One Night Accident

IMPOTEN 86



IMPOTEN 86

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Tunggu dulu." Jovan melepaskan ciumannya dan menarik tangannya dari payudara Ella.     

"Kenapa?" tanya Ella bingung dan terengah-engah. Mereka sudah sama-sama separuh telanjang dan Ella sudah sangat merasa terangsang dibawah sana. Tapi, kenapa Jovan malah berhenti.     

"Kita melupakan sesuatu."     

"Apa?" Jangan bilang Jovan akan berubah pikiran.     

"Sholat. Kita belum sholat pengantin baru." Jovan menegakkan tubuhnya dan menjauhi Ella. Tidak berani melihatnya, takut main tubruk lagi.     

"Sholat?"     

"Iya, kamu muslim kan? bisa sholat?" Jovan kok ragu ya. Selama ini dia tidak pernah melihat Ella sholat.     

Astagfirullahhaladzim, sudah berapa dosa yang menumpuk didirinya karena tidak bisa membimbing seorang istri.     

"Aku bisa sholat kok."     

Alhamdulillah. Batin jovan agak tenang.     

"Baiklah, kamu ambil wudhu dulu, di kamar mandi dan langsung pakai mukena. Aku mau ambil sarung dulu di kamar sebelah." Bohong. Jovan mau siram sosisnya dulu biar bobo. Masak mau sholat sosisnya tegang. Pas duduk diantara dua sujud berasa ngeganjel dongk.     

Ella tidak mengerti tapi dia mengikuti apa yang dikatakan Jovan dan segera ke kamar mandi mengambil wudhu. Tapi, yang membuat Ella bingung baru dua puluh menit kemudian Jovan muncul dengan rambut basah. Kenapa Jovan malah mandi?     

Dari masuk kembali ke kamar Ella Jovan tidak berani menatap langsung wajahnya. Takut khilap, harus sholat dulu baru di khilapin. Jovan mengingatkan dirinya sendiri.     

Akhirnya setelah 7 menit, Jovan dan Ella sudah menyelesaikan sholatnya.     

Ella bingung saat Jovan menyentuh kepalanya dan seperti berdoa. Tapi, Ella juga tidak mengatakan apa-apa.     

Jovan langsung berdiri dan melepas sarung dan bajunya begitu saja. Setelah selesai berdoa.     

Ella melongo.     

Bagaimana tidak, dia masih duduk dengan mukena lengkap dan tangan Jovan dikepalanya. Tapi sedetik kemudian Jovan sudah telanjang dada dan hanya menyisakan celana boxer saja.     

"Eh ...." Ella terkejut saat tiba-tiba Jovan menarik tubuhnya berdiri. Dan seperti tadi tiba-tiba mukena dan baju Ella sudah tergeletak di lantai. Menyisakan celana dalamnya saja.     

PA     

RAH.     

"Jov ...."     

"Maaf, aku benar-benar sudah tidak tahan." Jovan mengangkat tubuh Ella dan langsung menghempaskan ke ranjang. Menindihnya dan melumat bibirnya brutal.     

Ella terengah karena masih terkejut. Jovan terlalu cepat bergerak. Dan hanya butuh beberapa detik saja Ella sudah merasakan tubuhnya kembali panas dingin tidak karuan.     

Jovan terlalu lihai.     

Srakkkk.     

Jovan merobek celana dalam Ella dan langsung mengelus kewanitaannya dengan jarinya yang terampil. Dia merindukan ini. Merindukan milik wanita yang hangat dan selalu membuatnya melayang-layang.     

"Ahhhhhh," Ella mengeliat dan semakin terengah-engah. Apalagi saat ini tempat sensitif di tubuhnya sedang di permainkan oleh mulut dan tangan Jovan. Payudaranya dihisap dan dijilat bergantian. Tangannya mengelus dan mengusap kewanitaannya hingga semakin basah.     

