One Night Accident

IMPOTEN 94



IMPOTEN 94

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Trima kasih sudah mengantarku." Ella menoleh kearah Kevin yang terlihat nelangsa.     

"Kevin?"     

Kevin tersenyum dengan terpaksa lalu menggenggam tangan Ella dengan sedih. "Aku akan selalu ada untukmu. Jika suatu saat kamu berubah pikiran."     

"Kevin ...! Maafkan aku. Aku benar-benar tidak bisa." Ella melepas tangan Kevin.     

"Aku tahu, tapi jika dia menyakitimu. Ada aku yang siap mengobati. Aku selalu mencintaimu. Kapanpun kamu butuh, hubungi saja aku." Kevin memeluk Ella penuh perasan.     

"Trima kasih." Ella benar-benar tidak mengira Kevin akan menerima pernikahan dirinya dengan Jovan dengan lapang dada.     

Tidak menyalahkan dirinya yang pergi begitu saja. Dan tetap mau berteman dengannya. Ella semakin merasa tidak enak dan bersalah pada Kevin.     

"Masuklah, nanti suamimu khawatir." Kevin menatap rumah Jovan terasa sesak dan merana.     

Ella menatap Kevin sebentar memastika Kevin benar-benar baik-baik saja sebelum mengangguk dan keluar dari dalam mobil.     

"Maaf," ucap Ella sekali lagi.     

Kevin mengangguk mengerti dan mulai menjalankan mobilnya. Ella tidak mengatakan apapun lagi. Hanya melambaikan tangan saat mobil Kevin mulai menjauh.     

Ella mendesah. Masih berdiri di depan rumahnya selama beberapa saat. Mencerna apa yang dia alami seharian ini.     

Pertemuan dia dengan Jovan dan wanita montok itu. Lalu pertemuannya dengan Kevin.     

Dalam waktu sehari semuanya terasa bercampur aduk menjadi satu. Prasaannya dan hatinya seolah-olah terombang-ambing dengan rasa cinta, bersalah dan tanggung jawab.     

Orang biasa pasti akan berpikir. Untuk apa mempertahankan pernikahan yang sudah jelas menyiksanya.     

Untuk apa setia pada Jovan yang sudah jelas playboy akut.     

Untuk apa menjadi istri kalau hidup dalam bayang-bayang almarhum istri pertama.     

Dilihat dari segi manapun. Ella rugi bandar.     

Sayangnya. Ella bukan perempuan biasa. Dia adalah putri Inggris. Dimana semua ada aturannya.     

Ella tidak bisa memutuskan hubungan dengan Jovan hanya karena keegoisan dirinya semata. Ella harus berpikir 10.000 kali dampak yang ditimbulkan kalau sampai dia berpisah dengan Jovan.     

Dan menurut perhitungan dirinya. Ella dan keluarga akan hancur kalau sampai Ella kembali kepada Kevin dan meninggalkan Jovan.     

"Menyesal sudah kembali kerumah?"     

Ella menoleh dan melihat Jovan berdiri di belakangnya dengan wajah kaku sembari menatapnya tajam.     

"Aku dan Mahesa menunggumu dan kamu malah bersenang-senang dengan pria lain." Jovan merasa dadanya bergemuruh ingin menghajar siapapun pria yang tadi siang memeluk istrinya. Dan sekarang dengan berani mengantar Ella sampai depan rumah. Benar-benar cari mati dia.     

"Bukannya kamu yang senang jika aku tidak kembali? mengganggu kesenangan dirimu dengan pacar barumu? Siapa namanya Keke atau Mahesa memanggilnya Tante semok, tante montok?" tanya Ella langsung merasa kesal dengan perkataan Jovan yang menyindirnya.     

Jovan yang jelas-jelas tidak mengakui hubungan mereka di depan Keke Keke itu. Kenapa disini terlihat seolah dia yang yang mulai berselingkuh. Dia bahkan menolak Kevin hanya demi Jovan.     

"Aku sudah mengenalkan kalian. Dia adik dari pasienku. Bukan siapa-siapa yang perlu kamu cemburui. Sedang pria yang bersama denganmu. Siapa dia?" tanya Jovan penasaran sekaligus kesal.     

"Kamu memang mengenalkan Keke sebagai adik pasienmu. Tapi, kamu Tidak mengatakan pada Keke kalau aku ini ISTRIMU. Kenapa? takut Keke ilfil begitu tahu kamu bukan lelaki Single lagi?" Ella yang sedang cemburu semakin kesal. Kalau saja Jovan tadi siang mengatakan dia istrinya. Ella tidak akan sekecewa dan sakit hati seperti ini.     

