One Night Accident

EKSTRA PART 1 (AURORA)



EKSTRA PART 1 (AURORA)

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Kenapa tidak ada yang memeberitahuku?" Marco masuk ke rumah sakit dengan wajah marah memandang David dan Tasya yang terlihat salah tingkah.     

"Lha ... Ini juga aku kasih tahu kan, sudah sih tenang saja." Tasya menjawab dengan enteng.     

"Tenang? Kamu suruh aku tenang! Istriku di dalam mau melahirkan! dan kamu menyuruhku tenang? MANA BISA!!" Tak tahu kah si Tasya sama David. Ketika Lizz melahirkan Junior saja Marco paniknya mengalahkan orang gila. Apalagi sekarang Lizz melahirkan malah tanpa pemberitahuan kepadanya. Jantung Marco melompat-lompat karena rasa panik tak terkira.     

Dulu ketika kelahiran Junior masih ada keluarga Cavendish yang berhasil menenangkan dirinya. Sedang sekarang selain tidak ada Mom Stevanie dan Daniel yang mendukung bahkan kebetulan emak Rina saat ini sedang berada di Jogja. Karena Lizz harusnya masih melahirkan bulan depan jadi emak Rina masih santai. Siapa yang tahu bahwa ternyata anaknya malah ingin brojol lebih cepat dari perkiraan.     

"Dokter, cepat keluarkan bayiku," perintah Marco sambil menarik kerah seorang dokter yang lewat di depannya. Tasya hanya mendesah dan David menggelengkan kepalanya ketika melihat kepanikan Marco. Bagaimana tidak rumah sakit ini milik Marco. Apalagi Marco juga seorang dokter ditambah ketika Lizz hamil Marco sudah menjadi Dokternya secara pribadi dan berjanji akan menjadi dokter yang menangani kelahiran anak ke duanya. Lalu ... kemana semua ilmu kedokternnya saat ini?     

Hilang, musnah entah ke mana.     

Ternyata benar kata Daniel, segala seuatu yang bersangkutan dengan Lizz bisa membuat Marco melupakan segalanya. Bahkan lupa dia dokter yang bisa menangani kelahiran anaknya.     

David menoleh ke arah Tasya. "Mereka masih lama?"     

"Tenang saja, sebentar lagi sampai kok. Alca juga bersama mereka," Jawab Tasya pelan.     

"Dan kau perawat, jangan ceroboh, aku ingin bayiku segera di keluarkan, dengan selamat, ingat jangan membuat istriku kesakitan atau aku pecat kalian semua," bentak Marco membuat Dokter dan perawat di sana terkejut karena baru kali ini melihat Marco bertingkah aneh seperti itu.     

"Marco, tenangkan dirimu, Lizz pasti baik-baik saja." David berusaha menenangkan.     

"Baik- baik saja kamu bilang, istriku akan melahirkan, dia pasti kesakitan. Aku ingin masuk, aku harus menguatkannya, aku akan menenangkannya, dan yang pasti aku ingin dia tahu aku selalu mendukungnya." Marco meracau tidak karuan, dia terlalu panik, dia terlalu khawatir. Marco paling tidak bisa melihat Lizz menderita, dia tidak tahan, tidak kuat dan tidak akan rela.     

"Lagian beb, aku sudah larang kamu hamil lagi kenapa ngeyel sih, sekarang bagaimana? Kamu melahirkan dan kesakitan lagi kan." Marco ingin menangis saja rasanya ketika membayangkan Lizz menjerit- jerit mempertaruhkan nyawa demi mengeluarkan anaknya.     

Padahal Lizz ketika melahirkan tidaklah histeris atau menjerit-jerit seperti Ai, justru dia dianggap pasien paling anteng dan tidak merepotkan karena mendengar dan melakukan intruksi dokter dengan patuh.     

"Di mana ruangannya." Marco bertanya pada David.     

