One Night Accident

IMPOTEN 77



IMPOTEN 77

0Enjoy Reading.     
0

***     

Jovan melihat semua makanan yang terhidang dimeja dengan perasaan tidak enak.     

Yang pertama, karena sudah membuat seorang putri Inggris masak  dan bergelut dengan bumbu dapur.     

Yang kedua dilihat dari segi manapun masakan Ella ini dipertanyakan keamanannya.     

Yang ketiga kalau Jovan memakan masakan Ella, Jovan tidak yakin akan selamat. Tapi, jika Jovan tidak memakannya. Jovan tidak yakin Ella akan selamat dari Mahesa.     

"Ayah, kenapa cuma dilihat. Dimakan dongk. Emang ayah tidak lapar apa?" Ucap Mahesa sambil menguap.     

"Mahesa sudah ngantuk, ya sudah tidur dulu saja ya. Ayah makan ditemani sama Tante Ella." Jovan berusaha mengelak.     

Mahesa menggeleng. "Tidak apa-apa ayah, Mahesa masih tahan kok sampai ayah selesai makan."     

Glek.     

Jovan meringis.     

Akhirnya dengan setengah hati dia memakan mie buatan Ella. Oke tidak terlalu buruk, hanya sangat buruk. Karena rasanya seperti masih ada tepung yang menempel di lapisan mienya.     

Ella menggit bibir bawahnya merasa tidak enak. Dia tahu masakannya entah seperti apa rasanya.     

Ella hanya berharap dia tidak dipancung habis ini karena dikira meracuni pangeran Cavendish.     

Setelah tiga suapan Jovan menyerah dan menaruh mienya. Lalu mencoba burger yang sudah dibuat oleh Ella juga. Yang ini lumayan juga. Lumayan menyiksa, bagaimana bisa ada jahe ditengah-tengah burger.     

Jovan langsung mengambil tisu dan memuntahkan burgernya.     

"Kenapa ayah?" tanya Mahesa heran.     

"Tidak apa-apa sayang. Ayah hanya hampir tersedak karena melihat jam. Ternyata ini benar-benar sudah malam. Sebaiknya Mahesa tidur ya." Sebelum Mahesa membantah Jovan menggendong anaknyanya dan membawanya masuk kedalam kamar.     

Begitu Jovan dan Mahesa sudah tidak terlihat lagi. Ella mencoba semua masakannya. Dan harus Ella akui. Ella menangis seketika saat tahu makanan seperti apa yang baru saja dia masak dan dimasukkan kedalam lidah Jovan.     

Ella memanggil maid dan menyuruh membuang semua masakannya. Menyuruh mereka mengganti makanan yang lebih layak. Karen bagaimanapun juga. Jovan butuh makan malam.     

Setelah tiga puluh menit Jovan kembali keluar menemui Ella. Sepertinya Mahesa sudah tertidur.     

"Jovan, aku minta maaf tentang masakanku tadi. Aku ...." Ella benar-benar merasa tidak enak.     

"Sudahlah tidak apa-apa. Aku baik-baik saja kan," ucap Jovan santai.     

"Lain kali aku akan belajar masak lebih layak. Ah ...  ini sudah disediakan oleh maid untuk makan malammu." Ella memperlihatkan isi meja makan yang sudah berubah.     

"Oh, trima kasih." Jovan duduk, saat akan mengambil makanan tiba-tiba Ella sudah mengambil untuknya.     

"Trima kasih," ucap Jovan sekali lagi sambil menerima piring yang sudah berisi makanan.     

Ella duduk sambil tersenyum. Entah kenapa akhir-akhir sepertinya hatinya mulai goyah kembali.     

Nama Kevin terasa semakin jauh. Dan nama Jovan seperti berusaha menerobos masuk kembali kedalam hatinya.     

Ella takut, jika hatinya semakin dibiarkan terbuka dan mengizinkan Jovan bertahta kembali. Ella takut terluka.     

Seperti kata aunty Laurance, jangan pernah gunakan hatimu jika berurusan dengan pangeran Cavendish. Kecuali kamu siap dilumat dan dihancurkan tanpa sisa.     

"Kamu tidak makan?" tanya Jovan membuat Ella yang melamun langsung tersentak kaget.     

"Aku, em ... ini sudah terlalu malam untuk makan malam."     