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Jelas-jelas Keke bukan siapa-siapa selain adik pasien. Aku hanya bersikap ramah padanya. Toh, aku hanya makan siang dengan puluhan saksi mata melihatnya. Aku tidak hanya berduaan saja dan yang jelas tidak melakukan sesuatu yang menimbulkan kesan aku sedang sleikuh." Jovan menjelaskan.     

"Iya awalnya hanya bersikap ramah, perlahan makan bersama. Besok-besok siapa yang tahu kalian akan pergi berdua kemana?" Ella tidak mau kalah.     

"Bukannya kebalik ya? Jelas-jelas kamu yang selingkuh. Pergi berduaan dengan cowok lain tanpa satupun yang tahu kamu dan dia kemana dan ngapain saja. Berpegangan, berpelukan bahkan aku lihat dengan mata kepala sendiri. Cowok itu mencium keningmu berkali-kali. Jadi mending kamu jujur saja sebenarnya dia pacarmu kan?" Jovan semakin Kesal karena Ella malah membahas Keke yang jelas-jelas hanya obat cuci mata. Tidak ada niat Jovan untuk selingkuh sama sekali.     

"Baru tadi pagi kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Tapi, siang hari malah pelukan bahkan dengan mudahnya kamu dicium orang lain selain suamimu. Jadi siapa yang sebenarnya yang selingkuh disini? Aku atau kamu?" Jovan mendekati Ella hingga jarak mereka hanya beberapa centi saja.     

"Aku suamimu. Walau aku tidak mencintai dirimu. Tapi, aku tidak akan pernah selingkuh," ucap Jovan penuh penekanan.     

Wajah Ella langsung memucat. Dia dituduh selingkuh? Jelas-jelas Jovan yang selalu jelalatan kalau melihat cewek sexy. Ella diam bukan berarti kita Ella tidak tahu ya.     

Lagipula Ella bisa menjelaskan siapa Kevin tanpa harus berseteru. Asal Jovan bertanya baik-baik. Bukan langsung marah dan menuduh yang tidak-tidak.     

Kenapa Jovan ambil kesimpulan seenaknya sendiri. Seolah-olah Ella tidak menghargai pernikahan mereka sama sekali.     

Di tuduh orang lain masih bisa Ella atasi. Tapi di curigai suami sendiri. Sakit sekali rasanya. Lebih sakit dari luka yang disiram cuka.     

"Terserah apa katamu." Ella menyerah, kepalanya terasa amat sangat pusing. Dia lelah bertengkar dan butuh waktu istirahat. Ella memilih menghindar dan berjalan masuk ke dalam rumah melewati Jovan begitu saja. Dia sakit hati dan sedang kecewa. Tidak mau membuat kepalanya semakin pusing dengan berdebat lagi dan lagi.     

"Kita belum selesai bicara. Siapa laki-laki itu?" tuntut Jovan benar-benar merasa cemburu.     

"Hanya teman lama." Ella terus berjalan menuju kamarnya.     

"Hanya teman? Mana ada teman tapi pelukan mesra? Jujur saja Ella. Dia teman kerja, teman sekolah, teman nongkrong?"     

"Atau jangan-jangan dia teman tidur?"     

Deggg.     

Ella berbalik melihat wajah Jovan dengan mulut ternganga tidak percaya. Apa Jovan baru saja menuduhnya tidur dengan lelaki lain.     

KETERLALUAN.     

"Iya, dia pacarku, kekasihku, teman tidurku."     

Brakkkk.     

Ella menutup pintu kamarnya keras tepat di depan wajah Jovan. Lalu tubuhnya merosot turun. Menangisi hatinya yang semakin sakit dan terluka karena tuduhan Jovan yang semakin buruk.     

Apa dia terlihat sangat murahan hingga mau tidur dengan sembarang pria.     

Tok, tok, tok.     

"Ella, keluar. Jelaskan dulu siapa pria itu?"     

Brakkkk, brakkkkk, brakkkk.     

Jovan memukul dan menendang pintu kamar Ella karena tidak mendapat tanggapan.     

"Fine, aku akan cari tahu sendiri. Jika kamu ada main sama dia. Jangan harap kalian berdua selamat."     

Brakkkk.     

Ella terlonjak kembali karena Jovan menendang pintu kamarnya kali ini lebih keras. Hingga punggungnya yang menempel di sana ikut bergetar.     

Ella memeluk kakinya dan menangis dalam diam. Berharap air matanya bisa mengobati sedikit rasa sesak di dalam dadanya karena terus-menerus     

Disakiti oleh Jovan.     

Ella mulai lelah dengan semua ini.     

Tubuhnya sakit, kepalanya juga semakin pusing.     

Saking tidak kuatnya, tanpa diketahui oleh orang lain tubuh Ella ambruk di lantai.     

Ella pingsan hingga pagi.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.