One Night Accident

IMPOTEN 93



IMPOTEN 93

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Selamat Siang, Dokter Jovan."     

Jovan mendongak dari meja kerjanya dan mendapati Keke tersenyum lebar ke arahnya.     

"Selamat siang juga. Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Jovan dengan senyum ramah.     

"Aku mau minta vitamin untuk kakaku. Karena vitamin yang kemarin tidak sengaja aku hilangkan. Padahal besok harus sudah sampai ketempat kakakku."     

"Owh, baiklah." Jovan kembali menulis resep untuk Keke karena masih hapal dengan resep yang dia berikan kemarin. Cewek dengan dada semontok itu pasti susah dilupakan.     

"Kemarin aku mencari-cari dokter. Tapi tiba-tiba menghilang."     

Jovan ingat dia keasikan bercinta dengan Ella sampai lupa kalau sedang dalam acara makan siang dengan Keke. Untung walau Mahesa dia tinggal  juga  tapi  masih ada Mirna  yang menemani.     

"Maaf, aku ada keperluan mendadak saat itu."     

"Saya mengerti kok. Pasti dokter Jovan sangat sibuk. Apalagi bekerja di rumah sakit sebesar ini. Pasti banyak pasien yang membuat anda kerepotan. Benar kan?" Keke memaklumi.     

"Ah, iya. Kemarin ada panggilan dari pasien dadakan. Jadi aku sampai berlaku tidak sopan dengan meninggalkan dirimu begitu saja." Pasien istimewa lebih tepatnya pasien yang bisa membuat sosisnya jadi istimewa.     

"Baiklah sebagai tanda permintaan maaf bagaimana kalau kita makan siang ulang. Kebetulan aku ada waktu lumayan senggang hari ini. Saya janji tidak akan ada panggilan dadakan lagi."     

Pucuk dicinta ulampun tiba. Itulah kira-kira yang dipikirkan Keke. Dia ke rumah sakit memang berniat menemui Jovan. Minta resep vitamin hanya modusnya saja. "Baiklah kebetulan ada restoran yang ingin aku coba. Tidak jauh dari sini kok tempatnya."     

"Tentu, kita bisa berangkat sekarang." Jovan berdiri. Melepas jas dokternya dan berjalan beriringan dengan Keke keluar dari rumah sakit.     

***     

"Ini baru cocok," ucap Mahesa melihat penampilan Ella.     

Ella melihat cermin dan tersenyum. Dia tetap memakai baju panjang dan celana panjang. Tapi tetap terlihat cantik dan menarik. Tidak seperti tadi pagi yang kata Mahesa seperti teroris gara-gara Jovan yang tidak pintar memilih gamis.     

"Baiklah, karena Tante cantik mommy tiri sudah kembali oke. Apa kita bisa pergi sekarang? Mahesa sudah lapar." Mahesa mengelus perutnya.     

"Tentu, ayo kita berangkat."     

"Bisa kita makan di restoran dekat rumah sakit ayah saja? Mahesa ingin bertemu ayah sekalian." Mahesa menggandeng tangan Ella dengan senang.     

Ella berpikir sebentar. Jovan masih marah tidak ya? Atau ini kesempatan bagus untuk Ella minta maaf karena sudah mengatakan yang tidak-tidak tadi pagi. "Baiklah, kita cari yang terdekat. Sekalian kita ajak ayahmu kalau memang tidak sibuk ya!"     

"Ashiappppp." Mahesa naik ke mobil terlebih dahulu di susul Ella. Lalu Mirna dan beberapa pengawal naik mobil lain mengiringi.     

Tidak membutuhkan waktu yang lama mereka sudah sampai di restoran yang mereka tuju.     

"Tante Mirna tolong telpon ayah." Pinta Mahesa begitu mereka sudah mendapatkan meja.     

"Biar mommy tiri saja yang telpon." Ella menghubungi nomor Jovan. Tapi, sayang tidak kunjung di angkat. Apa Jovan sibuk? atau masih marah dengannya.     

"Sepertinya ayahmu sedang sibuk. Kita makan berdua saja ya?"     