Jovan menjauh lalu melepas penghalang terakhir ditubuhnya. Membuka lebar kedua kaki Ella dan  langsung menunduk. Ingin merasakan lagi nikmatnya gua diantara kedua paha wanita.     

"Ohhhhh, Jovannnn." Ella terasa diterjang badai ketika miliknya di lumat oleh mulut Jovan. Dia merasa nikmat tapi juga malu. Tapi, Ella juga tidak bisa mengabaikan rasa menegang diperut bagian bawahnya yang semakin kencang.     

Ella menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Tangannya mencengkram seprai kuat. Mendesah dan terus mengerang meluapkan semua rasa nikmat yang ditimbulkan oleh lidah dan mulut Jovan.     

"Jovannnn, akhhhhhh." Kaki Ella bergetar saat Jovan menghisap kuat miliknya yang semakin banjir.     

Jovan menegakkan tubuhnya lalu menepatkan tubuhnya diantara paha Ella. Dengan pelan dia menggesek-gesekkan sosisnya yang menegak sempurna.     

Shittt.     

Ini baru digesek dan Jovan terasa sudah ingin meledak. Batin Jovan semakin mendesis nikmat saat kepala sosisnya mulai mencari jalan masuk ke dalam gua kenikmatan.     

Ella menggit bibirnya. Dia takut, tapi juga ingin segera tahu rasanya bercinta. Makanya saat Jovan mulai memasukkan miliknya, dada Ella semakin berdegup kencang.     

"Uchhhh." Ella mulai merasa sesak dan tidak nyaman dengan milik Jovan yang masuk semakin dalam.     

"Rileks," bisik Jovan sambil mengelus paha Ella dan semakin memasukkan sosisnya. Saat Jovan merasakan penghalang itu Jovan berhenti. Dia  mencium Ella lembut, mengelus payudaranya dan menggerakkan tubuhnya sepelan mungkin untuk mengalihkan rasa tidak nyaman ditubuh Ella.     

"Uchhhh." Ella melenguh dan kembali mengeliat saat Jovan menarik sosisnya lembut dan memasukkannya lagi dengan sama pelannya. Rasa tidak nyaman tadi perlahan mulai hilang berganti rasa panas dan nikmat di sekujur tubuhnya.     

Jovan terus menggerakkan miliknya keluar masuk dengan pelan. Menahan diri menerobos penghalang itu dengan brutal. Jovan mencium dan meremas setiap bagian tubuh Ella hingga akhirnya dia merasakan Ella mulai terhanyut dan mencakari punggungnya tidak beraturan.     

"Ahhhh, ahhhhhh, ahhhhhh, Jovannnn. Don't stop. Ahhhhhh." Ella ikut menggerakkan pinggulnya. Ada rasa tegang di perut bagian bawah. Semakin lama semakin meningkat.     

"Oh my God. Jovannnnnnn. Ahhhhhh."     

Seluruh tubuh Ella bergetar. Dia akan segera mencapai puncaknya.     

"Jovannnn, ahhhhhh. I'm coming." Ella mencakar sembari memeluk tubuh Jovan erat saat akhirnya organsme melandanya.     

Jovan tahu inilah saatnya. Ketika tubuh Ella masih tersentak akibat organsme. Dalam sekali hujanman Jovan menembus selaput keperawanan hingga sosisnya bisa masuk sampai mentok.     

Ella menjerit kembali.     

'Akhhhhhhhhh." Ella baru merasakan kenikmatan luar biasa. Lalu sedetik kemudian miliknya terasa perih dan sakit.     

Jovan mencium bibir Ella dan meremas serta memelintir payudaranya agar Ella kembali tenang. Miliknya sudah menyatu hingga pangkalnya. Tapi, Jovan tidak bergerak. Ia memberi waktu Ella agar membiasakan diri terlebih dahulu.     

"Uchhh, it's hurt," Rengek Ella dengan setetes air mata yang jatuh dari matanya.     

