One Night Accident

IMPOTEN 76



IMPOTEN 76

0Enjoy Reading.     
0

***     

Prangkkkk.     

Ella menoleh terkejut saat mendengar suara benda terjatuh dengan sangat keras. Tidak bisakah Ella tenang hari ini.     

Setelah menyuruh bodyguard memeriksa dan memastikan semua ular bersih dari kediamannya, Ella baru berani keluar dari kamar.     

Tahu nggak sih. Ella masih shok dengan kejadian ular tadi siang, dan sekarang malah dikagetkan dengan benda-benda yang ternyata sengaja dibanting oleh Mahesa.     

Korban pertama vas bunga.     

Lalu guci di sebelah televisi.     

Dan sebelum Mahesa memecahkan meja kaca Ella segera menghampirinya.     

"Mahesa, kenapa kamu membanting benda-benda itu?" tanya Ella dengan lembut.     

Mahesa menatap Ella dengan mata memicing tajam.     

"Kamu, Tante cantik tetangga yang ternyata Ibu tiri. Apa yang kamu lakukan pada ayahku?" tanya Mahesa kesal.     

"Apa?" Memang apa yang dia lakukan? Ella tidak melakukan apapun pada Jovan. Justru Jovan yang menolaknya dan membuatnya sakit hati siang tadi.     

"Mahesa ganteng, tante enggak ngapa-ngapain ayah kamu. Dari tadi Tante di sini. Nggak kemana-mana." Sabar Ella, anak kecil ini.     

"Bohong! Kalau Tante cantik tetangga yang ternyata Ibu tiriku tidak melakukan apa-apa. Kenapa ayahku mengurung diri di kamar setelah mengobati pingsanmu siang tadi?" Mahesa bersedekap dengan wajah menengadah keatas.     

"Pasti Tante cantik tetangga yang ternyata Ibu tiriku berbuat jahat pada ayahku. Iya kan? ngaku saja. Ayahku tidak pernah nyuekin aku. Tapi, hari ini ayah bahkan tidak makan malam bersamaku." Mahesa menghentakkan kakinya tanda marah.     

Ella semakin bingung. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Kan Ella memang tidak melakukan apapun pada Jovan. Kenapa jadi dia yang disalahkan?     

"Sayang, em ... Tante benar-benar nggak jahatin ayahmu. Tante berani sumpah. Mungkin ayah kamu sedang capek makanya tidak menemanimu makan malam."     

Mahesa berpikir sejenak. "Kalau begitu, Tante cantik tetangga yang ternyata Ibu tiriku coba temui ayahku. Kalau ayah enggak dijahatin pasti ayah mau keluar kamar dan makan malam."     

"Tapi, ini sudah malam. Mungkin ayahmu sudah tidur." Ella melirik jam. Kenapa baru jam 8 malam sih.     

"Tuh kan, takut. Berarti Tante cantik tetangga yang ternyata Ibu tiriku benar-benar sudah melakukan sesuatu pada ayah. Makanya tidak berani bertemu dengan ayahku." Mahesa semakin memicingkan matanya.     

Ella mendesah pasrah. Sebenarnya dia masih malu setengah mati karena tindakannya yang hampir mencium Jovan tadi siang. Tapi, dari pada anak tirinya ngamuk-ngamuk lebih baik dia turuti sajalah.     

"Ya sudah, sekarang kita temui ayahmu. Biar kamu tahu kalau Tante enggak ngapa-ngapain atau jahatin ayahmu." Ella mendekati Mahesa dengan senyum manis dan mengulurkan tangan bermaksud menggandengnya.     

"Ngapain? Mahesa bukan anak bayi yang harus digandeng," ucap Mahesa judes sambil berjalan mendahului Ella.     

Senyum di bibir langsung memudar. Tidak ayah, tidak anak. Sama-sama menolaknya. sabar Ella sabar, disini statusmu tidak pasti, jadi lebih baik terima saja apa yang bisa kamu nikamati.     

***     

Jovan mengerjakan teka teki silang di ponselnya untuk mengalihkan perhatian dari pemikiran dan rasa aneh yang ditimbulkan Ella tadi siang.     

