One Night Accident

IMPOTEN 69



IMPOTEN 69

0Enjoy Reading.     
0

***     

Tiga Minggu kemudian.     

Setelah tiga Minggu penuh melakukan sandiwara yang melelahkan. Akhirnya Jovan bisa kembali pulang ke Indonesia. Karena, sebelum pulang Jovan harus menyelesaikan sinetron strippingnya.     

Jovan menyebutnya sinetron stripping karena sebelum ke Indonesia. Jovan harus mendatangi berbagai tempat bersama Ella. Semacam kunjungan kenegaraan, ramah-tamah dengan rakyat. Membuat berbagai video yang berisi kegiatan sehari-hari pengantin baru.     

Sayangnya semua video itu tidaklah real. Karena akan di tayangkan setelah Jovan kembali ke Indonesia. Dengan pencantuman tanggal dan waktu yang berbeda.     

Kegunaannya agar semua orang di dunia mengira Jovan dan Ella masih tinggal di Inggris. Dan keberadaan mereka di Indonesia tidak terganggu.     

Nanti jika sudah beberapa bulan berlalu dan berita mengenai mereka sudah surut barulah Jovan akan kembali ke rutinitasnya yang biasa. Menjadi dokter di rumah sakit Cavendish dan merawat pasien-pasiennya.     

Jovan menegakkan tubuhnya saat memasuki komplek perumahan tempat Ia tinggal selama ini.     

"Bukankah kita harus mengantar Ella dulu?" tanya Jovan kepada pengawal pribadinya.     

"Benar tuan."     

"Lalu kenapa kita ke sini?"     

"Karena rumah yang akan di tinggali putri Ella ada di sini."     

Jovan baru akan bertanya di mana saat mobil yang ia naiki sudah berhenti dan memasuki halaman yang luas.     

Shitttttttt.     

Kenapa Daddynya tidak mengatakan kalau rumah yang ditinggali Ella hanya berjarak dua rumah dari kediamannya?     

Kalau begini caranya bagaimana bisa Jovan menyuruh Ella selingkuh. Nanti keluarganya yang lain curiga. Jovan harus segera mencari cara untuk mengatasi ini.     

Jovan turun dari mobil dan mengantarkan sang putri Inggris memasuki rumah yang akan dia tinggali selama di Indonesia. Sebenarnya Jovan sudah tidak tahan ingin segera meluncur ke Jogja menjemput Mahesa. Tapi, Jovan harus menahannya beberapa jam lagi demi kesopanan dan kenyamanan sang tuan putri.     

Setelah menunjukkan seluruh isi rumah dan tentu saja kamar Ella. Jovan merasa ini sudah cukup.     

"Jika kamu butuh sesuatu lagi katakan saja padanya." Jovan menunjuk seorang asisten yang juga sudah tersedia di rumah ini.     

"Trima kasih. Jovan."     

Jovan mengangguk. "Aku harus pergi, semoga betah di sini. Selamat siang."     

"Selamat siang." Putri Ella mengangguk formal dan Jovan langsung berjalan ke luar menuju rumahnya sendiri. Bersiap-siap menjemput Mahesa.     

Tapi saat Jovan masuk ke dalam rumahnya tiba-tiba ada tubuh kecil yang langsung melompat ke arahnya.     

"Ayah ... Mahesa kangennnn." Mahesa memeluk Jovan dengan wajah bahagia.     

Jovan langsung menyambut pelukan anaknya dan membawanya berdiri sambil menciumi wajah Mahesa. Sedang Mahesa tertawa senang dengan tangan merangkul lehernya lebih erat lagi.     

"Ayah juga kangen banget sama Mahesa." Karena saat ini hanya Mahesa yang bisa membuat Jovan bertahan.     

"Kok Mahesa ada di sini? Ayah baru mau ke Jogja jemput Mahesa." Jovan bertanya sambil berjalan sampai ke sofa. Lalu ia duduk dan membawa Mahesa di pangkuannya.     

"Kata Mbah Kakung ayah pulang hari ini, makanya kemarin Mbah Kakung antar Mahesa."     

"Terus sekarang Mbah Kakung di mana?" tanya Jovan saat tidak mendapati mertuanya di manapun.     

Hanya ada Marni yang tadi sepertinya menemani Mahesa bermain.     

"Di rumah opa Marco."     

Jovan mengangguk dan kembali menciumi Mahesa sampai anaknya tertawa terpingkal-pingkal karena geli.     

"Stopppp, Ayaahhhhhh." Mahesa mengeliat dan tertawa semakin kencang ketika Jovan sengaja menggelitiknya.     