"Ruangan apa?" tanya David semakin heran. Ini kan Rumah Sakit milik Marco masa iya dia tidak tahu ruang bersalin ada di sebelah mana. Huh ... David jadi ikut sakit kepala rasanya.     

"Ruangan Lizz melahirkan. Di mana lagi?"     

"Sory, kita tidak akan memberitahukan padamu, kamu bukan bikin tenang tapi malah bikin rusuh tahu nggak?" Tasya menolak mebuat David yang hendak memberitahu Marco di mana Lizz mengurungkan niatnya.     

"Gue nggak perduli, gue mau ketemu Lizz sekarang juga." Oke kalau Marco sudah pake Lo, Gue berarti tingkat kepanikannya semakin meningkat.     

"Woyyy, di mana istriku?"     

"Dokter kamu taruh di mana istriku?"     

"Kamu, ke sini beritahu aku di mana istriku."     

"Bangsattt di mana istrikuuuuuu."     

Marco menanyai semua yang lewat seperti orang gila.     

Duakkkhhhhh.     

Brugkhhhh.     

Tubuh Marco langsung limbung saat dengan tiba-tiba seseorang memukul tengkuknya. MArco pingsan di tempat.     

"Untung kamu datang Paman." David lega melihat Pete yang dalam satu serangan menumbangkan Marco yang histeris sendiri.     

"Merepotkan, singkirkan," perintah Pete pada anak buahnya agar membawa Marco pergi dan tidak mengganggu proses persalinan Lizz.     

Marco memang pingsan dan matanya tertutup tapi samar- samar dia masih mendengar suara Uncle Pete sebelum kegelapan menenggelamkannya.     

Mungkinkah Paman datang menjenguk istrinya? Di saat seluruh keluarga Cavendish tengah membenci dirinya? Marco merasa pasti ini cuma khayalan semata.     

"Sudah beri tahu Daniel dan Ai?" tanya Xia bersama Alxi anaknya dan Alca anak Tasya yang dia jemput dari sekolah bersama.     

"Aku sudah menelpon Ai kok." Tasya memberitahu.     

Pete diam dan duduk di ruang tunggu bersama David.     

"Mom ... Alxi laper."     

"Ya sudah ke kantin sana." Xia menjawab santai. Membuat Alxi cemberut, dia kan bilang laper biar di kasih duit buat makan di kantin. Kenapa cuma suruh ke kantin tanpa kasih duit.     

"Alca ke kantin yuk!" ajak Alxi.     

"Aku enggak laper."     

"Emang kamu mau duduk doang di sini, mending sama aku." Alxi membujuk.     

"Ya sudah, yuk." Alca akhirnya ikut.     

Melihat Alca mau ke kantin dengannya. Alxi langsung sumringah. Asal ada Alca mau Alxi makan semua menu di restoran bintang lima juga dia enggak khawatir bakal kehabisan uang. Kan ada Alca yang pasti bayarin.     

Namanya juga kembar belah ketupat. Lahir di hari, tanggal dan tahun yang sama tapi dari orang tua berbeda. Alxi seksi wara-wiri dan Alca sumber dana. Mereka pasangan duo yang sempurna.     

Triple J mah apa. Lewat sama mereka.     

***     

"Kamu sudah sadar?" Marco menoleh dan di sana David tersenyum lebar.     

"Astaga, Lizz melahirkannn." Seketika Marco segera bangun dan berniat lari keluar saat David menarik kerah belakang lehernya.     

"Apaaan sih lo."     

"Memang lo tahu Lizz ada di ruangan mana?"     

Eh ... Di mana?"     

David kembali menggeleng. Sepertinya Marco masih lupa kalau ini Rumah Sakit miliknya. "Ikut gue."     

Dengan cepat Marco mengikuti langkah David ke arah ruang perawatan, di sana Lizz duduk dengan Junior di sampingnya.     

"Beebbbb, kamu nggak apa- apa beb?" Marco langsung memeluk Lizz dan menciumi seluruh wajahnya.     