Jovan terkejut dan jujur saja sedikit tidak menyangka tubuhnya akan bereaksi dengan pelukan Ella. Padahal setelah kematian Zahra, jangankan ciuman melihat wanita telanjang bulat di depannya saja Jovan tidak bisa turn on.     

Kenapa dengan Ella rasa ingin menyentuh wanita muncul lagi?     

Walau tadi siang miliknya tidak terbangun tapi Jovan yang sudah pengalaman tentang wanita dan dulu adalah playboy yang tiap hari enaena hafal betul dengan reaksi tubuhnya.     

Hanya desiran pelan. Tapi Jovan yakin jika diteruskan akan membuat bagian bawahnya menegang. Dan Jovan belum siap untuk itu.     

Makanya begitu keluar dari rumah Ella Jovan langsung masuk kamar dan tidak keluar lagi.     

Otaknya perlu disadarkan. Hatinya 100% masih milik Zahra. Tapi tubuh lelaki normal miliknya mulai ingin berontak terluar dan menuntut pelepasan.     

Jadi Jovan segera mandi air dingin. Menatap foto Zahra dan memeluknya hingga berjam-jam kemudian. dan terakhir bermain teka teki silang untuk mengalihkan otaknya dari rasa kenyal dada Ella yang menempel erat ditubuhnya.     

Jovan menaruh  ponselnya dan melihat jam di dinding.     

Astagaaa, ternyata sudah malam. Pasti Mahesa menunggunya makan malam.     

Jovan segera turun dari ranjang. Bertepatan dengan seseorang mengetuk pintu kamarnya. Karena mengira itu pasti Mirna atau salah satu maid yang memanggilnya makan malam maka Jovan langsung membuka pintunya.     

Lalu tubuhnya kembali berdesir.     

"Ella?" Jovan menatap Ella dengan tegang. Apa yang dilakukan putri Ella  di rumahnya?     

Sedang Ella memandang Jovan salah tingkah. Dia masih merasa malu dengan tindakannya tadi siang.     

"Ayaahhhhhh," Jovan langsung melihat ke bawah saat merasakan pelukan di kakinya.     

"Mahesa? sudah makan malam?" tanya Jovan berjongkok melihat anaknya.     

"Sudah ayah. Tapi, ayah tidak keluar dari kamar. Mahesa khawatir, makanya Mahesa membawa Tante cantik tetangga yang ternyata Ibu tiriku kemari biar minta maaf sama ayah. Pasti tadi siang dia jahat kan? Makanya begitu dari rumahnya, ayah mengurung diri di kamar dan nyuekin Mahesa?" ucap Mahesa menjelaskan.     

"Eh ... Ibu tiri?" Dari mana anaknya tahu kalau Ella itu ibu tirinya.     

"Iya, Tante cantik tetangga ternyata ibu tiriku kan? Ayah tidak usah bohong. Mahesa dengar sendiri kata opa Marco kalau Tante cantik tetangga itu adalah ibu tiriku. Mahesa masih marah ya soal itu. Ayah bilang kita nggak boleh bohong karena bohong itu dosa. Tapi, ayah bohongi Mahesa. Untung Mahesa pintar dan segera tahu, jadi walau ayah bohong Mahesa sudah tahu dan ayah tidak perlu dapat dosa karena membohongi Mahesa."     

Jovan mengusap tengkuknya mendengar perkataan anaknya yang super mbulet itu.     

"Mahesa, Tente Ella itu bukan ibu tiri sayang. Tante Ella itu ... Em ...." Jovan bingung bagaimana mengatakannya.     

Zahra adalah satu-satunya ibu Mahesa tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Tapi, Jovan sudah menikah dengan Ella yang artinya memang Ella itu ibu tiri Mahesa. Jovan harus segera memberi nama panggilan yang pas untuk Ella. Yang jelas bukan ibu. Karena ibu hanya untuk ayah. Jadi harus istilah lain.     

Emak, gak mungkin.     

Umi, agamis banget.     

Mommy? mungkin saja bisa.     

"Mahesa, Tante bukan ibu tirimu kok. Tante memang menikah dengan ayahmu tapi Tante bukan ibu tiri. Tante Ella ya ... hanya Tante." Ella menahan gejolak dihatinya yang terasa mengenaskan karena tidak diakui sebagai istri dan ibu anaknya Jovan.     

