One Night Accident

HEAD OVER HEELS 3



HEAD OVER HEELS 3

0Enjoy Reading.     
0

****     

"Olive ... kamu sudah sadar?"     

Olive mengerjap kan matanya yang terasa berat dan menoleh ke samping.     

"Laras ...?"     

"Syukurlah kamu masih ingat sama aku."     

"Apa yang terjadi?" tanya Olivia pada teman kerjanya.     

"Kamu jatuh dari tangga supermarket waktu mau mengambil persediaan barang di gudang. Ingat?""     

Olive mengangguk. Lalu melihat sekeliling. Melihat beberapa pasien yang satu ruangan dengannya. "Apakah parah? kenapa sampai aku masuk rumah sakit?"     

"Kamu tidak lihat kakimu?"     

Olive lalu melihat kakinya yang terlihat besar dan berat. Ternyata ada gips yang menyelimuti kaki kanannya. "Kakiku kenapa?"     

"Kakimu patah. Tapi tenang saja sudah dioperasi kok. Kata dokter dua bulan lagi kamu sudah bisa berjalan normal."     

"Operasi? dua bulan?" Olive langsung terasa lemas mendengarnya.     

Berapa yang harus dia keluarkan untuk biaya operasi? Lalu dua bulan tanpa bekerja? Astagaaaaa. Olivia sudah bisa membayangkan seluruh isi tabungannya akan ludes.     

"Liv ... sabar ya. Untung kamu punya BPJS jadi semua biayanya tidak perlu kamu pikirkan."     

Mengingat itu Olivia agak lega. Tapi, membayangkan dua bulan tidak bisa bekerja tetap saja membuat olive merasa sedih. Karena tabungannya tetap akan berkurang banyak.     

Tabungan yang sudah Olive kumpulkan selama lima tahun untuk mahar pernikahannya dengan sang kekasih. Bayu Arkansah.     

Olive dan Bayu sudah berpacaran sejak tujuh tahun yang lalu. Dimana Olive saat itu masih bekerja di salah satu toko bangunan setelah lulus SMA. sedang Bayu anak kuliahan yang kebetulan memiliki rumah yang berdekatan dengan toko bangunan tersebut.     

Bayu dan Olive berpacaran layaknya orang kebanyakan. Saling mengenalkan keluarga masing-masing saat menganggap hubungan mereka mulai serius.     

Setelah dua tahun pacaran dan Bayu sudah wisuda. Orang tua Bayu ingin Bayu bekerja di supermarket milik orangtuanya terlebih dahulu. Lalu Olive akhirnya ikut bekerja disana atas permintaan Bayu.     

Hubungan Olive dan Bayu sangat harmonis. Hanya satu yang menjadi ganjalan.     

Ekonomi.     

Olive hanya anak pertama dari dua saudara. Di mana ayahnya sudah meninggal sejak dia masih kecil. Bahkan Olive tidak mengingat wajahnya. Ibunya memiliki tempat fotocopy. Dan adiknya Ilham sekarang kelas tiga SMA.     

Dilihat dari segi manapun. Keluarga Olive hanya keluarga biasa. Sedang keluarga Bayu termasuk keluarga terpandang.     

Jadi ... jika Olive dan Bayu ingin melanjutkan hubungan yang lebih serius alias menikah. Maka Olive harus menyediakan dana pernikahan yang bisa dibilang besar.     

Karena dari awal mereka pacaran keluarga Bayu sudah mengatakan bahwa keluarga Olive harus menyediakan uang minimal 100 juta sebagai dana ba japuik (uang penjemput) atau pernikahan mereka tidak perlu terjadi.     

Mau bagaimana lagi. Keluarga Bayu masih menganut adat Pariaman dan termasuk orang yang tersohor di daerahnya. Tentu saja mahar kecil akan mempermalukan keluarga mereka.     

Maka dari itulah lima tahun ini Olive berusaha hidup hemat dan menabung setiap gaji yang dia dapatkan agar segera bisa menikah dengan sang kekasih. Tentu saja tanpa sepengetahuan orang tua Bayu sebenarnya Bayu juga ikut andil memberinya dana untuk menambah tabungannya.     

Tinggal sedikit lagi Olive yakin akan bisa menikah dengan Bayu. Tapi, kondisinya yang sekarang malah tidak bisa bekerja membuat olive yakin. Pernikahannya lagi-lagi akan tertunda.     

"Ibu di mana? Apa ibu tahu aku sakit?" tanya Olive pada Laras.     

"Ibumu tahu kok. Bahkan beliau yang menunggu dirimu sampai selesai operasi. Tadi waktu melihat aku datang. Ibumu pulang dulu, mau ambil baju ganti untukmu katanya."     

