One Night Accident

ANOYING



ANOYING

0Happy Reading.     
0

***     

Jack menyandarkan tubuhnya pada dinding yang berada di sampingnya. Dia masih mengamati wanita favoritnya dari kejauhan. Di sana, Ai dengan semangat luar biasa, mengenakan dress yang membuatnya terlihat sangat sexy sedang menerobos ke ruangan Sandra karena terlalu khawatir. Ai melihat Sandra tidak sendirian. Ada Marco yang terlihat kesal berdiri di sebelahnya. Dibelakannya ada WiBi yang terlihat kewalahan menghadapi Double-J, putra kembar Ai, yang sudah mulai pintar menggeliat.     

Setelah Ai masuk ,Jack memberi kode pada Marco agar menghampirinya.     

"Ada apa dengan wajahmu itu?" Jack mengangkat kedua alisnya. Menatap heran pada Marco, yang terlihat masam.     

"Jangan dibahas, Boss. Ini gara-gara Ai. Begitu tahu Sandra selamat, saya dipaksa membawanya kemari. Detik itu juga."     

"Lalu ... apa masalahnya? Bukankah aku memang memerintahkan dirimu membawa Ai padaku secepatnya? Hm ...!"     

"Masalahnya adalah ... Dia gedor-gedor kamar gue jam dua malem, bayangin Bos, jam dua malem. Waktu itu gue lagi asyik ena-ena ama bini gue Bossss!!!" Marco kelepasan mengucapkan kalimat dengan gaya slengeannya. "Ehem!! Sorry. Soalnya... nanggung Boss. Belum tuntas. Tahu kan ... bagaimana rasanya menegang tanpa pelepasan ... nyeri ...!" Marco melanjutkan.     

"Really? Sounds good to me. Anggap saja itu balasan, karena kamu meninggalkanku di hutan belantara. Sendirian!!" Jack menyeringai senang.     

"Boss lebay deh. Saya tuh sudah dapet laporan, kalau Boss minta langsung dijemput setelah saya tinggal di sana," Marco menjawab dengan santai. "Jangan bilang, kalau Boss ketakutan sendirian di hutan?" Marco memicingkan matanya dan memberikan ekspresi wajah yang terlihat serius. Seolah ia tak percaya kalau Jack benar-benar ketakutan saat ditinggal sendirian di hutan belantara.     

"Boss penakut juga rupa--"     

Kalimat Marco terpotong karena Jack menampar mulut Marco dengan keempat jari tangannya. "Mulut ini!" Jack berseru, tak memedulikan Marco yang kesakitan saat jari Jack menjepit dan menarik bibir tersebut.     

"Masih aja bawel!! Bawa Ai kemari setelah dia selesai bertemu dengan Sandra!!" Jack melepas bibir Marco dan mengeluarkan secarik kartu nama.     

"Tsk! Kalian tuh memang serasi Boss. Sama-sama tukang paksa!!" gerutu Marco kesal.     

"Sepertinya ... kemarin ada yang mengatakan kalau dia ingin diperlakukan seperti Marco yang biasanya. Atau ... dia sudah berubah pikiran, dan ingin kembali sebagai seorang Cavendish? Kalau iya, dia yang akan jadi Boss, sementara aku? Paling-paling, hanya akan menjadi bodyguard. Hmm? Kalau itu terjadi ... tentu saja aku akan senang." Jack berujar seraya melirik Marco dengan gaya bicara menyindir.     

Sementara Marco hanya mengusap-usap bibirnya sambil mencuri pandang kearah Jack yang terlihat sedikit merengut. "No. Thanks." Marco menyahut dan meraih kartu nama yang berada di jepitan dua jari Jack. Dan tanpa pamitan, ia langsung ngeloyor pergi menghampiri Ai.     

Jack mengembuskan napasnya. Menggeleng pelan beberapa kali, seraya memikirkan Marco, yang ternyata adalah saudaranya Jhonatan. 'Sampai kapan kamu akan menyembunyikan identitasmu?', tanya Jack dalam hati.     

Jack alias Daniel, tentu saja tak akan menyerah begitu saja. Dia akan berusaha membawa pulang adiknya itu.     

Jack meninggalkan Rumah Sakit, menuju apartemen dengan alamat tertulis di kartu nama yang ia berikan kepada Marco. Baru saja dia akan melangkah masuk, Jack merasakan ponselnya bergetar. Jack merogoh ponsel di saku kemejanya. Tertera nama Alex di sana.     

Semenjak penculikan Sandra, antara Jack dan Alex jadi lumayan akrab. "Hmm??"     

"Kamu di mana?"     

"Kenapa?"     

"Jangan balik ke Rumah Sakit, singa betina lagi ngamuk."     

"Kenapa?"     

"Aku nggak sengaja bilang, kalau kamu masih suka nidurin Kakaknya."     

Oh ... hanya karena itu? "Gampang, nanti aku urus."     

"Jangan hipnotis istriku!"     

