitas agar tidak dikatakan melakukan praktek ilegal saja sebenarnya.     

"Kamu pulang lebih cepat?" tanya Zahra melihat jam  dinding pukul 14.30 karena biasanya suaminya itu pulang sore jika ada jadwal di kampus.     

"Kamu bilang ingin ke bazar? makanya aku pulang cepat."     

Yeahhh, Jovan si pangeran Cavendish yang sanggup membeli Mall beserta isinya harus ikhlas lahir batin menemani istrinya yang ternyata penggila diskonan, bazar atau apa pun yang katanya lagi murah.     

Jovan sudah membelikan Zahra baju, tas, sepatu dengan harga fantastis. Tapi, apa yang terjadi? Berakhir terpajang di lemari. Hanya terpakai kalau ada mommynya main ke Jogja. Selebihnya, katanya sayang kalau mau memakainya takut kotor.     

Padahal Zahra mau sekali pakai buang juga Jovan mampu membelinya.     

Itulah Zahra dengan semua kesederhanaan atau keiritannya.     

"Kamu bolos?" Zahra memicingkan matanya.     

"Enggaklah, suamimu kan cerdas jadi saat yang lain masih sibuk bahas teori, suamimu ini sudah menyelesaikannya." Jovan mencium gemas pipi Zahra yang semakin tembem karena kehamilannya.     

"Ya sudah mandi dulu sana." Zahra berusaha mendorong tubuh Jovan menjauh saat Jovan bukannya berhenti malah terus menciumi seluruh wajahnya.     

"Gemesin banget sih, istriku."Jovan menggeser tubuhnya semakin menempel dengan Zahra.     

"Aku kangen sama kamu." Jovan memanggut bibirnya hingga Zahra mengerang lirih.     

"Aku cinta sama kamu." Jovan kembali mencium Zahra. Kali ini tanpa jeda. Menjilat, menghisap dan menyatukan lidah mereka lebih dalam dan intens.     

"Uchhh ...." Zahra mulai menggeliat merasakan sesuatu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.     

Seperti biasa tangan Jovan yang terampil kini sudah berhasil menyingkirkan baju hamil yang dikenakan Zahra.     

"Makin gede sayang," ucap Jovan merasakan payudara istrinya yang semakin membengkak karena memproduksi ASI.     

"Akhhhhhh." Zahra tersentak kaget saat tanpa basa basi Jovan langsung menghisap putingnya dengan rakus.     

Zahra meremas rambut Jovan dan menengadahkan wajahnya menikmati apa pun yang tengah dilakukan suaminya. Zahra selalu suka.     

Entah karena Zahra yang sekarang berubah jadi mesum atau memang Jovan yang terlalu pintar memancing gairahnya. Zahra tidak perduli, dia hanya tahu dia menikmati semua sentuhan dan belaian yang dilakukan Jovan. Mulai dari leher, dada, tulang selangka lalu turun ke pinggang, perut dan sampai di paha. Semua terasa pas dan nikmat.     

"Geser sedikit sayang." Jovan mengelus paha Zahra dan Zahra menuruti keinginan suaminya dengan membuka jalan untuk jemari Jovan agar bisa menjelajahi miliknya yang tersembunyi.     

Jovan memainkan jarinya dengan irama yang lembut. Kepalanya terbenam di antara kedua payudaranya yang selalu membuatnya gemas ingin melahapnya hingga Zahra mendesah dan menjerit karena nikmat.     

"Masssss," Zahra mulai merengek, kakinya semakin membuka lebar, dadanya naik turun dengan cepat. Merasakan bagian intimnya di goda dengan cara sensual sehingga Zahra hampir lupa bernafas.     

Jovan menikmati semua ekspresi Zahra dengan tersenyum sementara jarinya masih sibuk keluar masuk di tempat yang semakin basah dan tetap sempit walau sudah Jovan nikmati berkali-kali.     

