One Night Accident

IMPOTEN 89



IMPOTEN 89

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Asalamu'alaikum Tante cantik mommy tiri, Mahesa pulang," teriak Mahesa dari pintu rumah.     

Ella yang masih belajar masak langsung menoleh kearah ruang tamu.     

"Mbak, lanjutin ya." Ella menyuruh maid meneruskannya sedang Ella keluar dari dapur dan menemui Mahesa.     

"Wa'alaikumsalam, kok teriak-teriak sekarang?" tanya Ella heran. Soalnya sudah seminggu ini Mahesa setiap pulang selalu berteriak seperti itu. Padahal sebelumnya hanya mengucap salam,masuk ke kamar, ganti baju lalu  menemui Ella.     

"Biar kayak Dava dan Deva, setiap pulang sekolah selalu teriak memanggil Mommynya. Mahesa Sekarang kan sudah punya Mommy jadi bisa teriak kayak Dava," ucap Mahesa dengan wajah polos bahagia.     

Ella berjongkok agar sejajar dengan Mahesa.     

"Apa Dava dan Deva juga mendapat pelukan?" tanya Ella.     

"Kalau tidak ada paman Alxi iya. Tapi, kalau ada paman Alxi tidak. Katanya enggak boleh manja." Mahesa menjelaskan.     

"Kalau Mahesa lebih suka di peluk tidak?"     

"Emmmm, boleh. Tapi, nanti dibilang manja."     

Ella menarik Mahesa dalam pelukannya. "Mahesa kan sekarang sudah punya Momy. Jadi sudah sewajarnya Mahesa manja-manja sama Momy." Ella menggendong Mahesa dan berdiri.     

"Benar juga. Tapi, apa ayah nanti marah."     

"Tidak mungkin, kan ayah juga suka peluk Mahesa."     

"Oh iya. Asikkkk, Mahesa Sekarang bisa peluk ayah, bisa peluk Momy tiri juga seperti Justin dan Juliete. Uhhh Mahesa makin sayang sama Tante cantik mommy tiri."     

"Mommy tiri lebih sayang sama Mahesa. Eit ... nggak boleh minta makan dada ya." Ella memperingatkan. Sebelum Mahesa menagih makan dadanya.     

"Hehe, enggak kok. Nanti dimarahi ayah lagi. Mahesa makan dada ayam saja."Mahesa meringis masih ingat saat  dia mengatakan ingin makan dada Ella kebetulan ayahnya ternyata ada dibelakangnya.     

Alhasil langsung diceramahi ayahnya soal makan dada hanya boleh dilakukan suami istri. Jadi dada Tante cantik mommy tiri hanya boleh dimakan oleh ayahnya bukan Mahesa. Katanya Mahesa boleh makan dada kalau sudah menikah nanti. Masih lama pasti, nunggu Mahesa  dewasa dulu. Padahal Mahesa penasaran gimana rasanya makan dada wanita. Kok ayahnya terlihat suka sekali.     

"Tante cantik mommy tiri masak apa?" tanya Mahesa kemudian.     

"Ayam teriyaki. Mahesa mau makan sekarang?"     

"Mauuuuuuuuuuuuuu."     

"Ya sudah, ganti baju dulu. Cuci tangan kaki, lalu kita makan sama-sama." Ella mencium pipi Mahesa yang selalu bikin dia gemas.     

"Ashiappppp." Mahesa turun dari gendongan Ella lalu berlari kekamarnya.     

"Tante Mirna, Mahesa mau ganti baju," teriak Mahesa memanggil asistennya. Karena Mahesa sudah hampir SD Mahesa tidak mau memanggil Mirna sebagai baby sister lagi karena Mahesa merasa bukan bayi lagi. Jadi Mirna sekarang asiaten biar lebih keren.     

Mahesa sudah bisa mandi dan ganti baju sendiri. Jadi Mirna hanya tinggal menyiapkan baju gantinya saja. Membantu merapikan barang-barang dikamarnya dan peking jika bepergian jauh. Selebihnya hanya ngintilin Mahesa kemanapun pergi.     

Ella kembali ke dapur dan dibantu maid menyiapkan makan siang. Kadang Jovan pulang sebentar untuk ikut makan bersama tapi sepertinya hari ini tidak. Karena tadi Jovan mengabari kalau  istrinya Alxi melahirkan anak kelima dan seperti biasa heboh tak terkira dirumah sakit. Karena Alxi cenderung bikin kerusuhan tiap istrinya melahirkan. Begitulah katanya.     

Ella tanpa sadar mengelus perutnya sendiri. Kalau nanti dia hamil apa Jovan juga akan khawatir dan menyayangi anaknya seperti menyanyi Mahesa.     

"Tante cantik mommy tiri, kenapa melamun? Nanti kesambet lho kayak Tante Mirna." Ella tersentak karena tiba-tiba Mahesa sudah berada disampingnya.     

"Mommy tiri tidak melamun cuma berpikir. Kira-kira kalau Mahesa punya adik mau tidak?" tanya Ella ingin tahu.     

