One Night Accident

IMPOTEN 72



IMPOTEN 72

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Hay. Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata ada di sini."     

Ella menoleh dan langsung tersenyum. "Aku sedang bosan di rumah."     

"Aku tahu. Hanya tempat ini yang kamu tuju setiap tidak memiliki kegiatan."     

"Yah ... memangnya aku bisa kemana lagi?" Ella menatap sungai di depannya yang mengalir jernih.     

"Sebenarnya aku memiliki tempat yang menarik. Mungkin kamu mau pergi ke sana."     

"Apakah jauh?"     

"Tidak. Kita bisa berkuda jika kamu mau."     

"Kalau begitu, tunggu apa lagi. Ayo berangkat." Ella berdiri dan berjalan pulang.     

"Sarah, kamu mau kemana?"     

"Ganti baju. Kita akan berkuda bukan?"     

"Bahkan kamu tetap bisa berkuda dengan pakaianmu sekarang ini."     

Ella memperhatikan bajunya. Dia memang bisa berkuda bahkan dengan posisi duduk menyamping.     

Hanya saja trauma tetaplah trauma.     

Trauma ditolak.     

Ella selalu takut ada yang menolaknya lagi. Jadi acara apapun, sesantai apapun. Dia akan berusaha tampil cantik dan mengenakan pakaian yang sesuai acara dan tema yang akan dia lakukan.     

Ella ingin semua orang yang melihatnya tidak menganggapnya jelek dan berakhir ditolak kehadirannya.     

Ella harus selalu sempurna. Agar tidak ada yang menganggapnya Tidak menarik dan berharga.     

"Aku tahu. Tapi, aku akan tetap ganti baju. sepuluh menit lagi aku akan keluar." Ella bisa mendengar suara Kevin yang mengerang pasrah.     

Semua pasti bertanya-tanya siapa Kevin.     

Kevin hanyalah teman atau bisa dibilang tetangga. Lebih tepatnya tetangga satu-satunya yang mengenalnya.     

Hampir lima tahun yang lalu Ella atau sekarang dia lebih senang dipanggil dengan Sarah. Diasingkan ketempat ini. Sebuah wilayah di perbatasan Inggris dan Skotlandia. Di mana wilayahnya kebanyakan hanya diisi oleh para petani dan peternak.     

Sarah datang sebagai anak pemilik sebuah peternakan yang sudah ditinggalkan. Bahkan tidak ada yang mengenalnya di sana. Bagaimana mau kenal, jarak satu rumah dengan rumah yang lain sekitar dua sampai 10 hektar.     

Sarah bertemu Kevin juga tidak disengaja. Waktu itu Sarah hanya sedang bosan dan duduk di pinggir sungai yang berseberangan dengan peternakan milik Kevin.     

Disanalah awal mula perkenalan mereka. Kevin seorang duda yang ditinggal istrinya karena istrinya tidak sanggup hidup di pedesaan dengan akses sosialita yang terbatas. Sedang Kevin adalah satu-satunya anak dikeluarganya yang harus meneruskan peternakan secara turun-temurun.     

Perbedaan pemikiran itulah yang pada akhirnya membuat istri Kevin pergi dan membawa pula anak mereka. Kevin sesekali bertemu dengan mereka di kota. Dan mengatakan istrinya sudah menikah lagi dengan teman kerjanya. Anaknya juga akan di ajak ke peternakan setiap liburan.     

Sarah yang memang suka dengan anak-anak. Langsung bisa akrab dengan anak perempuan Kevin yang berusia 10 tahun itu.     

"Aku pikir kamu berubah pikiran," ucap Kevin begitu Sarah keluar dengan pakaian berkuda terbaiknya.     

"Memang aku mau kemana?" Sarah langsung menuju ke istal dimana sudah ada pekerja yang menyiapkan kuda untuknya. Sedang Kevin ternyata juga sudah membawa kudanya sendiri.     

Sarah berkuda mengikuti kemanapun kuda Kevin berderap. Hingga sepuluh menit kemudian mereka sampai dirumah Kevin yang baru beberapa kali dia kunjungi.     