"Aku baik, baby juga baik kok." lizz berusaha menenangkan suaminya. Dia sudah mendengar kehebohan yang dilakukan Marco ketika dia berada di ruang bersalin. Lizz sudah tidak kaget lagi.     

Mata Marco berkaca-kaca karena terharu. "Terima kasih beb, terima kasih." Marco memeluknya lebih erat lagi.     

"Ehemmm, Marco, kamu nggak ingin lihat putrimu?"     

Marco menoleh dan mendapati Tasya ternyata menggendong bayi dengan Alca di sampingnya.     

"Ini bayiku?" Dengan pelan Marco mengambilnya dari Tasya dan menggendong bayi mungil yang terlihat sangat cantik. Tanpa menunggu lama, Marco mengadzni putri kecilnya.     

"Namanya siapa?" tanya Tasya begitu melihat Marco sudah tenang.     

Marco memandang Lizz dan tersenyum penuh cinta. "Namanya Aurora."     

Nama lengkapnya. Aurora Stevanie Cavendish. Namun, Marco tidak berani mengucapkannya karena saat ini keluarga Cavendish sedang mengasingkan dirinya. Marco khawatir bahka nama itu tidak akan diizinkan dipakai olehnya.     

Sedangkan Aurora adalah nama yang akan mengingatkan Marco pada pertemuan pertamanya dengan Lizz karena saat itu dia berhasil menjeratnya dengan aura yang sangat mempesona. Seindah Aurora di langit.     

"Aurora, cantik sesuai dengan wajahnya." Lizz tersenyum dan Marco mengecup dahinya sayang.     

"Ala, alaaaa." Seperti Lizz ternyata Alca juga menyukai namanya, namun karena dia belum fasih mengucap R, jadi Aurora menjadi Alaaaa.     

"Apa Alca?" Tasya menggendong Alca yang seperti ingin melompat melihat Aurora. Bagi Alca saat itu Aurora sangat cantik seperti boneka dan dia ingin punya satu uintuk dirinya.     

"Hati- hati boys, nanti Aurora kamu tubruk lagi." Marco langsung menjauhkan Aurora ketika melihat Alca seperti ingin menerjangnya.     

"Huwaaaa Dede, alaaaakuuuuu." Alca menujukku dengan menangis kencang. Ingin Aurora diberikan padanya seperti mainan.     

"Sayang, kenapa jangan nangis nanti Dedek bayinya kaget trus ikut nangis." Tasya menegurnya.     

"Alakuuuuu, Alakuuuuuu." Alca mau Aurora pokoknya. Enggak mau tahu.     

"Alca mau Dede?" tanya David paham sekali jika Alca menginginkan sesuatu harus segera dia dapatkan. Efek anak tunggal dan terlalu dimanjakan. Namun, Alca pikir Aurora mainan apa ya? Diminta trus kalau bosan dibuang ke halaman. Bisa mati anak orang.     

"Alca mau lihat Dedek Aurora lagi?" tanya Tasya juga penasaran dan langsung diangguki Alca.     

"Dedek Ala."     

"Dedek Aurora?" Marco menekankan.     

"Ala, alaa." Alca turun dari gendongan Tasya dan melompat-lompat ke arah Marco seperti ingin meraih anaknya.     

Dasar bocah, dengan pelan akhirnya Marco membiarkan Alca mendekati Aurora.     

"Ala nanti kalau besar, kawin sama kak Alca ya?" ucap Alca polos.     

"Whattt?" Mendengar itu Marco terasa mendengar ledakan bom atom di dadanya dan langsung menjauhkan Aurora dari jangkauan Alca dan memeloti Tasya serta David karena membuat anak lima tahun mengerti apa kata kawin. Dari mana ini anak David dapat kosa kata seperti itu. (Dari Alxi)     

"Huaaaaaaa, Om Malco jahalaaaaa, alakuu." Alca kembali menangis.     