Jovan mencium dan mengusap air mata Ella menenangkan. "Sory," bisik Jovan sambil mulai menaiki turunkan tubuhnya selembut dan sepelan mungkin.     

"Rileks Ella. Rileks ...." Jovan terus membujuk Ella agar tidak terlalu tegang. Menyentuh titik-titik sensitive ditubuhnya dan menggerakkan pinggulnya semakin teratur.     

Ella kembali terengah dan mulai melupakan rasa sakit dikewanitaannya. Semua sentuhan, belaian dan ciuman bibir Jovan terasa membawanya kembali menuju gerbang kenikmatan.     

"like it." Jovan meremas payudaranya Ella dan kini tidak menahan diri lagi. Dengan  cepat dia mengeluar masukkan sosisnya semakin cepat.     

Ranjang itu ikut berguncang karena kerasnya gerakan yang dilakukan Jovan. Sepertinya puasa lima tahun membuat miliknya memiliki performa yang maksimal. Jadi jangan heran kalau Ella bahkan sampai tidak sanggup walau sekedar mengeluarkan suara. Hanya megap-megap seperti ikan kehabisan air.     

Ella tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini. Yang jelas ini rasa ternikmat yang pernah dia alami. Ella tidak sanggup menahan ini terlalu lama.     

"Jov, ahhhhhh. Jovannnnnnnnn." Ella kembali organsme dan kenikmatan itu langsung disambut Jovan dengan hujaman semakin cepat dan dalam. Hingga Ella merasa melayang dan terus melayang semakin tinggi.     

Lalu Jovan menusuknya sangat dalam hingga terasa mentok ke dalam rahim.  Ella kembali menggelinjang dan menjeritkan organsmenya untuk kesekian  kali diiringi Jovan yang menyemburkan sesuatu yang hangat kedalam perutnya.     

Lalu tubuh Ella serasa lemas dan mengantuk. Sedang Jovan begitu merasakan klimaksnya berakhir malah memeluk Ella dan memutar tubuhnya hingga kini Ella yang berada diatas tubuhnya.     

Ella mendesis tidak nyaman karena merasakan miliknya yang masih menyatu dengan Jovan. Apalagi sekarang ada rasa becek setelah cairan keduanya mengalir keluar dan jatuh mengotori sprai. Walau begitu Ella tetap diam, karena rasa kantuknya lebih mendominasi.     

Jovan mengelus punggung Ella yang terasa basah akibat keringat. Menciumi wajah Ella yang terlihat sudah setengah tertidur.     

Sayangnya Jovan seperti cari perkara. Karena elusannya dari punggung akhirnya sampai ke pantat Ella dan membuat Ella mengeliat karena merasa terganggu. Sontak sosisnya yang masih terbenam dikehangatan milik Ella kembali berdenyut dan semakin membesar dan akhirnya mengeras dengan sempurna.     

"Uchhhh." Ella merasa resah dan terganggu. Ada sesuatu yang membuat seluruh tubuhnya merinding dan nafasnya menjadi berat.     

"Ahhhhhh." Ella membuka matanya lebar.     

Jovan tengah mencengkram pantatnya dan sekarang sedang menggerakkan miliknya kembali.     

Ella yang sudah organsme berkali-kali tentu saja hanya bisa pasrah dan mendesah. Menikmati apapun yang diberikan Jovan pada tubuhnya.     

Sayangnya setiap kali selesai. Maka Jovan akan mengulanginya lagi dan lagi. Ella yang lelah dan lemas bahkan tidak diberi jeda hanya sekedar memejamkan mata.     

Tubuhnya terus dipermainkan layaknya boneka. Diangkat, diturunkan, diputar, miring, nungging dan ditusuk hingga tidak terhitung berapa kali.     

Hal terakhir yang Ella lihat adalah langit sore yang terlihat di jendela kaca yang memasuki kamarnya.     

Setelah itu.     

Ella jatuh pingsan karena sudah tidak sanggup lagi.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.