Jack mengakhiri panggilan teleponnya sebelum Alex berbicara panjang lebar. Singa betina yang dimaksud Alex pastilah Sandra istrinya. Memang apa yang bisa dilakukan si kecil galak itu padanya. Alex terlalu takut pada istrinya.     

Lagipula Jack tak kembali ke Rumah Sakit, bukan karena takut dengan Sandra. Sandra kan sudah ada pawangnya sendiri, yaitu Alex Kenapa harus Jack yang ribet? Ada hal yang lebih penting dari itu yaitu menunggu kekasih hatinya Ai dan kedua anaknya.     

Jack rindu sekali. Sudah tiga bulan lebih, mereka tak bertemu. Biasanya, Jack hanya mendapatkan kiriman foto atau video yang dikirimkan Marco. Dan semuanya tidak ada yang beres. Kadang foto cuma tangannya. Matanya. Sepatunya. Dan yang paling menjengkelkan adalah kiriman terakhir, tepatnya kemarin, Marco mengirimkan foto pantat Ai yang habis jatuh. Sehingga celana yang Ai pakai, ada yang bolong. Gara-gara tersangkut sesuatu. Haruskah Jack membayar untuk mendapatkan foto calon istri dan anak-anaknya sendiri.     

Jack terakhir bertemu Ai saat Double-J baru dilahirkan. Itu pun tak lama. Dan sekarang, dia punya waktu seminggu penuh untuk menikmati waktu berdua dengan Ai. Anggap saja bukan madu. Membayangkan itu Jack jadi bersemangat lagi.     

Jack memilih untuk menyiapkan makan malam selama menunggu kedatangan Ai. Karena kalau ia memikirkan hubungan antara dirinya dengan Ai yang belum jelas, maka akan merusak mood-nya saat ini. Ingin sekedar berjumpa melepas rindu, harus diam-diam. Sembunyi-sembunyi. Atau parahnya, harus menculik Ai terlebih dulu. Belum termasuk     

paket ekstra sabar menunggu kedatangan Ai seperti saat ini, yang terasa menguras hatinya.     

"Tenang Jack ... Tenang," ucapnya pada dirinya sendiri dalam hati. "Sebentar lagi, kamu bisa mewujudkan semua impian memiliki keluarga kecil. Dengan Ai dan si Kembar. Tanpa gangguan dari mana pun. Terutama dari keluarga Cohza."     

Jack mendengar suara pintu terbuka, di mana Ai datang bersama dengan rombongannya.     

"Buset dah si Alex, dia ternyata mesum juga! Masa adek gue digarap di kamar inap Rumah Sakit?! Mana nggak dikunci pula pintunya. Coba kalau ada orang lain yang liat? Bisa hancur reputasinya!" Ai nyerocos pada Duo WiBi, dan langsung melempar tas tangannya ke meja, lalu duduk di sofa dengan posisi setengah berbaring.     

"Masih mending Alex. Dari pada Marco. Toilet kamar tamu pernah dia pakai untuk bercinta dengan Lizz."     

"WHAT?! Sudah enggak steril lagi tuh! Wajib gue ganti!"     

"Woy!! Ngegosip itu kalo kagak ada orangnya! Nah ini, aku saja di sini! Kalian anggap apa aku ini, hah?! Butiran upil, eh?!" Marco menyahut.     

"Lagian, mendingan gue di toilet. Lebih lega. Daripada elu, ena-ena kok di mobil."     

"Marco ngarang bebas deh! Kapan gue ena-ena di mobil? Gue tuh ena-ena cuma sekali! Dan langsung tek-dung-tralala!" Ai menyahut sengit.     

Sejenak Marco hanya memandang Ai dengan pandangan meremehkan, lengkap dengan ujung bibir yang terlihat menyeringai kecil. "Susah emang, kalo ngomong ama orang yang otaknya udah kena hipnotis."     

"Hipnotis? Maksud lo apaan?"     

"Nothing. Anyway, gue cabut. Mau jemput Lizz." Marco kan mau ngajak istrinya bulan madu juga.     

"Lo ninggalin gue sendirian di sini?"     

"Elo? Sendiri? WiBi sama Double-J, elu anggep apa? Lampu taman? Lagian gue udah bilang mau libur seminggu. Buat bulan madu. Tenang saja, sebentar lagi ada yang gantiin gue. Jauh lebih berkompeten malah." Jagain Ai sekalian diajak bercocok tanam di ladang yang sudah tiga bulan tidak di garap.     

"Oh ... Okelah kalau begitu. ya sudah gih, pergi aja sono," usir Ai blak- blakan.     

"Tsk!! Tadi ngelarang. Sekarang ngusir. So annoying!" Marco berbalik.     

Lalu dia menatap ke arah salah satu kamera CCTV di pojok ruangan. "Boss. Gue pamit. Urus sendiri deh ceweknya. Gue cabut. Bye!" kata Marco pada CCTV. Ia tahu, bahwa Jack memperhatikannya dari sana.     

Ai dan WiBi yang melihat tingkah Marco, hanya menggelengkan kepalanya. Mengira Marco sudah tidak waras.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.