"Oh begitu. Makasih ya Laras. Tapi, ini kan sudah siang. Kamu nggak kerja?" tanya Olive pada temannya.     

"Kerja kok, tapi udah izin sama Bu. Gita kalau datang terlambat karena mau jenguk kamu. Bu.Gita dan teman-teman juga ikut titip salam. Mereka minta maaf belum bisa jenguk. Tahu sendiri kalau hari Minggu supermarket ramai."     

Olive maklum. "Salam balik ya buat mereka. Kamu kalau mau berangkat nggak apa-apa kok. nanti telatnya kelamaan kamu."     

"Tapi ibumu belum datang lho."     

"Nggak apa-apa Laras. Aku mau tidur lagi. Pas bangun pasti ibu sudah datang nanti."     

"Beneran nggak apa-apa?"     

Olive mengangguk.     

"Ya sudah kalau begitu. Cepat sembuh ya. Nanti kalau tidak kemalaman aku jenguk bareng yang lain."     

"Iya. Makasih ya Laras." Olive tersenyum. Dan Laras mengangguk sebekum keluar dari ruang perawatannya.     

Karena bingung mau apa dan bagaimana akhirnya olive memilih tidur beneran.     

Sayang tidurnya hanya sebentar. Karena dia mendengar suara berisik beberapa orang di sekitarnya.     

Olive membuka matanya dan langsung melihat dua orang dokter, seorang pria berpakaian seperti pegawai kantoran. Dan pemuda berwajah bule yang berusia sekitar 25-27 sepertinya.     

"Apa ada masalah dokter?" tanya Olive membuat empat pasang mata langsung tertuju ke arahnya.     

Pemuda bule itu tersenyum lebar dan langsung mendekatinya.     

"Jean em ... maksudku Jessica. Bagaimana kabarmu?"     

Olive melihat cowok itu bingung. Jean? Jessica? ini orang bicara dengannya kan?     

"Maaf apa aku mengenalmu?" tanya Olive tidak yakin.     

Dahi pemuda itu terlihat mengernyit. "Jean ... Ini Aku Javier. Javier Daniel Cavendis. Saudara em ... aku tunanganmu. Ingat?"     

"Ha ...?" saudara? tunangan? Javier?     

"Maaf ... sepertinya anda salah orang. Namaku Olivia Oktaviana. Bukan Jean atau Jessica."     

Javier terlihat kecewa. Lalu dia berbalik kearah dua dokter tadi. Mereka terlihat berbicara serius entah apa. Yang jelas kedua dokter tadi seperti mematuhi semua apa yang dikatakan cowok bule yang bernama Javier itu.     

Olive tidak mau ambil pusing. Karena yang sekarang ini ada di otaknya adalah Bayu.     

Olive sedang sakit. Tapi, kenapa Bayu belum muncul? apa dia tidak tahu kalau Oliv sedang sakit? makanya dia belum datang.     

Tapi ... harusnya Bayu tahu dongk. Walau sekarang Bayu berada di cabang supermarket di kota sebelah tapi Bayu selalu menghubungi dirinya setiap hari.     

Positif thinking Olive. Bayu itu Anak pemilik supermarket yang pastinya sibuk. Apalagi Ini hari Minggu yang biasa ramai. Mungkin baru besok Bayu akan datang menjenguknya.     

Pasti.     

***     

Olive tidak tahu harus bagaimana.     

Saat sakit tentunya kita ingin orang yang paling dicintai dan disayangi menemani.     

Sayangnya sejak kemarin bukan Bayu sang kekasih atau ibu yang menemaninya di rumah sakit tapi cowok bule yang entah datang dari mana dan mengaku sebagai tunangan sekaligus saudara yang setia menemaninya.     

Walau olive masih bingung juga. Emang bisa ya, sodara jadi tunangan? Aneh itu cowok.     

Satu hal lagi. Olive ingat betul, dia jatuh dari tangga supermarket tempatnya bekerja. Dan yang patah itu kakinya bukan otaknya yang amnesia.     

Jadi ... bagaimana mungkin dalam 1x 24 jam dia lupa siapa nama pacarnya. Mana ini cowok maksa-namanya Jessica atau Jean entah siapa.     

Apa mungkin wajahnya mirip sama si jessica-jessica yang disebutkan sama itu cowok bule. Makanya dia salah paham. Di dunia ini kan orang berwajah mirip bisa saja ditemukan.     

"Selamat pagi. Mau sarapan?"     

Olive mengerjap. Melihat cowok yang ngaku bernama Javier itu sudah tersenyum manis di samping ranjang empuk yang sedang dia tempati.     