"Jadi, inikah tempat yang ingin kamu tunjukkan?"     

Kevin tertawa dan membantu Sarah turun dari kudanya. Lalu menyerahkan kuda-kuda tersebut ke pekerja yang sudah menyambut mereka.     

"Rumahku memang masih sama. Tapi, aku ingin memberi kejutan untukmu di dalamnya."     

"Aku sudah tidak sabar." Sarah berjalan santai saat Kevin membimbingnya masuk.     

"Oh ... My good." Sarah terpana begitu memasuki rumah Kevin.     

Rumahnya berbeda 180 derajat dari terakhir kali dia berkunjung. Sarah tidak mau terlalu berharap. Tapi, apa yang ada dihadapannya membuatnya serasa tersanjung. Rumah Kevin berubah menjadi rumah yang selama ini Sarah inginkan.     

"Itu bunga?" Sarah menghampiri dinding dan merabanya. Lalu melihat meja yang juga berisi bunga.     

"Kamu bilang Ingin bisa melihat bunga di setiap sudut rumah." Kevin berdiri di belakang Sarah ikut tersenyum.     

"Kamu suka?" Bisiknya pelan.     

Sarah tersenyum lalu berbalik menghadap Kevin."Ini indah."     

"Kamu tahu kenapa aku melakukan semua ini?" tanya Kevin sambil mengambil kedua tangan Sarah dan menggenggamnya di depan dada.     

Sarah melihatnya bingung. "Kevinn?"     

Kevin menatap Sarah dengan lekat. "Aku mengubah semua ini untukmu. Aku ingin kamu senang dan betah di sini."     

"Terima kasih. Tapi, seharusnya tidak perlu sampai seperti ini. Pasti kamu juga memiliki selera tersendiri," ucap Sarah merasa beruntung memiliki orang yang peduli padanya.     

"Seleraku tidaklah penting. Yang terpenting adalah kebahagianmu. Asal kamu bahagia aku juga akan bahagia." Kevin menatap Sarah semakin lekat.     

"Sarah aku menyukaimu. Lebih tepatnya. Aku sangat mencintaimu."     

Sarah terpaku. Dia tahu selama ini Kevin terlihat tertarik padanya. Tapi, Sarah tidak mau terlalu banyak berharap. Karena khawatir dirinya hanya ke geeran dan berakhir kembali sakit hati jika ditolak.     

"Kevin, aku ...." Sarah tidak tahu harus menjawab apa. Disatu sisis Sarah bahagia karena masih ada orang yang menginginkan dirinya. Disisi lain dia takut Kevin akan pergi jika tahu dia hanyalah putri buangan.     

"Aku tahu kamu mungkin terkejut dan menganggap aku terbawa suasana. Tapi, aku serius Sarah. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu."     

"Keinginanku saat ini hanyalah berharap kamu mau menerima cintaku dan menghabiskan sisa hidupmu bersamaku." Kevin semakin mendekat hingga kedua wajah mereka hanya berjarak beberapa centi.     

Sarah tidak menjawab. Tapi dia menutup matanya saat Kevin menyatukan bibir mereka lembut.     

Ciuman itu terasa nyaman dan memabukkan. Sarah merasa bisa menerima semua ini.     

Sarah memang belum mencintai Kevin sepenuh hati. Tapi Kevin bisa membuatnya nyaman dan tenang.     

Mungkin ini memang kebahagiaan yang selama ini dia cari.     

***     

"Aku pasti akan merindukanmu." Kevin mencium bibir Sarah lembut, lalu memeluknya erat.     

"Aku juga akan merindukanmu," ucap Sarah membalas pelukan Kevin.     

"Kenapa kamu tidak ikut saja?" Sekali lagi Kevin berusaha membujuk Sarah agar ikut dia ke Singapura. Karena kebetulan Kevin akan bekerja sama dengan salah satu perusahaan yang mengekspor daging sapi ke negara itu.     