Mahesa terlihat kecewa. Tapi tetap mengangguk maklum. "Tapi, bisa nanti setelah makan kita mampir ke rumah sakit?"     

"Iya, nanti kita mampir. Sekarang Mahesa makan dulu ya." Ella segera menyuruh Mahesa memakan hidangannya begitu tiba. Mirna juga makan dengan pengawal lain tapi beda meja. Karena tidak mau mengganggu kebersamaan Ella berdua dengan Mahesa.     

"Ayahhhhhh?" Ella menoleh ke arah Mahesa memandang begitu mendengarnya  tiba-tiba berteriak memanggil ayahnya.     

Di sana Jovan terlihat baru masuk dengan perempuan cantik dan terlihat sangat akrab. Hati Ella mencelos seketika.     

Jovan menyuruh dirinya memakai pakaian tertutup. Tapi, dia malah jalan dengan wanita dengan baju terbatas dan sangat sexy.     

Jovan juga terkejut saat melihat Mahesa dan Ella ada di sana. Tapi Jovan tetap berusaha tenang.     

"Anak ayah." Jovan menghampiri Mahesa dan Ella. Mencium pipi Mahesa sayang.     

"Hallo Tante montok, mau makan juga?" tanya Mahesa.     

"Iya Mahesa. Kata teman Tante di sini menunya komplit dan enak-enak." Keke mencubit pipi Mahesa.     

"Memang enak Tante montok. Mahesa suka. Iya kan Tante cantik mommy tiri."     

Ella tersenyum canggung dan mengangguk. Menahan berbagai pertanyaan di mulutnya tentang siapa wanita yang bersama suaminya.     

"Keke perkenalkan ini Ella. Dan Ella ini Keke salah satu adik pasien." Jovan memperkenalkan. Dia juga masih canggung dengan Ella karena perdebatan mereka tadi pagi.     

"Ayahhhhhh, sini makan bersama."     

Jovan menatap Ella seolah bertanya apakah boleh bergabung di sana.     

Ella hanya menunduk, sudah merasa kecewa dan sakit hati melihat Jovan tidak bisa dia hubungi dan malah jalan dengan perempuan lain. Mana mengenalkan Ella hanya sebagai Ella bukan istrinya. Jelas sekali Jovan tidak mau wanita di sampingnya tahu kalau dia istri sahnya.     

"Ayahhhhh." Mahesa menarik lengan Jovan agar duduk di sebelahnya.     

"Kamu hanya makan itu?" tanya Jovan saat melihat di depan Ella hanya ada satu porsi cumi.     

"Aku sedang tidak selera," jawab Ella malas bicara. Ingin segera pergi dari restoran agar tidak melihat  Jovan dan mungkin gebetannya itu.     

Bilangnya hanya mencintai Zahra. Tapi ada yang semok dikit diembat juga. Ella semakin merasa tidak diinginkan apalagi dilihat dari penampilan wanita itu jelas lebih semok dan montok dari pada dirinya yang kurus kering seperti lidi.     

Ella makan dalam diam. Tidak Sudi  menawarkan pada siapapun. Dia juga tidak berbicara. Hanya menanggapi Mahesa sesekali.     

Bahkan Mahesa juga terlihat akrab dengan wanita itu. Sepertinya walau Ella pergi, mereka sudah dapat pengganti.     

"Sebaiknya kamu makan ini juga." Ella tetap diam saat Jovan menaruh sayuran kedalam piringnya. Ella sudah cukup gondok melihat wanita berbody sexy itu.  Jangan membuatnya yang sedang tidak selera  makan semakin mual karena harus berbasa-basi. Apalagi melihat nasi yang di santap Mahesa  bawaannya langsung ingin mumbuangnya.     

Tiba-tiba Ella ingin mengamuk saja.     

"Aku pesankan yang lain ya?" bujuk Jovan. Dia itu playboy kelas kakap. Jadi setelah memperhatikan wajah Ella. Jovan tahu kalau istrinya cemburu buta dengan Keke.     

Perdebatan tadi pagi belum clear. Jovan tidak mau menambah masalah lagi.     

Ella tidak menjawab tapi malah memakan cumi di depannya semakin lahap.     