Tunggu dulu. Kenapa ranjangnya empuk sekali. Olive melihat sekeliling ruangan yang dia tempati. Semalam dia masih berada di rumah sakit kelas ekonomi dengan 4 pasien yang berada satu ruangan dengannya. Kenapa sekarang dia seperti ada di kamar hotel.     

"Aku di mana?" tanya Oliver bingung.     

"Kamu masih di rumah sakit. Kakimu masih memerlukan perawatan. Ingat kamu jatuh dan kakimu patah." Javier menunjuk kaki Jean yang di balut entah apa namanya. Tapi, bukan gips seperti kemarin.     

"Rumah sakit? tapi ... kenapa ruangannya seperti hotel?"     

"Tentu saja. Ini kan ruangan VVIP."     

"VVIP? astaga. kembalikan aku ke kelas ekonomi." Olive berusaha duduk dan berpikir cepat. Ya ampun bagaimana dia membayar ruangan VVIP. Sedang kelas ekonomi yang dia tempati saja menggunakan BPJS.     

"Kenapa kembali ke sana. Di sini kamu akan mendapat perawatan nomor satu."     

Olive menatap Javier tajam. "Perawatan nomor satu. Dan biaya nomor satu yang akan segera menguras kantongku."     

Javier menyentuh lengan Jean agar tetap berbaring di tempatnya. "Semua biaya sudah aku lunasi. Kamu hanya perlu istirahat dan segera sembuh. oke!"     

"Kamu membayar semuanya? biaya operasi kakiku juga?"     

Javier mengangguk. Kemarin Javier memang mendatangkan Big Tom. Mantan anggota laboratorium ilegal milik pamannya Marco yang ahli menangani kerusakan tulang. Lalu melakukan operasi ulang untuk Jeannya.     

Iyalah. Mana tega Javier membiarkan Jean sakit. Javier ingin Jean sudah sembuh setelah dua Minggu. Bukan dua bulan.     

"Kenapa? kenapa kamu mau membayar biaya rumah sakitnya? aku tidak mengenalmu."     

Javier tersenyum walau ada sedikit rasa kecewa di hatinya saat Jean tidak mengingatnya sama sekali. "Aku sudah mengatakan. Aku ini saudaramu lebih tepatnya calon suamimu. Jadi ... aku tidak suka melihatmu kesusahan dan kesakitan."     

Olive terdiam. "Maaf, tapi aku benar-benar tidak ingat siapa dirimu. Apa kamu yakin aku orang yang kamu maksud." Olive merasa tidak nyaman. Karena khawatir Javier salah mengenali orang.     

Javier menarik kursi dan duduk di sebelah Jean. "Aku tidak salah orang. Aku sudah melakukan tes DNA dan kamu memang jeanku yang sudah menghilang sejak 20 tahun yang lalu."     

Javier menggenggam tangan Jean. "Aku juga sudah bicara dengan ibumu. Dan memang benar kamu adalah orang sama yang selama ini aku cari."     

Olive menarik tangannya merasa canggung. "Tapi aku sudah punya kekasih. Jadi tidak mungkin aku tetap bertunangan denganmu."     

Javier memalingkan wajahnya kecewa. Lalu kembali melihat Jean sedih. "Kamu punya kekasih?"     

Olive mengaguk semakin tidak nyaman.     

Javier bisa merasakan hatinya mulai berdenyut sakit. "Apa kamu mencintainya? Maksudku. Apa kamu mencintai kekasihmu itu?" tanya Javier berharap Jean tidaklah mencintai siapapun selain dirinya.     

"Tentu saja aku mencintainya. Aku dan Bayu bahkan berencana menikah tahun ini."     

Dada Javier langsung terasa sesak. "Bayu? jadi nama kekasihmu Bayu?"     

Olive mengangguk tidak enak.     

Javier berdiri dengan wajah kaku. Dia harus menenangkan diri sebelum meledak di sini.     

"Aku akan menyuruh suster Mengantar sarapanmu." Javier tidak menunggu jawaban Jean dan langsung keluar dari ruang perawatannya.     

Javier terduduk lemas begitu sampai di salah satu kursi tunggu.     

Javier mengusap wajahnya frustasi.     

20 tahun Javier mencarinya.     

Apa Sekarang dia sudah terlambat?     

Jeannya sudah memiliki kekasih.     

Bahkan Jean tidak ingat dirinya sama sekali.     

Javier berdiri. Berjalan menuju parkiran. Lalu mengemudikan mobilnya tanpa arah.     

Berpikir dan terus berpikir.     

Apa yang harus ia lakukan sekarang?     

Menyerah dan membiarkan Jean bahagia dengan kekasihnya.     

Atau merebut Jean seperti cara egois pria Cohza yang lainnya?     

Javier gamang dengan hatinya.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.