"Awwww." Jovan pura-pura mengaduh saat Mahesa menggigit tangannya.     

"Maaf Ayah, apakah sakit?" Mahesa melihat lengan Jovan yang sedikit memerah.     

"Tidak apa-apa. Mahesa mau melihat oleh-oleh dari ayah?"Jovan tidak lupa kesukaan anaknya.     

"Di mana?" Mahesa langsung semangat.     

"Mirna minta tolong sama uki untuk membawa hadiahku di mobil," perintah Jovan pada Mirna. Karena memang hadiah mahesa dia tinggal di sana.     

"Baik kak." Mirna langsung keluar dan membantu uki mengambil hadiah untuk Mahesa.     

Mirna memang memanggil Jovan dengan sebutan kak. Solanya Jovan tidak mau dipanggil tuan karena Mirna masih ada hubungan kekerabatan dengan mertuanya walau jauh. Dan Jovan lebih tidak suka jika dipanggil Mas Jovan. Karena bagi Jovan panggilan Mas hanya boleh di ucapkan oleh Zahra.     

Walau tidak bisa melarang semua orang di Jogja memanggil Mas, setidaknya Jovan tidak mendengar setiap hari. Karena saat Zahra memanggil Jovan Mas rasanya terdengar manis. Tetapi ketika orang lain memanggilnya mas entah kenapa Jovan ingin muntah.     

"Ayah ...?"     

"Hm ...."     

"Apa benar ayah pulang mau bawa ibu tiri untuk Mahesa?" tanya Mahesa polos.     

Deggg.     

"Uhuk-uhuk ... Siapa yang memberi tahu Mahesa hal seperti itu?" Jovan terkejut. Dia tidak ada memberi tahu Mahesa soal ini karena tidak mau Mahesa sedih dan meras terabaikan kalau tahu dia menikah lagi.     

"Dava."     

"Dava?" Anaknya Alxi emang bocor semua.     

"Iya, kata Dava ibu tiri itu jahat. Dan ayah meninggalkan Mahesa karena sedang menjemput Ibu tiri untuk Mahesa."     

"Apa Mahesa melihat ayah membawa ibu tiri?" tanya Jovan langsung.     

Mahesa melihat sekeliling dan menggeleng.     

"Jadi, apa yang di katakan Dava itu tidak benar. Ayah tidak membawa ibu tiri untuk Mahesa."     

"Horeeeee, berarti tidak ada yang akan jahat sama Mahesa."     

"Memangnya siapa yang berani jahat sama Mahesa hm ...? ayah akan gigit orang itu sampai menangis."     

Mahesa tertawa senang. Tapi, sejenak kemudian terlihat berpikir.     

"Berarti Dava bohong dongk. Untung aku belum memasukkan ular milik Dava ke kolam renang."     

"Ha ... untuk apa ular phyton milik Dava di masukkan ke kolam renang?" tanya Jovan heran. Semakin lama anaknya bergaul dengan anak Alxi sepertinya anaknya ikut tercemar dengan pemikiran absurd.     

"Untuk ibu tiri. Kalau ibu tiriku berani datang. Mahesa akan jeburin dia ke kolam. Lalu aku masukkan ular Dava kedalamnya. Biar dia di makan," ucap Mahesa tersenyum bangga. Sudah siap sedia jika Jovan berani membawa ibu tiri untuknya.     

Glek.     

Ini nih akibatnya kalau membiarkan anaknya bermain sama anaknya Alxi. Jadi ikutan somplak dan sadis kan.     

Sepertinya setelah ini Jovan harus merehabilitasi anaknya agar virus keluarga Alxi tidak semakin merajalela.     

"Kolamnya tidak usah di kasih ular ya. Karena Mahesa tidak akan pernah punya ibu tiri. Oke."     

"Okeee Ayaahhhhhh."     

"Nah ... Itu hadiah Mahesa udah datang. Hadiah buat Mahesa karena sudah jadi anak baik sewaktu ayah tinggal kemarin."     

"Yeyyyy, trima kasih ayah. I love u."     

Mahesa mencium pipi Jovan dengan wajah berbinar. Kemudian melompat dari pangkuan Jovan lalu berlari senang mendekati kardus besar yang dibawa uki dan Mirna.     

Jovan tersenyum melihat Mahesa yang terus berteriak senang melihat berbagai bentuk Lego yang Ia bawakan.     

Sebagai pecinta Lego apa yang dibawa joavn seperti Harta Karun bagi Mahesa.     

Jovan tersenyum melihat kebahagiaan anakanya.     

Tenang saja nak. Ella tidak akan pernah menjadi ibumu. Karena sampai kapanpun ibu Mahesa hanyalah Zahra.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.