"Aku sudah selesai. Mahesa kalau masih lama nanti pulang bareng Mirna atau ayah saja ya. Mommy tiri ada urusan." Ella segera berdiri tidak sanggup melihat Jovan dan wanita itu yang ngobrol seolah Ella tidak ada di sana.     

"Ella." Jovan mencekal tangannya.     

"Maaf, aku permisi." Ella melepas cekalannya Jovan dan langsung pergi. Tidak menghiraukan tatapan heran Mahesa dan Keke.     

Ella tidak sanggup jika seperti ini.     

Ella berusaha menerima Jovan walau hanya bisa memberinya setengah hati. Semua demi keluarganya dan demi dua kerajaan agar tetap damai.     

Ella juga lebih banyak mengalah dengan Jovan karena tidak mau ketidak harmonisan  rumah tangga mereka terendus media massa. Dan jadi berita seluruh dunia.     

Semua demi keluarga.     

Tapi sepertinya setiap Ella semakin menurut. Setiap Ella makin mengalah. Ella akan semakin tersakiti.     

Ella terus diam dan mengalah bukan berarti Ella rela diperlakukan seperti ini. Ella juga wanita yang memiliki hati dan perasaan.     

Seumur hidupnya sudah penuh aturan dan adat kesopanan kerajaan. Tapi tidak ada yang mengajarkan bagaimana menghadapi lelaki yang tidak menginginkan istrinya sendiri.     

Ella terus berjalan sambil menunduk tanpa memperhatikan sekitarnya hingga akhirnya dia menabrak seseorang dan hampir terjatuh. Untung orang itu segera memegangi dirinya.     

"Sarah?"     

Ella mendongak dan wajahnya langsung terasa memucat. "Kevin?"     

"Astaga, ini benar dirimu?" Kevin langsung memeluk Ella dengan erat.     

"Aku mencarimu kemana-mana. Aku pulang dari Singapura dan kamu tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Aku sangat khawatir terjadi sesuatu padamu." Kevin menciumi dahi Ella penuh rasa kerinduan.     

Ella terpaku. Kenapa Kevin bisa ada di sini? "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ella masih tidak percaya bahwa meraka dipertemukan kembali.     

"Bisnisku semakin berkembang dan mitraku ada yang berasal dari negara ini." Kevin melihat Ella yang malah diam.     

"Sarah, apa kamu tidak suka bertemu denganku?" tanya Kevin merasa aneh dengan respon kekasihnya yang malah terlihat shok itu.     

Ella menatap Kevin lalu dia ingat bahwa dia sudah menikah. Seketika Ella melepas pelukan mereka.     

"Maaf, aku pergi tiba-tiba." Ella menjauh dari Kevin.     

"Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kita bertemu lagi. Itu sudah cukup bagiku." Kevin berusaha mendekat tapi Ella kembali menjauh.     

"Sarah? Ada apa?" tanya Kevin bingung "Apa kamu tidak merindukanku?" wajah Kevin terlihat kecewa.     

Ella tidak bisa membendung air matanya. "Maafkan aku, kita tidak bisa seperti dulu lagi. Aku ... aku tidak bisa ...." Ella berbalik bermaksud meninggalkan Kevin.     

Kevin memeluk Ella dari belakang. Tidak rela ditinggal lagi tanpa penjelasan. "Kenapa? kenapa kamu mau lari lagi. Apa yang terjadi, bicaralah. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja tanpa kejelasan.  Kenapa dan ada apa? Kenapa kamu tidak mau lagi bersamaku."     

"Maaf." Ella berusaha melepaskan pelukan Kevin tapi Kevin tidak membiarkannya.     

"Kevin, lepaskan aku."     

"Tidak. Jelaskan padaku dulu kenapa kamu meninggalkan diriku?" Kevin tetap keukeh.     

Ella menoleh baru sadar dia masih di tempat umum dan ada beberapa orang memperhatikan. "Aku akan jelaskan, tapi tidak disini."     

Kevin mengangguk lalu memeluk pinggang Ella dan menggiringnya masuk ke dalam mobil.     

Tidak ada yang menyadari ada pria yang terbakar tidak jauh dari sana.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.