One Night Accident

IMPOTEN 81



IMPOTEN 81

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Kalian mau bobo bareng?" tanya Jovan tidak percaya.     

"Iya ayah. Malam ini Tante cantik mommy tiri bakalan nemenin Mahesa tidur. Nanti bacakan Mahesa dongeng yaaaa." Mahesa menoleh kearah Ella.     

"Tentu, nanti aku bacakan dongeng yang seru." Ella senang merasa dibutuhkan walau hanya oleh Mahesa.     

"Bolehkan ayah?" Mahesa mengedipkan matanya kearah Jovan. Berharap bisa mendapatkan izin.     

"Em, uhuk ... boleh. Tentu saja boleh." Jovan sebenarnya ingin memperingatkan anaknya agar tidak nakal tapi dia urungkan. Khawatir Ella salah paham lagi.     

"Ya sudah, yuk Tante cantik mommy tiri. Mahesa sudah ngantuk." Mahesa turun dari kursi dan menarik tangan Ella agar menuju kamarnya.     

"Mahesa Tante Ella masih makan." Jovan mengingatkan ketika melihat Ella ditarik begitu saja.     

"Tidak apa-apa. Aku sudah selesai kok." Ella menggeser piringnya ke samping.     

"Tante cantik mommy tiri. Itu di piring masih sisa sedikit. Sebaiknya dihabiskan. Kasihan, mubadzir nanti. Kata pak ustadz. Makanan itu mengandung berkah. Jadi kalau makan usahakan jangan sampai ada sisa, karena siapa tahu di suapan terakhirlah berkah terbanyak kita dapatkan." Mahesa bicara sambil menggerakkan jarinya seperti guru yang sedang menasehati muridnya.     

Jovan mengelus kepala anaknya bangga. Sedang Ella mau tidak mau akhirnya duduk lagi menghabiskan makanannya.     

"Mommy tiri sudah menghabiskannya. Jadi, apa Mahesa mau tidur sekarang?" tanya Ella setelah menuruti perkataan Mahesa.     

"Tentu, ayuk." Mahesa menggandeng tangan Ella dengan ekspresi senang.     

"Mahesa bobo dulu ya ayah," pamitnya pada Jovan.     

"Iya, selamat malam anak ayah." Jovan mencium kedua pipi mahesa.     

"Jangan lupa cuci tangan, kaki, gosok gigi trus wudhu sebelum tidur. Lalu baca do'a." Jovan mengingatkan.     

"Iya ayah. Assalamualaikum."     

"Wa'alaikumsalam." Jovan melihat anaknya bergandengan dengan Ella.     

Ada rasa bahagia karena Mahesa sepertinya mendapat sosok ibu yang bisa menerima Mahesa dan semua kenakalannya.     

Tapi, Ada rasa sedih juga. karena bukan seorang Ella yang dia inginkan. Harusnya Zahralah yang ada di sana. Berjalan bergandengan tangan dengan Mahesa menuju kamarnya.     

Harusnya bahkan ada satu anak lagi yang bersama Zahra. Anak perempuan yang secantik wanitanya.     

Huh ... Jovan tersenyum kecut. Itu hanya angan-angan yang tidak akan pernah bisa terwujud.     

Zahra.     

Wanita yang dia cintai sepenuh hati.     

Tapi raganya tidak bisa Jovan miliki.     

Ella.     

Wanita yang bisa memiliki raganya untuk seumur hidup.     

Tapi tidak bisa menjangkau hatinya.     

Jovan rasa ini sudah adil.     

Zahra mendapatkan hatinya.     

Ella mungkin sebentar lagi akan mendapatkan tubuhnya.     

Jovan juga tidak mau terus-menerus berdosa karena mengabaikan istri sahnya.     

Pilihannya hanya dua.     

Satu menceraikan Ella.     

Atau mempertahankan Ella dengan tanpa rasa cinta.     

***     

"Tante cantik mommy tiri, tidak adakah dongeng lain selain pangeran kodok. Ceritanya tidak menarik sama sekali," protes Mahesa yang sudah berbaring di ranjang dengan Ella yang duduk di sampingnya.     

"Memangnya Mahesa suka dongeng seperti apa?" tanya Ella berusaha mencari tahu kesukaan Mahesa.     

"Mahesa suka Marvel, captain America, avanger, Transformers dan fantastis four. Tante cantik mommy tiri bisa mendongeng tentang mereka? Soalnya Mahesa belum sempat nonton yang avanger inviniti war."     

Ella tidak pernah nonton film-film itu. "Maaf, mommy tiri tidak tahu film itu."     

"Serius? Tante cantik mommy tiri nggak pernah nonton semua film itu?"     

Ella menggeleng sambil tersenyum tidak enak.     