"Emmm, kalau adiknya seperti Della Mahesa mau. Kalau seperti Dika atau Justine, Mahesa nggak mau ah. Soalnya nanti Mahesa enggak bisa pamer punya adek perempuan juga. Soalnya Dava suka pamer punya adik Della. Justine punya Juliete dan Deva bilang Arthemis kembaran beda ayah dan ibu."     

"Jadi, Mahesa gak masalah kalau punya adik lagi?"     

"Iyups, makanya Tante cantik mommy tiri kalau mau produksi dedek sama ayah bikin yang perempuan saja ya. Jangan laki-laki." Pesan Mahesa serius.     

"Produksi?"     

"Kata opa Marco. Mahesa tidak boleh ganggu ayah dan Tante cantik mommy tiri kalau sedang dikamar. Opa bilang itu tandanya kalian sedang produksi adik untuk Mahesa."     

Ella berpikir. Pantas kalau malam Mahesa tidak pernah mengganggu mereka seperti awal-awal Jovan menidurinya. Ternyata sudah dinasehati Opanya.     

"Tapi, mommy tiri tidak bisa berjanji. Karena mommy tiri dan ayah hanya bisa produksi. Sedang yang menentukan anaknya lelaki atau perempuan adalah tuhan."     

"Oh ... begitu. Kalau begitu Mahesa akan rajin berdoa pada Allah biar punya adik perempuan. Nanti Mahesa akan kasih nama Zahra, biar kaya nama bunda. Jadi kalau Mahesa kangen bunda, Mahesa tinggal peluk dedek Zahra." Mahesa bicara dengan semangat.     

Ella tersenyum miris melihat Mahesa. Dia kasihan karena Mahesa sepertinya benar-benar merindukan dan pemasaran dengan sosok bundanya. tapi juga merasa terus menerus diingatkan bahwa dirumah ini walau Zahra sudah tidak ada tapi dia akan tetap menjadi yang utama.     

"Untuk itu, nanti Mahesa tanya ayah dulu ya. Boleh nggak kasih nama Zahra kalau Mahesa punya adik perempuan." Ella tidak mau sembarang jika menyangkut nama Zahra. Tahu pasti bagi Jovan  posisinya tidaklah sepenting kenangan Zahra.     

"Ashiappppp. Nanti Mahesa akan minta itu waktu ulang tahun Mahesa. Pasti dikabulkan. Soalnya ayah tidak pernah merayakan ulang tahunku tapi selalu mengabulkan permintaanku setiap aku ulang tahun. Asik kan."     

"Mahesa tidak pernah merayakan ulang tahun?" tanya Ella terkejut.     

Mahesa menggeleng.     

"Kenapa?" tanya Ella heran.     

"Entahlah, kata ayah tidak perlu. Aku juga tidak apa-apa kok tidak merayakan ulang tahun."     

"Memang kapan ulang tahun Mahesa?" tanya Ella pemasaran.     

"Seminggu lagi, Mahesa akan berusia 6 tahun dan bulan depan masuk SD bareng Deva dan Aca. Uh ... kenapa Mahesa harus selalu sekelas dengan mereka." Mahesa terlihat tidak semangat.     

"Memangnya kenapa kalau sekelas dengan mereka?" tanya Ella sabar.     

"Aca manja kebangetan. Mahesa enggak suka. apa-apa nyuruh Deva. Deva ini Deva itu. Semua dia yang kerjakan. Devanya juga mau-mau saja. Kesel lihatnya. Juliette saja enggak begitu-begitu amat sama Justine." Mahesa cemberut mengingatnya.     

"Mungkin karena Deva sayang sama Aca. Makanya mau disuruh-suruh. Mahesa nanti kalau sayang sama orang lain juga bakalan mau kok disuruh-suruh. Buktinya Mahesa sayang Mommy tiri kan makanya sekarang mau disuruh makan sayur." Memang sejak Ella belajar masak yang walau bisa dibilang tidak lezat-lezat amat tapi juga tidak buruk. Mahesa malah mau makan sayur. Alasannya kasihan Tante cantik mommy tiri yang sudah mau belajar masak, jadi Mahesa belajar memakan apapun yang dimasak Ella.     

"Iya sih, makanya Tante cantik mommy tiri. Buatkan Mahesa adik perempuan ya. Biar Mahesa juga bisa pamer belikan dia es krim seperti Dava dan Deva."     

"Tentu, nanti mommy tiri usahakan ya." Ella mengelus kepala Mahesa sayang.     

Tiba-tiba Mahesa menepuk jidatnya. "Astagfirullahhaladzim, Tante cantik mommy tiri kita harus ke rumah sakit. Kata Dava dia akan punya adik baru. Sebaiknya kita melihatnya." Ajak Mahesa.     

Ella ragu-ragu soalnya 10 bulan tinggal di Jakarta dia belum pernah keluar dengan Mahesa atau pun Jovan.  Apa boleh?     

"Tante cantik mommy tiri jangan melamun. Ayo makan habis itu kita lihat adeknya Dava."     

Ella tersenyum dan akhirnya menuruti keinginan Mahesa.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.