Sarah tersenyum dengan wajah tidak enak. Sarah ingin sekali ikut, sayangnya dia itu orang yang sedang di asing kan. Bagaimana mungkin dia bisa bepergian. Jangankan ke Singapura ke kota saja dia di larang.     

"Maaf," gumam Sarah sekali lagi.     

"Berhentilah minta maaf. Aku tidak suka itu." Kevin kembali memeluk Sarah erat.     

Sarah tersenyum. "Sampai jumpa Minggu depan."     

Kevin mengerang dan mengecup Sarah sekali lagi sebelum akhirnya harus rela melepas pelukan mereka dan masuk ke dalam mobil.     

Sarah melambaikan tangannya begitu mobil Kevin menjauh. Raut wajahnya langsung berubah menjadi sedih.     

Ini adalah satu bulan yang penuh kebahagiaan. Dan Sarah tahu kebahagiaan itu akan berakhir sekarang.     

Sarah merasa ini tidak adil. Saat dulu dia mengharapkan Jovan. Dia di tolak begitu saja.     

Sekarang saat hatinya sudah mulai terbuka untuk orang lain. Jovan menariknya kembali.     

Sarah ingin menolak. Sarah ingin mengabaikan semuanya.     

Tapi ... apa yang terjadi?     

Keluarganya akan menghancurkan peternakan Kevin jika Sarah menolak. Atau keluarganya akan membantu bisnis Kevin jika Sarah mau kembali ke kerajaan dan menikah dengan Jovan kembali.     

Entah apa yang terjadi dengan pangeran Javier dan putri Leticia sehingga kini perjodohan kembali pada Jovan dan dirinya.     

Sarah tidak mau tahu.     

Sarah hanya berusaha tidak membuat Kevin kesulitan karena keberadaan dirinya di sini.     

Kevin bisa bahagia tanpa dirinya. Dan Sarah tidak mau Kevin menderita jika Sarah ngotot mempertahankan hubungan mereka. Lagipula Ada putri Kevin yang masih harus Sarah pertimbangkan juga.     

Sarah menatap mobil Kevin yang semakin jauh dan tidak terlihat.     

Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.     

"Putri, apa anda sudah siap?" seorang utusan kerajaan sudah menunggunya di depan mobil yang sudah tersedia.     

Sarah memang meminta waktu sehari agar bisa berpamitan dengan Kevin.     

Tapi Sarah tidak menyangka bahwa keluarganya sudah memikirkan semuanya. Kevin di kirim ke Singapura dengan iming-iming ekspor daging sapi dari peternakannya.     

Tentu saja kesempatan itu tidak akan di sia-siakan. Dan termasuk kemajuan pesat untuk peternakan yang tidak terlalu besar seperti milik Kevin. Yang tidak diketahui Kevin adalah. Kevin mendapatkan keuntungan finansial dari bisnis tersebut. Sebagai gantinya kevin akan kehilangan Sarah untuk selamanya.     

"Tuan putri?"     

Sarah mengusap air matanya. Dia tahu, mau melawan seperti apapun dia tidak akan pernah bisa menentang keputusan sang Raja.     

Hanya saja, kadang Sarah berpikir. Kenapa hidup tidak adil padanya. Kenapa orang yang di sebut sebagai keluarganya malah terus menyakitinya.     

Sarah masuk ke dalam mobil sambil memandangi rumahnya dan rumah Kevin yang semakin jauh.     

Rumah yang sempat memberi Sarah kenyamanan dan kebahagiaan walau hanya sebentar.     

Rumah yang akan selalu Sarah kenang dan simpan dihatinya.     

Rumah yang akan membuat Sarah merasa berharga karena pernah dibutuhkan dan dicintai dengan sepenuh hati.     

Rumah yang Sarah harap. Bisa kembali, suatu hari nanti.     

Sarah kembali meneteskan air matanya.     

'Selamat tinggal. Aku mencintaimu.'     

Bisik Sarah sebelum menutup jendela mobilnya dan menatap ke depan.     

Sarah harus kuat. Dan Sarah harus mulai bersiap menghadapi kehidupan yang penuh sandiwara.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.