One Night Accident

IMPOTEN 80



IMPOTEN 80

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Oh iya, bisa panggilnya mommy tiri saja. Nggak usah pakai Tante cantik bukan tetangga. Nanti Mahesa capek ngomongnya," pinta Ella. Karena merasa panggilannya terlalu panjang dan mbulet.     

"Tante cantik mommy tiri sajalah. Oke, siap." Putus Mahesa langsung tanpa menunggu jawaban Ella.     

"Kalau begitu, Tante cantik mommy tiri, kapan kamu masak. Mahesa sudah bilang kan tadi kalau Mahesa lapar."     

"Boleh mommy tiri berkata jujur."     

"He hem."     

"Mommy tiri tidak bisa masak, jadi biar maid saja yang masak buat Mahesa. Oke?"     

"Ish ... tante cantik mommy tiri bagaimana sih. Kalau udah jadi mommy harus bisa masak. Mommynya Dava saja pinter masak kenapa Tante cantik mommy tiri tidak bisa masak. Belajar masak sana," perintah Mahesa seenaknya.     

Ella berubah pikiran. Anak tirinya bukan hanya nakal tapi bossy.     

"Nanti mommy tiri akan belajar masak, tapi sekarang makan makanan yang dimasak maid dulu ya?" Bujuk Ella berusaha menawar.     

"Ish, ya sudahlah. Tapi besok-besok Jangan lupa belajar masak. Mahesa tidak mau ...."     

"MAHESA?"     

Ella dan Mahesa menoleh ke asal suara. Dimana Jovan terlihat terengah-engah dan berkeringat.     

Jovan terpaku mendapati Mahesa berada di pangkuan Ella. Tanpa ada yang cidera.     

"Ayahhhhhh." Mahesa melompat turun dan Jovan langsung memeluknya.     

"Ih ... ayah keringetan, belum mandi ya? Mandi dulu sana." Mahesa melepas pelukan Jovan saat melihat ayahnya berkeringat.     

Ayolah nak. Ayahmu berkeringat karena abis lari-lari. Takut emak tirimu kamu bikin jantungan.     

Ella berdiri ingin menyapa Jovan. Tapi masih agak sakit hati dengan pernyataannya kemarin. Alhasil dia hanya tersenyum dan berpamitan ke dapur untuk menyuruh maid menyiapkan makan malam.     

Jovan melihat Ella yang menjauh. Tahu pasti Ella tersinggung dengan perkataannya semalam. Tapi, mau bagaimana lagi. Jovan belum bisa memberikan harapan kepadanya.     

"Ayahhhhhh, sana mandi." Mahesa menarik lengan Jovan agar berjalan menuju kamar Ella.     

"Ayah pulang dulu ya, mandi di sana saja. Di sini ayah belum bawa baju ganti." Jovan baru kembali turun tapi di cegah anaknya.     

"Ayah bagaimana sih, kan kita mulai hari ini tinggal di sini. Kenapa nggak bawa baju? baju dan mainan Mahesa saja sudah dibawa kesini semua."     

Jovan berjongkok melihat anaknya dengan sayang. "Emang Mahesa yakin mau tinggal di sini sama Tante ella?"     

Mahesa mengangguk.     

Mahesa masih ingat pesan pamannya Javier bahwa ayahnya harus tinggal dan tidur sekamar sama mommy tirinya. Biar Mahesa tidak berdosa, dan semua Legonya aman dari api neraka.     

"Nggak bakal nakal dan naruh ular lagi kan?"     

Mahesa menggeleng.     

"Nggak boleh bawa binatang apapun yang bikin Tante Ella ketakutan. Oke?"     

"Iya, Mahesa nggak akan bikin takut Tante cantik mommy tiri kok. Janji deh." Mahesa mengangkat kedua jarinya sambil tersenyum. Demi Lego tersayang.     

"Bagus, anak ayah emang pinter dan baik." Jovan mengelus kepala anaknya.     

"Tapi ada syaratnya ayah."     

Jovan menghentikan elusannya dan memandang Mahesa curiga.     

"Ayah harus tinggal disini dan tidur sama Tante cantik mommy tiri. Kalau enggak Mahesa akan bawa semua ular Dava kesini plus cicaknya."     

What? Cicak?     

Tapi, tunggu dulu kenapa Mahesa yang awalnya benci sama Ella Sekarang malah membelanya?     

Apa Jovan melewatkan sesuatu?     

Apa yang mereka bicarakan sebelum Jovan datang?     

Mana Mahesa sama Ella terlihat akrab lagi. Hm ... Mencurigakan.     

"Kenapa ayah harus sekamar sama Tante Ella?"     

"Kan ayah sudah menikah sama Tante cantik mommy tiri. Jadi  ya harus tidur sekamar. Kalau tidak nanti ayah dosa lho. Mahesa nggak mau ayah dapat banyak dosa dan masuk neraka."     