"Memang kenapa kalau malam? takut gemuk ya? tenang saja sih, mau segemuk apapun dirimu. Kamu tetap muat di hatiku ...." Jovan tidak menyelesaikan perkataannya.     

Apa yang baru saja dia katakan? Kenapa mulut manisnya yang penuh rayuan kumat disaat begini.     

"Ehemmm, maksudku ... kalau cuma sekali-kali saja. Tidak akan membuatmu gemuk." Jovan menyuapkan makanan kemulutnya sebelum lidahnya yang super lincah itu mulai menggombal lagi.     

Ella merona. Tentu saja, selama ini Jovan hanya bicara ala kadarnya dan selalu sopan. Tapi hari ini dia bilang mau Ella gemuk juga tetap muat dihatinya. Apa itu berarti Jovan naksir padanya?     

Ella tidak bisa menghentikan hatinya untuk berbunga-bunga.     

Jovan makan dengan serba salah. Apalagi Ella yang terlihat senyum-senyum setelah mendapat gombalan darinya. Ish ... itu baru satu, gimana kalau Jovan mulai modus seperti dulu. 1x24 jam pasti udah telanjang itu Ella di bawah tindihannya.     

Astagfirullahhaladzim. Otakkkkk, kenapa otak Jovan mulai mesum lagi?     

Kuatkan lah Jovan ya Allah.     

Kuatkan Jovan dari godaan Tante cantik tetangga yang ternyata adalah istrinya sendiri.     

Eh ... kok jadi ketularan Mahesa. Manggil Ella Tante cantik tetangga.     

"Aku sudah selesai." Jovan tidak selera makan lagi, karena sepertinya ia mulai berselera dengan yang lain.     

"Jovan, bisa kita bicara sebentar," tanya Ella masih dengan senyum diwajahnya.     

"Em, tentu. Di sofa saja ya?"     

Ella hanya mengangguk dan mengikuti Jovan yang berjalan menuju ke sofa.     

Ella tahu, sebentar lagi dia akan terlihat murahan karena menawarkan diri. Tapi mau cepat atau lambat hal ini tetap akan terjadi kan? Dan pastinya meminta Jovan memperlakukan dirinya seperti istri sudah menjadi haknya. Karena setelah dipikir-pikir Ella tidak mungkin kembali.     

Ella tidak bisa kembali kepada Kevin.     

Ella tidak bisa kembali ke Inggris dengan sebuah perceraian.     

Pilihan Ella hanya satu, menerima Jovan walau mungkin hatinya akan sakit berkali-kali.     

Semua orang yang tidak tahu pasti berpikir. Kenapa Ella tidak menyerah saja?     

Karena Ella memang tidak bisa.     

Ella masih ingat dengan neneknya Diana. Bertahan dan terluka demi nama baik kerajaan.     

Walau tahu suaminya mendua, walau tahu dia bukan wanita satu-satunya.     

Diana hanya bisa bertahan dan menerima semuanya. Karena setiap langkah seorang putri akan selalu jadi sorotan.     

Ella masih termasuk beruntung karena dibawa keluar dari kerajaan Inggris sehingga jika terluka masih bisa mengurung diri di kamar tanpa ada rasa penasaran dari pengawal dan penghuni kerajaan lain.     

Tapi Ella tahu dia akan hancur dan akan terbuang seperti dulu jika kembali ke Inggris dengan aib perceraian.     

Pilihannya hanya bertahan.     

Mau Jovan suka atau tidak, Ella harus tetap bertahan. Setidaknya Ella berharap Jovan mau menidurinya sekali saja agar dia bisa hamil.     

Setidaknya kalau Jovan suatu saat memiliki wanita lain. Ella memiliki anak yang jadi alasannya untuk tetap bertahan. Seperti Diana dulu yang juga bertahan demi anak-anaknya.     

"Ada apa?" Jovan bertanya setelah mereka duduk tapi Ella hanya diam saja.     

Ella mendekat dan duduk disebelah Jovan.     

Jovan siaga 1.     

"Aku, apa kamu tidak tertarik padaku?"     

"Maksudnya?" Jovan siaga 2.     

"Kita sudah menikah tiga bulan, tapi jangankan tidur bersama. Kamu bahkan tidak mau menyentuh walau hanya sekedar tanganku. Apa aku tidak menarik sama sekali?" tanya Ella sedih.     

