One Night Accident

IMPOTEN 63



IMPOTEN 63

0Enjoy Reading.     
0

Ini sudah masuk impoten Book 2 ya.     

Sebenarnya book 1 ingin ku publish semua ekstra partnya. Tetapi, ini enggak adil untuk mereka yang sudah beli di geogle play atau versi cetak.     

Jadi akhirnya dari 3 ekstra part saya memasukkan satu ekstra part di sini agar cerita tidak menggantung.     

***     

LIMA TAHUN KEMUDIAN.     

"Jovannnnn." Jovan menoleh dan hampir terjengkang saat tiba-tiba  Javier memeluknya dengan erat.     

"Aku menemukan-nya, akhirnya aku menemukan-nya Jovan." Javier semakin memeluk erat saudara kembarnya itu dengan wajah penuh kegembiraan.     

"Menemukannya? Apa yang kamu temukan? atau siapa yang kamu temukan?" tanya Jovan heran. Baru kali ini melihat Javier sesemangat ini. Biasanya dia sangat kalem dan pendiam.     

Javier melepaskan pelukannya dari Jovan lalu menatap saudaranya itu penuh haru. "Jean, aku menemukan Jean, aku sudah bilangkan Jean masih hidup dan sekarang aku benar-benar telah menemukannya."     

"Jean?" Apakah yang dimaksud Javier adalah Jessica saudara mereka yang hilang puluhan tahun silam.     

"Iya, Jean. Aku menemukannya." Javier kembali memeluk Jovan. Kali ini tidak bisa menahan air mata bahagianya.     

Setelah Jean hilang tidak ada keluarganya yang percaya bahwa dia masih hidup dan menghentikan pencarian. Hanya Javier yang masih yakin Jean tidak meninggal dan terus mencarinya hingga sekarang.     

"Akhirnya, setelah sekian lama. Aku akan bertemu Jean lagi. Aku ... Aku ... tidak tahu harus bagaimana."     

Jovan hanya terpaku melihat Javier yang seperti salah tingkah sendiri. Di dunia ini tidak pernah ada yang bisa menarik minat Javier selain Jean. Maka melihat Javier yang sekarang canggung bahkan sebelum bertemu Jean itu sangatlah menghibur.     

Tetapi ....     

"Kamu yakin yang kamu temukan itu benar-benar Jean asli?" tanya Jovan ragu-ragu. Jovan tidak mau melihat saudaranya terpuruk lagi gara-gara satu wanita. Setelah berharap sekian lama dan menemukannya. Bukankah akan sangat mengecewakan jika ternyata dia palsu.     

Cukup Jovan saja yang mengalami kesedihan.     

Javier mengusap air matanya dan menatap Jovan penuh keyakinan. "Kami sudah melakukan tes DNA. Dan bisa dipastikan dia 100% adalah Jean," ucap Javier penuh kebahagiaan.     

"Lalu, di mana dia?" tanya Jovan penasaran. Jantungnya ikut berdetak kencang karena bahagia. Benarkah akhirnya adik alias kakak, atau satu-satunya saudara wanita mereka masih hidup dan sekarang ditemukan.     

Setelah sekian puluh tahun dikabarkan sudah meninggal di lautan.     

"Ternyata selama ini dia tinggal di kota Padang. Dan sekarang aku akan segera menjemput nya." Javier terlihat sangat Eksaited. Bahkan ini adalah momen satu-satunya yang pernah dilihat Jovan ketika Javier seperti mulai hidup.     

Sebelumnya Javier memang hidup tetapi selalu ada aura suram menyelimutinya.     

"Aku ikut." Jovan juga ingin memastikan bahwa Jean ini bukan penipu.     

"Tidak, kamu di sini saja. Mom, Dady, Paman Marco belum ada yang tahu kalau aku sudah menemukan Jean." Javier ingin memiliki waktu beradaptasi dengan Jean terlebih dahulu tanpa pengganggu.     

"Maksudnya. Aku ingin menemui Jean sendiri dulu. Aku ingin memastikan apa yang menyebabkan Jean kabur dari rumah. Aku hanya  khawatir Jean dulu marah sama Mom dan Daddy. Jadi ... biarkan aku kesana sendiri dan membicarakannya," ungkap Javier tidak ingin Jean tidak mau menemui dirinya jika tahu Javier langsung membawa seluruh keluarga.     

"Baiklah. Tapi, jangan lupa selalu kabari aku, dan bawa anggota SS. Bagaimana pun, aku lebih tenang jika kamu ada yang mendampingi." Javier bisa menjaga dirinya sendiri. Jovan percaya itu. Namun demi kenyamanan, Jovan akan tetap lebih senang jika Javier tidak pergi sendirian.     

