One Night Accident

IMPOTEN 82



IMPOTEN 82

Enjoy Reading.     

***     

Mahesa mengeliat saat merasa gerah. Berusaha  menggerakkan tubuhnya tapi susah. Akhirnya karena merasa ngap, Mahesa terbangun.     

Awalnya dia bingung saat ada wajah Tante cantik mommy tiri yang ada di depannya. Tapi, kemudian dia ingat kalau semalam minta ditemani tidur bersamanya. Tapi ... kenapa di belakangnya terasa ada orang lain?     

Mahesa menoleh dan mendapati ayahnya disana. Pantesan Mahesa kegerahan. Soalnya tangannya Tante cantik mommy tiri sedang memeluknya, sedang tangan ayahnya memeluk Mahesa sekaligus Tante cantik mommy tiri. Mana ranjang tidur Mahesa hanya Single bad. Ditempati tiga orang wajarlah kalau dempet-dempetan.     

Merasa tidak akan bisa tidur dengan suhu panas dan badan sesak terperangkap dua orang. Mahesa memilih menarik tubuhnya ke atas. Berdiri, lalu melangkahi kaki-kaki ayahnya sebelum turun dari ranjang.     

Lebih baik Mahesa tidur sendiri di kamar ayahnya. Atau menyusul tidur di kamar Tante Mirna saja. Batin Mahesa mencari kamar yang dia tuju.     

3 jam kemudian.     

Ella mengernyit risih saat merasakan ada yang mengelus punggungnya dengan teratur.     

Dia berusaha mengeliat tapi sepertinya orang yang memeluknya tidak rela dia menjauh.     

Dipeluk???     

Siapa yang memeluknya?     

Ella membuka mata dan dadanya langsung terasa berdegup kencang saat mendapati leher dengan jakun tepat berada di depan matanya.     

Ella mendongak dan tubuhnya semakin menegang saat melihat wajah Jovan yang tertidur hanya berjarak beberapa centi saja darinya.     

Semakin lama Ella juga semakin sadar, tubuhnya menempel rapat kearah Jovan dan tangan Jovan sudah masuk ke dalam kausnya sambil mengelus punggungnya lembut.     

Astagaaaaa!     

Ella harus bagaimana ini?     

Ella diam entah untuk berapa lama. Sampai akhirnya dia terkesiap saat Jovan menarik tubuhnya semakin rapat.     

"Jovan," ucap Ella lirih, merasa tubuhnya semakin panas karena kedekatan mereka.     

Tidak ada tanggapan dari Jovan.     

Ella menggerakkan tangannya dan mengelus wajah Jovan. Dari pipi, hidung, mata hingga bibirnya yang   melengkung dibagian tengah. Bibir itu bibir yang menciumi dirinya dengan ganas kemarin. Ella bahkan masih ingat rasa dan sensasinya.     

Ella tersenyum. Sepertinya tidak akan bosan Mengagumi wajah  suaminya.     

Ella juga tahu hatinya benar-benar tidak bisa lepas dari Jovan. Mau Jovan jahat dan tidak menganggapnya ada, Ella tidak bisa membenci Jovan sekuat apapun dia berusaha.     

Sedangkan Kevin. Sepertinya dia hanya ada diwaktu yang tepat. Dimana hatinya sedang terluka atas penolakan Jovan dan pengusiran keluarganya sendiri.     

Ella merasa bersalah sekarang karena sudah memberi harapan pada Kevin. Lalu meningalkannya tanpa pemberitahuan. Mungkin seharusnya Ella menemui Kevin dan meminta maaf lalu menceritakan kebenaran yang selama ini dia tutupi.     

Kevin tidak tahu dia adalah seorang putri Inggris. Kevin hanya tahu dia anak perempuan seorang peternak yang sudah pensiun dan memilih menjaga warisan keluarganya.     

Ella kembali menatap wajah Jovan dengan intens.     

Beruntung sekali Zahra. Karena berhasil mendapatkan hatinya Jovan. Batin Ella merasa iri.     

Ella akan menarik tangannya dari wajah Jovan.tapi tiba-tiba tangganya sudah dicekal, membuat Ella memekik Karena terkejut.     