"Eh ... bukan begitu. Tapi ... aku tidak bisa."     

"Kenapa? Apa yang kurang dariku? aku akan memperbaikinya untukmu." Ella menyentuh tangan Jovan.     

Jovan menelan ludahnya. Ini baru tangan yang digenggam ya. Belum yang lain, tapi Jovan sudah mulai merasakan desiran playboynya mau berontak.     

Jovan siaga 3.     

"Ella, kamu sangat cantik, menarik dan pasti semua lelaki normal akan sangat senang bisa menyentuhmu."     

"Kalau begitu, sentuh aku." Ella merapat dan menaruh tangan Jovan kepinggangnya.     

Jovan siaga 4.     

Tapi, tangannya sepertinya punya pemikiran sendiri. Karena sekarang tangannya bukannya dia tarik tali malah mengelus pinggang Ella naik turun dan entah bagaimana sekarang dia sudah memeluk Ella dengan erat.     

Jantung Ella berdegup sangat kencang. Tubuhnya menempel erat diperlukan Jovan.     

Ella mengalungkan kedua tangannya saat wajah Jovan semakin dekat dan lebih dekat.     

Lalu hal yang ditunggu Ella dari siang tadi akhirnya terjadi. Jovan menciumnya.     

"Astagaaaaa," erang Jovan begitu bibir mereka sudah saling menempel. Tanpa menunggu Ella siap Jovan memegang tengkuk Ella dan memperdalam ciumannya.     

Lima tahun tidak pernah merasakan bibir seorang wanita membuat Jovan kalap. Dia seperti ingin memakan bibir Ella hingga habis.     

Ella kualahan. Ella pernah dicium Kevin tapi tidak sampai menggebu-gebu seperti ini. Jovan bahkan tidak memberikan waktu Ella untuk sekedar bernapas.     

"Ck ... Ck ... masih mesum seperti biasanya."     

Jovan menghentikan ciuman mereka saat mendengar suara yang sudah Tidka asing lagi. Tubuh Ellapun menegang dipelukannya.     

Jovan dan Ella  menoleh ke pintu. Di sana berdiri pasangan yang menjadi penyebab semuanya.     

"Javier?"     

"Apa kamu tidak merindukanku?" Javier membuka tangannya.     

Jovan melepas pelukan Ella berdiri dan dengan langkah cepat menghampiri Javier.     

Bugkhhh.     

Awwww.     

"Apa yang kamu lakukan?" Jean berteriak kaget saat melihat Javier dipukul hingga terjengkang.     

Javier mengangkat tangannya agar Jean tidak panik. Lalu berdiri dan melihat wajah Jovan yang terlihat cemberut. Seperti Mahesa kalau merajuk.     

"Aku juga merindukanmu." Javier tersenyum sebelum Jovan memeluknya sambil mengumpat-umpat karena pergi tanpa pemberitahuan. Kalau pakai pemberitahuan bukan kabur kali namanya.     

"Kemana saja sih loe? Menghilang begitu saja. 5 bulan Jav, gue khawatir loe kenapa-kenapa." Jovan melepas pelukannya dari Javier dan menuntut jawaban.     

"Kamu nanya aku kemana? memang apa yang dilakukan orang habis menikah? Bulan madulah." Javier merangkul istrinya.     

"Ish, dasar seenaknya sendiri. Tahu nggak sih, gara-gara kamu kabur sama Jean. Akhirnya aku yang dipaksa nikah sama Ella, bangsat."     

"What? Kamu nikah sama Ella?" Javier merasa ada yang salah di sini. Lalu pandangan Javier ke belakang Jovan.     

Di sana wajah Ella juga terlihat pias.     

"Jadi, kamu menikahiku karena paksaan?"     

Ella harusnya tahu. Tidak mungkin seorang pangeran Cavendish yang pernah menolaknya sekarang mau menerimanya begitu saja.     

Pantas Jovan tidak Sudi menyentuhnya. Karena dari awal Jovan tidak berminat.     

Hati Ella yang barusan melambung sekarang terhempas kan.     

"Aku, harus pulang." Ella berlari keluar dari rumah Jovan.     

Hatinya sakit.     

Dan Ella tahu ini baru permulaan.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.