One Night Accident

IMPOTEN 87



IMPOTEN 87

0Enjoy Reading.     
0

***     

Jovan duduk sambil memperhatikan Ella yang masih pingsan di atas ranjang.     

Jovan benar-benar menyesal. Dia tidak bermaksud membuat Ella kualahan hingga terkapar seperti itu.     

Tapi, lima tahun tanpa mengeluarkan mayonaise sepertinya sosisnya jadi balas dendam. Pengennya ngecrot lagi dan lagi. Alhasil Jovan yang kalap tapi enak melupakan beberapa hal.     

1. Ella  newbie soal penganuan.     

2. Ella masih perawan.     

3. Ella belum mengkonsumsi vitamin layaknya para lady Cohza.     

Jadi beginilah hasilnya. Ella terkapar pingsan dari kemarin dan sekarang dia infus.     

Kemarin, begitu Jovan sadar Ella pingsan. Jovan seperti tertampar. Dia langsung panik dan tahu yang dia lakukan sudah keterlaluan. Makanya Jovan langsung memindahkan Ella ke kamarnya. Membersihkan tubuhnya dan merawat Ella intensif.     

Sedang kamar bekas pertempuran mereka juga sudah Jovan amankan. Biar maidpun tidak akan tahu, bahwa habis terjadi pertarungan berdarah diatas ranjang itu.     

Jovan juga menyimpan seprai yang terkena noda darah perawan sebagai kenang-kenangan. Bahkan menaruhnya disebelah seprai milik Zahra dulu.     

Hufttt.     

'Zahra, coba kamu masih hidup. Aku pasti nggak bikin anak orang pingsan. Kan aku bisa gantian. Kamu semalam, Ella semalam. Biar ada istirahatnya. Kenapa malah kamu pergi, lihat hasil pelampiasanku belum berkutik hingga sekarang.' gumam Jovan pada foto Zahra di dalam ponselnya.     

'Kamu sih nggak mau poligami. Padahal aku kan dulu kasihan sama kamu. Lembur tiap malam sama aku, jadi aku berinisiatif nyari istri baru biar kamu ada yang gantiin lembur. Atau kita bisa threesome supaya kamu nggak kelelahan.'     

'Padahal kamu tahu. Mau mataku jelalatan lihat cewek lain. Hatiku tetep cuma buat kamu. Kamu itu nomor satu, ngerti nggak sih?' Jovan mengusap ponselnya.     

'Aku bisa kehilangan semua wanita. Tapi, kehilangan kamu itu berat. Dan kamu malah pergi jauh dan gak bisa balik.' Jovan mendesah mulai sedih lagi.     

'Lihat ini, bahkan bantal sofa di kamarku aku tempelin fotomu. Selimut, guling semua wajahmu. Kalau aku kangen, Aku tinggal peluk dan bayangin yang aku peluk itu kamu. Kurang ngenes apa coba?'. Jovan mengusap wajahnya. Saat itulah dia melihat pergerakan di atas ranjang.     

'Udah ah, curhat sama kamu malah bikin sedih. Kamu baik-baik di sana ya. Aku mau ngurusin istri kedua dulu. Jangan sampai dia juga meninggal ikut kamu. Nanti aku duda dua kali.'     

Jovan menghampiri Ella yang mulai terbangun.     

"Bagaimana keadaanmu? apa ada yang terasa sakit?" tanya Jovan begitu Ella membuka matanya.     

Ella mengerjap bingung? sakit? Perasaan Ella baik-baik saja.     

"Maaf, kalau kemarin aku  mengejutkan dan terlalu semangat hingga membuatmu pingsan."     

Ella mengingat kejadian kemarin dan wajahnya langsung memerah. Ternyata kejadian kemarin bukanlah mimpi dia sudah melakukannya bersama Jovan.     

Bukan hanya sekali. Tapi ... berapa kali ya? Ella tidak bisa menghitungnya.     

"Aku, em ... baik-baik saja." Ella ingin duduk lalu menyadari ada infus di lengannya.     

Jovan mengangguk puas. Iyalah Ella sudah tidak merasa sakit karena di dalam infus itu sudah dia masukkan obat penghilang rasa sakit dan vitamin agar Ella  merasa segar saat bangun dari pingsannya. Dan efek samping dari percintaan brutal kemarin, paling hanya menyisakan rasa kebas di kewanitaannya. Selebihnya fine-fine saja.     

"Kenapa aku diinfus?" tanya Ella bingung. Dia merasa tubuhnya tidak demam atau kesakitan seperti yang dikatakan orang-orang pasca kehilangan keperawanan. Miliknya memang terasa agak aneh karena habis diganjal sosis jumbo seharian penuh. Tapi dia tidak merasa sakit sama sekali.     

"Hanya untuk jaga-jaga. Khawatir kamu butuh nutrisi. Gara-gara aku, kemarin kamu melewatkan makan siang dan makan malam." Jovan menghampiri lengan Ella dan melepas infusnya.     

"Mau mandi dulu atau langsung ikut sarapan?"     

"Sarapan? maksudmu aku pingsan dari kemarin?" tanya Ella terkejut.     

"Maaf. Lain kali aku akan  lebih mengendalikan diri." Jovan mengelus tengkuknya tidak enak.     

Lain kali? apa itu berarti mereka akan melakukannya lagi? Maksudnya, Jovan tidak kapok bercinta dengannya? Membayangkannya Ella jadi malu sendiri.     

"Sebaiknya kamu mandi dulu biar aku bawa ke sini saja sarapannya?" Jovan keluar dari kamar menyisakan Ella sendirian.     

Ella mengedarkan pandangannya dan hatinya mencelos seketika.     