"Jovan." Ella mengerjap malu, mendapati mata Jovan sudah terbuka.     

"Maaf, sudah membangunkanmu," ucap Ella masih dengan wajah yang merona karena ketahuan menyentuh wajah Jovan.     

Jovan menunduk. Dia sudah bangun sejak Ella menyentuh bibirnya tadi, tapi Jovan sengaja diam. Ingin tahu, apa yang akan dilakukan Ella selanjutnya. Sayang Ella berhenti dan malah menarik tangannya.     

Entah kenapa mengetahui Ella akan menjauh, Jovan tidak rela. Maka, dengan cepat dia mencekal tangan Ella agar tidak kemana-mana.     

Jovan sudah lama tidak memeluk wanita, mencium apalagi menidurinya.  Dan saat ini Jovan merasa ini adalah hal yang benar dan saat yang tepat untuk mengatahui fungsi sosisnya.     

Apakah benar-benar melempem. Atau masih bisa menegang selayaknya pria normal.     

"Selamat pagi, Ella ...,"  gumam Jovan dengan suara serak khas bangun tidur. Mengabaikan permintaan maaf Ella tadi.     

Ella baru akan menjawab sapaan pagi Jovan saat dagunya disentuh dan ditengadahkan mendekati wajah Jovan.     

"Morning kiss."     

Whatt.     

Ella tidak sempat mencerna perkataan Jovan saat bibirnya tiba-tiba sudah menempel dengan bibir Jovan. Ella merasa jantungnya semakin kelonjotan.     

Jovan memiringkan wajahnya untuk mencari posisi ciuman yang pas. Setelah merasa nyaman Jovan mulai menjilat dan mengulum bibir Ella secara bergantian.     

Bibir atas bibir bawah dia hisap dan nikmati layaknya ice cream.     

Ella bisa merasakan sensasi seperti tersengat listrik kecil-kecil hingga ke telapak kakinya. Ella pasrah dan memejamkan matanya ketika lidah Jovan mulai masuk dan semakin membuat suhu tubuhnya naik.     

"Emmppptttt." Ella mengelus dada Jovan sebagai balasan karena Jovan mengobrak-abrik mulutnya tanpa henti. Ella bisa Merasakan kelembutan, kehangatan dan hasrat semakin melingkupi dirinya.     

Jovan menarik Ella semakin merapat, dia memindahkan ciumannya ke rahang hingga belakang telinga. Sedikit memberi Ella waktu untuk sekedar menarik nafas. Setelah dirasa Ella sudah siap lagi Jovan kembali menciumnya. Semakin bernafsu dan semakin bergelora.     

"Aaaccchhhh." Ella kembali menghirup udara sebanyak-banyaknya begitu ciuman kedua Jovan kembali dilepaskan. Menengadahkan wajahnya, memberi akses Jovan menelusuri lehernya yang jenjang.     

Seluruh tubuhnya semakin memanas. Apalagi sekarang tangan Jovan yang ada di punggungnya mulai mengelusnya dari atas hingga kepinggang. Bahkan Ella langsung mengerang saat tangan Jovan terus turun dan meremas pantatnya.     

Jovan yang sudah pengalaman dan terampil tentu saja dengan mudah menyingkap kaus dan bra yang dikenakan Ella ke atas.     

Entah sejak kapan posisi Ella sudah berubah. Dia tidak sadar, yang dia tahu saat ini Jovan sudah menindih tubuhnya dengan mulut dan lidah menelusuri kedua payudaranya yang semakin tegak menantang.     

"Aaaahhhhh." Ella menjerit dan meremas rambut Jovan. Tubuhnya terasa semakin panas. Apalagi mulut dan tangan Jovan yang lihai mulai menghisap dan meremas payudaranya dengan kasar. Ella mengeliat tidak karuan, merasakan sensasi yang baru kali ini dia alami.     

Jovan hampir lupa rasanya payudara hingga kini dia menikmatinya lagi. Jovan seperti menemukan mainan lama kesayang yang sempat hilang. Makanya saat ini Jovan benar-benar tidak mau buru-buru saat menikmati kekenyalan dan tekstur payudara Ella yang semakin terasa enak dengan bekas merah di setiap kulit halusnya.     