Jovan berdehem. Kenapa dia berasa diceramahi anaknya ya?     

Jovan tahu, tidak menafkahi istri lahir dan batin memang dosa. Tapi, Jovan kan belum yakin itunya mau bangun kalau sama Ella.     

Iya kalau pas abis foreplay sosisnya menegang. Kalau tetep lemes, tengsin dongk.     

"Ayah bukan nggak mau sekamar sama Tante Ella tapi ...."     

"Ish, no no no. Mahesa tidak menerima alasan. Ayah harus tetap tidur sekamar sama Tante cantik mommy tiri."     

"Mahesa kok maksa? Pasti Mahesa dapet hadiah dari Tante Ella ya? agar meminta ayah sekamar dengannya?"     

"Tidak."     

"Jangan bohong ya? Bener Mahesa nggak diiming-imingi hadiah sama Tante Ella? Hm ..."     

"Ehemmm."     

Jovan dan Mahesa menoleh. Ella berdiri tak jauh dari sana dengan wajah kesal.     

"Disini banyak kamar kosong. Kalau kamu mau menempati salah satunya. Silahkan. Ini kan rumahmu terserah kamu mau tidur dimana." Ella langsung berbalik. Tapi berhenti kembali.     

"Aku tidak menjanjikan apa-apa pada Mahesa," ucapnya sebelum berlalu meninggalkan Jovan dan Mahesa dengan hati dongkol.     

Emang dia semurahan itu apa. Sampai menyogok anak kecil demi bisa tidur sama suaminya sendiri.     

Keterlaluan.     

***     

Malam ini adalah malam tercanggung dari semua malam yang pernah Jovan lalui. Mereka makan malam dalam diam, tidak ada yang bicara ataupun sekedar bertanya apakah makanannya enak atau tidak.     

Ella dengan rasa kesalnya. Jovan dengan rasa bersalah karena sudah berburuk sangka.     

Hanya Mahesa yang terlihat santai, tidak tahu bahwa dua orang dewasa di sebelahnya sedang saling lirik karena tidak tahu harus berkata apa.     

"Kak, Jovannnnn." Tiba-tiba suara dari ruang tamu membuat semuanya menoleh. Mirna menghampiri meja makan dengan wajah penuh air mata.     

"Kamu kenapa?" tanya Jovan heran.     

"Kak Jov, Mirna salah apa? kenapa Mirna dipecat?" tanya Mirna sambil menangis.     

"Apa karena Mirna hari ini libur? tapi kan dari awal udah ada perjanjian kalau Mirna liburnya seminggu sekali tapi malam harus sudah kembali. Tapi, kenapa pas pulang Mirna dipecat? Huhuuuu." Mirna makin sesenggukan.     

"Siapa yang mecat kamu?"     

"Kak Javier. Tadi aku pulang dan langsung diusir, katanya aku suruh pergi ke rumah mbak Inggris saja." Mirna masih berlinang air mata.     

Jovan auto tepok jidat. "Mirna ... kamu diusir dari sana karena sekarang rumah lama emang sudah dikuasai Javier ama bininya. Mulai hari ini aku sama Mahesa, kamu juga bakalan tinggal disini. Makanya Javi ngusir kamu dari sana." Jovan menjelaskan.     

Mirna Loading.     

"Jadi, Mirna nggak dipecat?"     

"Nggak ada yang mecat kamu."     

"Huaaa, makasih kak Jov. Mirna udah takut banget tadi. Kalau Mirna dipecat, Mirna nggak bisa kirim duit ke kampung." Mirna tiba-tiba memeluk Jovan.     

"Iya, tapi lepas Mirnaaaaa. Bukan mahram, astagfirullahhaladzim." Jovan melepaskan pelukan Mirna karena risih.     

"Maaf kak Jov. Habis Mirna seneng banget nggak jadi dipecat."     

"Iya, iya. Nggak apa-apa. Udah makan belum? Sini makan dulu." Mirna memang sudah biasa ikut makan bersama.     

Ella yang sedari tadi melihat interaksi Jovan dan Mirna merasa cemburu. Kenapa Mirna bisa seakrab itu. Mana Jovan juga terlihat perhatian lagi. Kan bikin kesel.     

Sedangkan dia yang notabennya istrinya sendiri malah diabaikan berkali-kali. Nyesek tahu.     

"Mirna sudah makan tadi. Mirna mau mandi saja, bentar lagi kan harus nemenin Mahesa tidur."     

"Tidak perlu Tante Mirna, malam ini Mahesa tidur ditemani Tante cantik mommy tiri kok. Iya kan?" Mahesa menatap Ella dengan senyum lebar.     

Ella yang tadi cemburu jadi ikut senang. Setidaknya Mahesa masih menganggapnya ada. "Iya nanti aku temenin tidur."     

Jovan hampir tersedak. Ella dan Mahesa tidur bersama? Serius?     

"Kalian mau bobo bareng?" tanya Jovan tidak percaya.     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.