"Eh buset ini anak gue, minggir lo." Marco semakin menjauhkan Aurora dari Alca yang terus menarik-narik bajunya ingin mengambil Aurora dari tangannya.     

"Ya elah Marco, sensi amat sih, anak gue kan masih kecil." David mencoba menenangkan Alca yang menangis dan masih berusaha menggapai Aurora.     

"Bodo amat, mau masih kecil atau pun sudah gede, nggak bakalan itu bocah gue biarin deket anakku." Marco enggak rela.     

"Jangan begitu, kita kan nggak tahu, mereka nanti besar seperti apa, siapa tahu Alca nanti jodohnya Aurora." David masih memgang Alca yang terus mengeliat ingin mendapatkan Aurora.     

"Amit-amit, aku nggak sudi punya besan kayak kamu." Dalam mimpi saja Marco enggak rela apa lagi di dunia nyata. Mustahil Marco akan membiarkannya.     

"Biasanya kalau benci, nanti malah kejadian loh." David malah semakin memanas- manasi.     

"Enggak sudi, aku nggak sudi punya mantu anakmu, kalian keluar deh, pergi sana." Marco yang kesal segera menaruh Aurora ke dalam gendongan Lizz, lalu mendorong David dan keluarganya agar pergi, bahkan dia mengantar jauh dari ruang perawatan. Memastikan si Alca tidak kembali dan meminta Aurora.     

Setelah yakin mereka tidak akan kembali, Marco kembali ke ruang rawat Lizz, namun dia langsung melotot tajam melihat apa yang ada di ruangan istrinya.     

David pergi tetapi kini giliran Joe yang datang dengan keluarganya. Masalahnya bukan itu, tapi yang membuat Marco semakin kaget dengan mulut menganga tidak percaya adalah saat melihat anak perempuan Joe yang dia tahu sangat genit yang bernama Quin, saat ini sedang menggelandoti tangan Junior dan terus memonyongkan bibirnya berusaha menciumi anaknya yang suci itu.     

"Joeeee, anak lo, singkirin anak lo dari anak gueee." Marco seketika menunjuk-nunjuk Queen yang pura-pura tidak mendengar teguran Marco.     

"Good job Qi," ucap Joe malah mendukung tingkah anaknya.     

"Keluar kalian semuaaaaa, aku nggak mau anakku terkontaminasi." Marco mengusir Joe segera.     

Joe tertawa dan membawa keluar keluarganya dengan segera sebelum Marco mengamuk.     

Marco memijat pelipisnya merasa pening.     

Anaknya David ngajak kawin Aurora.     

Anaknya Joe suka melecehkan Junior.     

Tidak bisakah dua makhluk itu membuatnya tenang.     

Sepertinya Marco harus pindah rumah biar enggak perlu tetanggan sama mereka dan enggak perlu khawatir anak-anaknya tercemari.     

Amit- amit besanan sama mereka.     

Membayangkannya sudah membuat Marco ingin gila.     

Apalagi kalau sampai kejadian beneran.     

TIDAKKKKKKKKKKKKKKKKK.     

***     

TBC.     

Pada kenyatannya itulah yang terjadi.     

Bagi yang ingin membaca kisah anak-anak Marco.     

Silahkan kunjungi Geogle play book.     

Judul : Just Slave ( Junior-Queen) - pernah menduduki rangk 6 terlaris di geogle play book dan masih menjadi salah satu novel best seller di sana.     

Judul : Mengejar Aurora (Alca-Ara) - kisah yang dijamin bisa mengocok perut kalian karena tingkah senewen Marco ketika anak perempuannya jatuh cinta dengan orang yang tidak masuk dalam daftar mantu idaman baginya.     

Novel-novel mereka juga tersedia versi cetak.     

Bisa dicari di Shope akun Eksplisit Press.     

Atau hungi Nomor Wa milikku. 085325620745     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.