Tuan putri memang beda, kulitnya terasa lebih lembut, halus, bahkan bangun tidurpun tetap harum. Mungkin efek perawatan mahal dan teratur. Batin Jovan masih asik menghisap puting Ella. Bahkan terkesan ingin memakan seluruh payudaranya.     

"Ahhhh, Jovannnn." Punggung Ella semakin melengkung. Seluruh tubuhnya menggeliat keenakan. Ella baru tahu kalau kedua payudaranya bisa membuatnya terasa melayang-layang penuh kenikmatan.     

"Astagfirullahhaladzim. Ayah, apa yang kamu lakukan?????"     

Teriakan dari pintu kamar membuat tubuh Jovan dan Ella langsung menegang kaku.     

Mahesa mendekat. "Ayah lepaskan Tante cantik mommy tiri. Ayah tidak mendengar dia merintih kesakitan apa? Kenapa ayah malah memakan dadanya?"     

Menyadari posisinya Jovan segera melepas kulumannya dari payudara Ella, meloncat turun dari atas ranjang dengan  kecepatan cahaya.     

Ella amat sangat malu sekali. Dia berbalik memunggungi Mahesa dan menarik turun bra dan kausnya. Dadanya masih berdegup kencang. Nafasnya juga masih ngos-ngosan.     

"Ayah, ke kamar mandi dulu." Jovan melewati Mahesa begitu saja, naik ke kamar dan langsung masuk kedalam kamar mandi.     

Mahesa bingung. Ayahnya selalu mengatakan tidak boleh menyakiti wanita. Kenapa ayah malah menyakiti Tante cantik mommy tiri. Mahesa bahkan tadi mendengar suara Tante cantik mommy tiri yang mengerang dan menjerit-jerit tidak karuan.     

Mahesa tidak menyangka ayahnya bisa jahat juga. Mana sekarang pergi begitu saja tanpa minta maaf lagi. Ish ... ish ... Mahesa harus mengadukan ini pada opa Marco. Biar ayahnya mendapat kultum seminggu penuh.     

"Tante cantik mommy tiri. Kamu tidak apa-apa?" tanya Mahesa polos. Khawatir Tante cantik mommy tiri kenapa-kenapa.     

Ella semakin menunduk malu. Apa yang harus dia katakan. Mana Jovan malah kabur duluan.     

"Mahesa, katanya  mau bangunin  ayahmu, ngajak  subuhan kok lama." Mirna  masuk ke kamar mahesa.     

"Eh ada mbak Inggris. Lho ... mbak Inggris kenapa? Kok kayak ngos-ngosan begitu. Habis olahraga ya?" tanya Mirna 11-12 dengan Mahesa.     

Ella semakin malu. Berusaha menenangkan diri dia berbalik, siap menghadapi dua orang yang sama-sama absurd itu.     

Tapi, begitu melihat wajah khawatir Mahesa dan raut kepo Mirna. Ella memilih kabur saja.     

"Aku juga harus ke kamar mandi." Ella ikut melewati Mahesa dan Mirna. Naik keatas menuju kamarnya.     

Mirna dan Mahesa semakin bingung. Ada apa dengan Jovan dan Ella???     

Di lantai atas Jovan menutup matanya begitu memasuki kamar mandi.Baru kali ini dia merasa malu karena dipergoki sedang melakukan adegan iya-iya. Dulu, bahkan ngesex dengan Javier yang menontonnya saja dia biasa.     

Mungkin karena Mahesa anaknya. Jadi terasa mengajari anaknya yang tidak-tidak. Dan ah ... entahlah. Yang jelas Jovan merasa malu dengan tindakannya.     

Jovan mencuci wajahnya dengan air dingin agar otak mesumnya terkendali. Dan Saat itulah Jovan baru menyadari sesuatu.     

Jovan menelan ludahnya susah payah sambil melihat ke bawah. Dengan pelan-pelan dia membuka celana plus celana dalamnya.     

Shitttttttt.     

Sosisnya menegang dengan sempurna.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.