Javier mengangguk. "Aku akan naik pesawat komersil saja. Katakan pada Paman Marco, aku sedang suntuk dan mengambil cuti liburku."     

Hal yang pasti akan langsung dikabulkan Marco. Karena Javier adalah satu-satunya dokter di Rumah Sakit Cavendish yang selama ini bisa dihitung dengan jari kapan meminta cuti.     

Jovan menepuk bahu Javier ikut bahagia. Akhirnya saudaranya memiliki kesempatan untuk mendapatkan wanita yang dia cintai. "Kapan kamu berangkat?"     

"Sebentar lagi." Javier tidak mau menunda lagi.     

"Mendadak sekali?" Jovan pikir setidaknya besok. Apa Javier tidak butuh persiapan.     

"Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menunda sedetik pun untuk segera bertemu dengannya." Kali ini Javier benar-benar terlihat bahagia.     

"Baiklah, hati-hati kalau begitu. Jangan lupa mengabariku jika sudah sampai." Jovan menginginkan.     

"Tentu, aku berangkat sekarang." Javier kembali memeluk Jovan. Lalu keluar dari ruangan Jovan dengan wajah penuh semangat.     

Jovan berbalik, lalu duduk dan melihat foto Zahra di meja kerjanya. Foto yang tidak pernah dipindahkan sejak lima tahun yang lalu.     

Mata Jovan memancarkan cinta sekaligus kesedihan yang mendalam ketika melihat wajah dalam foto itu.     

Jovan menopang wajahnya sambil bergumam. "Menurutmu, apa dia benar-benar Jean? kalau iya pasti Javier sangat bahagia karena wanita yang dia cari seumur hidupnya akhirnya dia temukan."     

Hening.     

"Andai aku bisa mencarimu seperti yang dilakukan Javier. Pasti aku akan menyisir seisi dunia untuk menemukanmu."     

Jovan mengelus foto zahra. "Dan jika itu terjadi aku pasti sangat bahagia jika berhasil mendapatkanmu."     

Jovan tersenyum dengan penuh kepahitan.     

Jovan memang sudah mengikhlaskan kepergian Zahra. Tapi, dia masih bisa merasakan sesak di dadanya setiap memandangi fotonya.     

"Andai kamu kabur seperti Queen. Aku pasti semangat mencarimu. Sayangnya ... kamu malah kabur ke tempat yang aku ketahui tapi tidak bisa aku jangkau." Jovan mengelus foto Zahra lagi sebelum menghembuskan nafas pelan. Berusaha menekan rasa sakit di dadanya.     

"Kamu bahagia kan di sana?" tanya Jovan dengan wajah sedih.     

Jovan sangat mencintai Zahra. Saking cintanya sampai-sampai dia yang dulu playboy dan penjahat wanita sekarang malah tidak berminat sama sekali dengan wanita.     

Mau ada cewek semok, bahenol, semlohay lagi menari telanjang di depan wajahnya juga Jovan biasa saja.     

Tidak ada niat mendekati apalagi mengajaknya ke kamar untuk di tunggangi.     

Bagaimana mau menunggangi kalau miliknya saja impoten.     

Entah benar-benar impoten atau dia yang tanpa sadar mengimpontenkan dirinya sendiri.     

Jovan sudah memeriksa kesehatan dirinya setelah kecelakaan yang menewaskan istrinya dulu. Tapi, tidak ada yang bermasalah dengan tubuhnya. Semua sehat walafiat.     

Paman Marco juga mengatakan bahwa penyebab Jovan impoten karena pemikiran dari otaknya sendiri yang sepertinya merasa bersalah dengan almarhumah istrinya jika Jovan sampai tertarik atau meniduri perempuan lain.     

Dan paman Marco percaya. Kalau suatu hari nanti. Impoten Jovan akan sembuh saat Jovan sudah menemukan wanita yang tepat yang akan menggantikan Zahra di hatinya.     

Walau Jovan sangksi hal itu akan terjadi. Tapi Jovan memilih percaya saja. Toh kalaupun hal itu tidak terjadi, Ia sudah punya Mahesa yang menjadi keturunan-nya.     

Jovan sudah puas dengan hidupnya yang sekarang. Hanya dia dan Mahesa.     

Dan di hatinya cukup hanya nama Zahra saja yang bersemayam.     

Tak perlu di tambah atau di kurangi.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.