Kamar ini penuh dengan foto Zahra. Di dinding kamar terdapat foto pernikahan Jovan dan Zahra yang sangat besar. Di meja ada foto Zahra, vas bunga bahkan Ella baru sadar bahwa selimut yang dia pakai juga memiliki gambar wajah istri pertama Jovan.     

Sebegitu cintaku Jovan padanya. Ella yang tadi merasa sangat bahagia dan berbunga-bunga dengan segala perhatian Jovan sekarang terasa dihempaskan lagi kedalam kenyataan.     

Ella turun dari ranjang. Dia tidak nyaman berada di kamar ini. Terlalu banyak wajah Zahra. Membuat Ella seperti obat tetes mata. Menyegarkan dan mengobati tapi tidak untuk dilihat dan dikagumi.     

"Apa kamu ingin kembali ke kamarmu?" Jovan masuk ke dalam kamar dengan sebuah nampan ditangannya. Dan melihat Ella memandangi isi kamarnya.     

Ella menunduk. "Maaf, aku hanya merasa tidak seharusnya berada dikamar ini." Ella berjalan melewati Jovan begitu saja. Jovan menaruh nampan di meja dan mengikuti Ella masuk ke dalam kamarnya sendiri.     

"Ella." Jovan menarik tangan Ella dan memeluknya.     

"Maaf, Aku tahu kamu pasti tidak nyaman di sana. Tapi, aku tidak mau menyembunyikan perasaanku padan Zahra." Jovan melihat perubahan mimik wajah Ella yang terlihat kecewa.     

Jovan duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Ella sambil mengelusnya pelan. "Aku tahu ini menyakitimu dan aku tidak bisa menghentikannya. Aku mencintai Zahra dan akan selalu mencintainya. Dan untuk itu aku tidak mau berbohong hanya demi membahagiakan dirimu, karena sebaik-baiknya aku menyimpan kebohongan suatu hari kamu akan tahu dan saat itu terjadi kamu akan lebih terluka."     

Seperti Zahra yang dulu dia tipu berulangkali dengan kebahagiaan semu dan begitu semua terbongkar Zahra terluka sangat dalam hingga meninggalkan dirinya. Jovan tidak mau ditinggalkan lagi.     

Ella tahu kenyataan memang pahit. Tapi tetap saja mendengar Jovan mengatakan bahwa dia mencintai Zahra tetap menyakitinya. Wajahnya melengos mendengarnya. Sudah dia duga. Memasuki hati Jovan tidak semudah yang dia kira.     

Jovan menggenggam tangan Ella. "Kita menikah bukan atas dasar saling mencintai. Kita menikah hanya untuk penggabungan kedua kerajaan."     

Jleb.     

Ella butuh bernafas. Dia tahu Jovan tidak mencintainya. Tapi, tidak perlu dijelaskan lagi bahwa hubungan mereka hanyalah simbol penyatuan kerajaan.     

Ella menunduk, ingin sekali menangis. Tapi, berusaha menahannya.     

Jovan menangkap wajah Ella lalu memeluknya. "Maafkan aku, tidak bisa memberikan hatiku untukmu."     

Air mata Ella tak terbendung lagi. Dia patah hati untuk kesekian kali. Dan kenapa sellau Jovan yang melakukannya.     

Jovan mengusap air matanya dan mencium  dahinya lembut. "Jangan menangis. Dengarkan aku dulu."     

Jovan menatap tepat ke mata Ella. "Pernikahan kita memang hanya sebuah perjodohan. Tapi, aku akan berusaha membahagiakan dirimu. Aku janji."     

Bagaimana Jovan membahagiakan Ella jika hatinya saja milik Zahra.     

"Mungkin saat ini aku hanya tertarik pada tubuhmu. Tapi, siapa tahu suatu hari nanti aku bisa membuka sedikit ruang  di hatiku untukmu."     

"Aku tidak bisa berjanji akan bisa melupakan Zahra. Tapi ... tolong beri kesempatan bagiku agar bisa menempatkan dirimu disampingnya. Disini, di dalam hatiku. Kamu dan Zahra. Bukan sekarang tapi, suatu hari akan memiliki porsi yang sama. Aku yakin itu." Joavan menangkap tangan Ella dan meletakkan di atas dadanya.     

"Aku sudah kehilangan Zahra dan itu berat. Sekarang aku tidak mau kehilangan dirimu. Karena aku tahu, hanya kamu yang bisa mengembalikan duniaku. Kamu bisa membantuku mengikhlaskan Zahra." Jovan menatapnya intens.     

Ella tidak tahu harus bagaimana. Dia sedih dan terluka. Tapi, Ella juga tahu Jovan lebih sedih daripada dirinya.     

"Ella, aku mohon jangan pernah tinggalkan aku. Kamu maukan membantuku melengkapi hidup  dengan separuh hatiku ini?"     

Ella sakit. Hatinya sangat sakit karena mendapat kejujuran dari Jovan bahwa dia akan selalu menjadi yang kedua setelah Zahra. Tapi, walau hatinya sakit. Ella lebih merasa sakit saat melihat  Jovan memohon dengan wajah terlihat lebih menderita dari siapapun.     

Ella wanita yang tentu saja ingin mendapatkan hati pria yang dia cintai.     

Kalau memang Ella tidak bisa memiliki seluruh hatinya. Maka hanya separuhnya saja tidak apa-apa. Setidaknya Ella memiliki tempat disana.     

"Aku ... tidak akan meninggalkan dirimu. Aku janji," ucap Ella lalu memeluk Jovan sambil menangis.     

Ella bahagia karena Jovan mau menerimanya. Namun, Ella juga sedih karena tahu. Hidupnya tidak akan pernah lepas dari Zahra.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.