"Massss ayolahhhhh." Zahra meremas seprai dengan kuat, jantungnya terasa berdegup dengan sangat cepat, nafasnya tersengal-sengal diiring rintihan dan desahan yang semakin kencang. Tubuhnya seperti tersengat listrik hingga terasa sampai ke jemari kakinya. Punggungnya melengkung indah dengan puting yang terlihat tegak berdiri dengan indahnya.     

"Mas Jovannnnnnnn." Tubuh Zahra akhirnya mengejang saat orgasme mendatanginya. Seluruh tubuhnya terasa bergetar sebelum kemudian terjatuh lemas dengan mata terpejam puas.     

Jovan menjilat jemarinya yang penuh cairan kenikmatan milik Zahra. Seolah-olah itu rasa dan aroma ternikmat di dunia. Tak butuh waktu lama bagi Jovan untuk melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Dengan kesabaran dan ekstra hati-hati Jovan mulai menempatkan sosis jumbo kebanggaannya ke gua milik Zahra.     

Zahra melenguh dan Jovan mendesis merasakan jepitan hangat milik istrinya. Jovan memegang pinggul Zahra dan mengelusnya pelan agar istrinya semakin menikmati penyatuan mereka. Sesaat kemudian Jovan mulai menggerakkan miliknya keluar masuk dengan sangat lembut bahkan terkesan seperti bermalas - malasan.     

Jovan bisa merasakan sensasi hebat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Di mana kejantanannya serasa dicengkeram kuat dan di remas dengan kedutan super nikmat. Jovan semakin melenguh dan mengelus seluruh tubuh Zahra yang sudah bermandikan keringat. Adrenalinnya meningkat dan gerakannya pun semakin lama semakin kuat tapi tidak kasar.     

Zahra masih memejamkan matanya, menikmati setiap getaran akibat penyatuan tubuhnya dengan Jovan. Rasa nikmat yang di berikan Jovan semakin membawanya melayang tinggi. Tubuhnya ikut terhentak - hentak setiap kali Jovan menghujam dengan keras. Bahkan kini dia ikut bergerak mengikuti irama yang di ciptakan oleh sang suami.     

"Ngghhhhhh, Jovannnnnn." Sedikit lagi dan Zahra tahu dia akan segera merasakan puncak kenikmatan yang baru beberapa saat lalu dia raih. Kepalanya bergerak semakin gelisah, tubuhnya meremang, kakinya mengapit pinggul Jovan dengan erat.     

Mendengar namanya yang di sebut dengan suara sexy membuat Jovan semakin mengerang keras dan mulai bergerak cepat dan tidak beraturan. Gairah di dalam miliknya terasa semakin menumpuk dan membesar, ada yang berdenyut dan memaksa ingin dikeluarkan.     

Zahra tahu ini batasannya, dia sudah tidak bisa berpikir dan meracau tidak karuan. Dia merasakan milik Jovan yang semakin membesar dengan gerakan lebih kuat di setiap hujamannya. "Jovannnnnnnnnnnnn." tubuh Zahra menggelepar dan mengejang, miliknya menyemburkan cairan kepuasan dengan sangat deras. Bersamaan dengan sentakan terakhir Jovan ketika meledakkan seluruh spermanya memenuhi rahim hangat milik Zahra.     

Tubuh Zahra semakin terhempas lemas dengan dada naik turun berusaha menormalkan nafasnya. Jovan menyangga tubuhnya dengan tangan di samping kanan dan kiri Zahra agar tidak menindihnya sebelum dengan perlahan melepaskan penyatuan mereka.     

Jovan rebah di samping tubuh Zahra dan menyangga kepalanya dengan sebelah tangan. Asik menatap wajah istrinya yang terlihat lelah tapi bahagia.     

Kepuasan yang Jovan dapatkan terasa lengkap saat melihat Zahra membuka matanya dan tiba-tiba memekik terkejut.     

Bukan Jovan yang usil. Tapi anaknya terlihat menedang perut Zahra dengan aktif.     

Melihat ayah ibunya bahagia Sepertinya anaknya ikut bahagia.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.