"Tante cantik tetangga yang ternyata Ibu tiriku jangan ikut-ikutan bohong ya. Nanti dosa lho." Mahesa memperingatkan.     

Ella ikut berjongkok. "Kalau Tante ini ibu tirinya Mahesa. Secara otomatis akan tinggal di rumah dengan ayah Mahesa. Bahkan akan tidur dengan ayah Mahesa. Seperti yang dilakukan ayah dan ibu pada umumnya. Atau seperti paman Junior dan Tante Queen, benar kan? Sedangkan Mahesa tahu sendiri Tante tidak tinggal dengan ayah Mahesa apalagi tidur di kamarnya." Ella bermaksud menyindir Jovan. Dan terbukti Jovan langsung berdehem tidak enak.     

"Oh ... benar juga. Tapi tetap saja. Sekarang Tante cantik tetangga yang ternyata bukan Ibu tiriku, segera minta maaf sama ayah." Mahesa memerintahkan Ella meminta maaf pada ayahnya.     

"Kenapa Tante Ella harus minta maaf?" tanya Jovan semakin tidak enak.     

"Kan dia jahat. Bikin ayah tidak keluar dari kamar." Mahesa masih menyalahkan Ella untuk itu.     

"Tante Ella tidak jahat. Tadi ayah hanya ketiduran."     

"Benarkah?"     

Jovan mengangguk. "Justru Mahesa yang harus minta maaf kepada Tante Ella. Tadi siang Mahesa kan yang sudah bikin Tante Ella pingsan karena ular-ular milik Dava?"     

"Eh ...." Mahesa mengkerut khawatir mengingatnya.     

Ella yang mendengar itu langsung berdiri dan terdiam kaku. Jadi yang membawa ular masuk ke kediamannya adalah Mahesa? Oh ... harusnya Ella tahu. Mahesa itu dari pertama bertemu sudah membuatnya malu. Dan harusnya Ella juga tahu, tidak mungkin ada ular tiba-tiba masuk rumahnya.     

Jovan berdiri. "Ella maafin Mahesa ya. Dia sedikit salah paham, maklumlah anak kecil masih suka kebawa omongan teman-temannya," ucap Jovan sambil tersenyum lembut.     

"Mahesa, minta maaf sama Tante Ella," perintah Jovan.     

Mahesa mengulurkan tangannya. "Maafin Mahesa Tante cantik tetangga."     

Ella sebenarnya kesal dan jujur saja ingin mencubit-cubit Mahesa karena sudah nakal. Tapi, begitu melihat senyum Jovan dan wajah memelas Mahesa entah kenapa Ella langsung luntur kekesalannya. Yang ada malah ingin mencium pipi Mahesa yang menggemaskan itu.     

"Iya, enggak apa-apa. Tante maafkan. Tapi, jangan diulangi lagi ya!" pinta Ella serius. Dia benar-benar takut ular.     

"Iya Tante cantik tetangga."     

Ella tidak tahan lagi, akhirnya dengan gemas dia mencium kedua pipi Mahesa hingga membuat Mahesa merona karena malu.     

Jovan melengos melihatnya. Bukan hanya karena melihat anaknya yang terlihat berbinar dicium wanita cantik. Tapi, rasa iri darinya yang juga ingin mendapatkan ciuman yang sama.     

Ah ... sial. Virus playboynya benar-benar mulai bangkit.     

"Ehem ... kalau tidak keberatan, bagaimana kalau sekarang kita turun dan temani ayah makan malam." Jovan berusaha mengalihkan perhatian.     

"Benar juga, ayahku belum makan." Mahesa menarik lengan Jovan agar berjalan keluar dari kamar disusul Ella di belakangnya.     

Tapi tiba-tiba Mahesa berhenti dan memandang Ella serius.     

"Tante cantik tetangga, tolong masakan makanan untuk ayahku," pinta Mahesa langsung.     

Ella berkedip sebentar.     

"Masak?"     

Bagaimana ini?     

Ella kan nggak bisa masak!!!!!     

***"     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.