"Ish, ish, ish. Malang sekali nasibmu Tante cantik mommy tiri. Itu film paling keren yang pernah ada. Kapan-kapan Mahesa ajak nonton biar tahu." Mahesa turut prihatin.     

"Benarkah? Trima kasih."     

"Hemmm, biasa saja. Tidak usah berlebihan." Mahesa mengibaskan tangannya seolah ucapan terimakasih Ella tidak terlalu dibutuhkan.     

"Karena mommy tiri belum tahu film itu. Jadi, dongeng pangeran kodoknya mommy tiri lanjutkan ya?"     

Mahesa berpikir sejenak. "Sebentar," ucapnya sebelum turun dari ranjang dan mengambil salah satu buku di lemarinya.     

"Tante cantik mommy tiri. Bisa bacakan ini saja. Pengganti dongeng sama sekalian belajar, biar besok Mahesa tidak kalah pintar dari Justin dan Juliete."     

Ella mengernyit heran. Karena yang diserahkan Mahesa kepadanya adalah buku perkalian.     

"Mommy tiri harus baca ini?" Ella memastikan.     

"Iya, tolong dimulai dari 100 X 3000 ya. Soalnya yang di bawah angka itu Mahesa sudah hafal."     

Ella kembali mengernyit. Baru kali ini ada anak kecil minta didongengin perkalian? Ajaib emang anak tirinya itu.     

"Oke. 100 X 3000 sama dengan ...."     

"Tiga ratus ribu."     

"Eh ...." Ella terkejut saat Mahesa menjawabnya.     

"Lanjutkan Tante cantik mommy tiri."     

"100 X 3001 = ...."     

"Tiga ratus ribu, seratus."     

"100 X 3002 = ...."     

"Tiga ratus ribu dua ratus."     

Ella terus membacakan perkalian, sedang Mahesa akan menjawabnya. Hingga dua puluh menit kemudian tidak ada jawaban lagi dari Mahesa. Ternyata dia sudah tertidur lelap.     

Ella mengembalikan buku ketempatnya sebelum menghampiri Mahesa lagi. Entah kenapa dia ingin memeluknya.     

Ella yang memang suka anak kecil dan gampang terharu. Ingin sekali mengatakan pada Mahesa. Walau dia tidak memiliki ibu, Ella ingin menunjukkan bahwa Ella mau memberikan kasih sayang seorang ibu tanpa Mahesa harus melupakan ibu kandungnya sendiri.     

Ella merebahkan tubuhnya di samping Mahesa. Bermaksud mengelus dan memeluknya sebentar. Tapi, karena nyaman. Ella akhirnya ikut tertidur juga.     

:lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard:     

Ini sudah tengah malam. Tapi entah kenapa Jovan tidak bisa tidur.     

Setelah memandangi foto Zahra berjam-jam tentu saja sambil curhat tentang gejolak hatinya dan keputusan mencoba memulai hubungan dengan Ella. Jovan malah semakin terjaga.     

Otaknya mengkhawatirkan Ella dan Mahesa yang bobo bersama.     

Baku hantamkah mereka? Atau saling memberi sianida?     

Jovan tidak tenang. Akhirnya Jovan memilih turun dan mengecek kamar Mahesa langsung.     

Jovan membuka pintu kamar mahesa dengan pelan. Khawatir membangunkan atau menggangu siapapun yang ada di kamar itu.     

Ternyata, keresahannya tidak beralasan. Mahesa sudah tertidur lelap dengan Ella disebelahnya.     

Mereka berpelukan layaknya anak dengan ibunya. Lagi-lagi hatinya mencelos mendapati yang disana bukanlah Zahra.     

Jovan mengamati wajah Ella yang selalu cantik. Apa kurangnya dia? Tidak ada. Ella hanya terlambat mendapatkan hatinya.     

Lalu Jovan melihat Mahesa yang terlihat sangat nyaman dipelukan Ella. Mungkin memang benar, Jovan terlalu memaksa Mahesa selama ini.     

Bagaimanapun Mahesa masih kecil, tidak pernah bertemu dengan Zahra selain melihat fotonya. Jadi, Jovan rasa terlalu kejam kalau dia egois dan tidak memberi kesempatan pada Ella agar bisa menjadi ibu sambung Mahesa.     

Zahra pasti senang kalau Mahesa bisa bahagia seperti anak-anak lainnya. Memiliki orang tua lengkap. Dan kasih sayang yang lengkap pula.     

Entah kenapa Jovan tidak ingin pergi dari sana. Makanya, Jovan malah merebahkan diri di samping Mahesa dan ikut memeluknya.     

"Selamat malam Ella, selamat malam Mahesa," bisik Jovan mencium dahi Ella juga Mahesa.     

'Selamat malam Zahra' ucapnya dalam hati. Sebelum rasa kantuk datang dan menenggelamkannya.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.